CERPEN: Hubungan Terlarang

By: Suriyanto Hasyim Debur berdiri terpaku di depan cermin kamar mandi, wajahnya pucat diterpa cahaya lampu yang redup. Air masih menetes dari rambutnya, membasahi lantai. Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka. Tona—mertuanya—masuk dengan langkah tergesa, wajahnya tampak kalut. “Debur…” suara Tona bergetar, entah karena sedih, entah karena dorongan emosi yang tak mampu ia bendung. Sebelum sempat berkata-kata, Tona memeluknya erat. Pelukan itu bukan sekadar pelukan ibu mertua pada menantunya; ada rasa sepi, ada luka lama yang meledak. Debur kaget, tubuhnya kaku. “Ibu… jangan begini,” bisik Debur, tapi suaranya terdengar lemah. Ia tahu ini salah, tapi ada kerinduan manusiawi yang tiba-tiba membelenggunya. Malam itu, batasan hancur. Mereka larut dalam bisu dan dosa. Tapi, setelah semuanya terjadi, sunyi lebih mencekam daripada apa pun. Tona terduduk di lantai, menutup wajah dengan kedua tangannya. “Astaghfirullah… apa yang kita lakukan, Bur?” suaran...