Langsung ke konten utama

Corona: Dugaan Mega Skandal Korupsi



Opini: Yant Kaiy

“Astaghfirullah hal adzim…” Itulah kalimat yang terlontar dari bibir masyarakat Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura demi mengetahui dugaan mega skandal korupsi Covid-19. Beberapakali mereka mengelus dada. Ya, mereka selama tiga bulan ini bertahan dalam kemiskinan akibat hasil panen pertaniannya tidak ada yang membeli. Begitu pula hasil tangkap ikan para nelayan banyak dihargai murah akibat perusahaan pengolahan ikan menghentikan aktivitasnya.

Kegiatan keagamaan orang-orang di kampung banyak yang dibatalkan. Rakyat dipasung dengan ancaman bahaya Covid-19. Polsek, Koramil, Puskesmas, Kantor Kecamatan dan Kades bahu-membahu menurunkan personilnya melakukan himbauan tentang bahaya virus corona ke berbagai pelosok dusun. Kalau acara tetap ngotot digelar, risikonya sound-system, terop, dan dekorasi diturunkan secara paksa oleh mereka yang berbaju dan bergaji uang rakyat.

Wajar kalau rakyat kecewa terhadap pemerintah lantaran beberapa informasi sahih dari media massa terpercaya di bumi nusantara menerangkan, bahwa dana Rp 405,1 triliun yang sejatinya diperuntukkan penanganan Covid-19, ternyata dijadikan bancakan berjamaah para pejabat di rezim Joko Widodo. Sedangkan dana dianggarkan sebesar Rp 105 juta dan Rp 215 juta per pasien Covid-19 terkesan dipaksakan. Skandal ini menguak pasca RUU menjadi UU No.2 Tahun 2020. (Sumber: Dedy Umasugi, Wakil Direktur LBH).

Sebagai rakyat, kita akan menantikan klarifikasi, kejelasan dan terang-benderang dari pemerintah tentang dugaan mega skandal korupsi ini. Kita tetap percaya akan peribahasa: “Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, baunya akan tercium juga”.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p