Postingan

Featured Post

CERPEN: Hubungan Terlarang

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur berdiri terpaku di depan cermin kamar mandi, wajahnya pucat diterpa cahaya lampu yang redup.  Air masih menetes dari rambutnya, membasahi lantai.  Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka. Tona—mertuanya—masuk dengan langkah tergesa, wajahnya tampak kalut. “Debur…” suara Tona bergetar, entah karena sedih, entah karena dorongan emosi yang tak mampu ia bendung. Sebelum sempat berkata-kata, Tona memeluknya erat.  Pelukan itu bukan sekadar pelukan ibu mertua pada menantunya; ada rasa sepi, ada luka lama yang meledak.  Debur kaget, tubuhnya kaku. “Ibu… jangan begini,” bisik Debur, tapi suaranya terdengar lemah.  Ia tahu ini salah, tapi ada kerinduan manusiawi yang tiba-tiba membelenggunya. Malam itu, batasan hancur. Mereka larut dalam bisu dan dosa. Tapi, setelah semuanya terjadi, sunyi lebih mencekam daripada apa pun.  Tona terduduk di lantai, menutup wajah dengan kedua tangannya.  “Astaghfirullah… apa yang kita lakukan, Bur?” suaran...

CERPEN: Sungai Air Mata Sepasang Kekasih

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Di masa kuliah, Tona dan Debur tak terpisahkan.  Mereka sering jadi tim dalam berbagai kegiatan kampus, dari lomba debat, organisasi kemahasiswaan, hingga proyek sosial.  Kebersamaan itu membuat Debur yakin, suatu hari ia akan melamar Tona. Akan tetapi, semua berubah tatkala Debur tanpa sengaja mengetahui siapa sebenarnya Tona.  Di balik sikapnya yang sederhana, Tona adalah anak dari keluarga berpengaruh dan berharta, pemilik perusahaan besar. Berhari-hari Debur memikirkan itu.  Ia merasa kecil, minder, dan tak pantas.  Rencana lamaran yang sudah ia susun rapi perlahan ia lipat dan simpan di laci pikirannya.  Sedangkan Tona menunggu kabar yang tak kunjung datang. Debur memilih diam, takut melangkah ke dunia yang terasa terlalu tinggi baginya. Dulu dua sahabat berdiri sejajar, kini jarak tak terlihat mulai membentang, bukan karena Tona berubah, tapi karena Debur mundur. [sh]

CERPEN: Malam Duka dan Tangan Kosong

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur duduk diam di kursi bus, menatap jendela yang dipenuhi bayangan lampu jalan.  Di sampingnya, ibunya menahan air mata.  Sejak kabar ayahnya dijebloskan ke penjara karena kasus korupsi,  hidup mereka kelam.  Rumah megah, mobil, tabungan di bank, bahkan uang dan perhiasan yang disembunyikan di ruang bawah tanah, semuanya disita negara. Bus malam yang mereka tumpangi memasuki jalan sempit menuju kampung halaman.  Tak ada koper besar, tak ada kotak kardus - hanya tas lusuh berisi pakaian seadanya.  Begitu turun di depan gang kecil, angin malam menyapa dengan dingin yang menusuk tulang. Lampu-lampu rumah tetangga sudah padam.  Suara jangkrik bersahutan di kegelapan.  Debur menggenggam tangan ibunya erat-erat, berjalan pelan di jalan tanah yang kering.  Mereka pulang, tapi bukan sebagai keluarga yang dulu dikenal kaya, melainkan sebagai orang asing yang kembali membawa cerita pahit. Di ujung gang, rumah kayu tua peninggala...

CERPEN: Kemelaratan yang Tak Pernah Lulus Seleksi

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur sudah lebih dari dua puluh tahun mengajar sebagai guru honorer.  Pagi, siang, bahkan malam ia habiskan untuk mempersiapkan materi, membimbing murid, dan menghadiri rapat sekolah.  Tidak ada gaji yang layak, hanya honor seadanya.  Tapi Debur tetap bertahan, percaya bahwa pengabdian akan dibalas oleh negara. Kenyataan berbicara lain.  Ketika seleksi PPPK datang, Debur kembali gagal.  Bukan sekali, tapi berkali-kali.  Pemerintah, seolah buta, tak melihat keriput di wajahnya yang lahir dari lelah mendidik anak bangsa. Ironisnya, Tona, guru honorer baru empat tahun, lulus seleksi PPPK.  Bagi Debur, itu seperti pil pahit yang harus ditelan sambil menahan air mata.  Bukan karena iri, tapi karena keadilan yang diimpikannya selama ini ternyata hanyalah cerita di atas kertas. Di meja belajarnya yang reyot, Debur menatap tumpukan buku dan catatan muridnya.  “Jika pengabdian tak dihargai, untuk apa kata ‘pahlawan tanpa tanda ja...

CERPEN: Cinta yang Tak Ternilai

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Tona dikenal cantik, cerdas, dan memesona.  Cinta yang Tak Ternilai Tapi, hati Tona seolah tak tersentuh oleh semua kemewahan itu. Di tengah persaingan sengit itu, hadir Debur; seorang pria sederhana yang hidup pas-pasan.  Ia tak punya harta, tak punya jabatan, hanya punya keberanian dan ketulusan.  Debur tak pernah membanjiri Tona dengan hadiah, tapi selalu hadir ketika Tona butuh sandaran.  Ia mendengar, memahami, dan menghargai Tona bukan sebagai “hadiah” yang harus dimenangkan, melainkan sebagai jiwa yang layak dicintai. Lama-lama, Tona merasakan sesuatu yang berbeda.  Keberadaan Debur membuatnya merasa aman, dicintai, dan dihargai apa adanya.  Pada akhirnya, di tengah hiruk pikuk pria-pria kaya yang berlomba memikatnya, Tona memilih Debur—pria sederhana yang berhasil menundukkan hatinya dengan ketulusan yang tak ternilai. []

KKKS Pasongsongan Bersama BKPSDM Sumenep Gelar Validasi Data Non ASN Pelamar PPPK

Gambar
Kegiatan validasi data tenaga honorer Kecamatan Pasongsongan. [Foto: sh] SUMENEP – Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) Kecamatan Pasongsongan bekerja sama dengan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Sumenep menggelar kegiatan validasi data non ASN pelamar Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahap II formasi tahun 2024.  Kegiatan ini dipusatkan di SDN Pasongsongan 1, Kecamatan Pasongsongan. Kamis (14/8/2024). Sekretaris KKKS Pasongsongan, Agus Sugianto, mengungkapkan bahwa proses validasi berjalan dengan tertib dan lancar berkat koordinasi yang baik antar pihak terkait. “Pendataan ini merupakan sebuah proses menuju tahapan lebih lanjut bagi tenaga honorer menuju gerbang PPPK paruh waktu,” jelas Agus Sugianto. Hadir dalam kegiatan tersebut Pengawas Bina SD Kecamatan Pasongsongan, Abu Supyan, seluruh kepala SDN dan SMPN se-Kecamatan Pasongsongan, beserta operator dan bendahara sekolah.  Validasi ini dilakukan untuk memastikan ke...

Kepala Disbudporapar Sumenep Pimpin Apel Pagi, Tekankan Semangat Pramuka dalam Bekerja

Gambar
Mohammad Iksan memberikan pesan singkat. [Foto: sh/vend] SUMENEP – Apel pagi pegawai Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep berlangsung khidmat di halaman kantor setempat, Selasa (14/8/2025).  Dalam amanatnya, Mohammad Iksan mengajak seluruh pegawai untuk meneladani nilai-nilai yang terkandung dalam semangat Pramuka. “Dengan semangat Pramuka marilah kita tingkatkan kemampuan, tingkatkan kinerja, kerja keras, kerja cerdas, dan bekerja dengan ikhlas!” tegasnya di hadapan seluruh peserta apel. Ia menekankan, semangat tersebut penting untuk diterapkan dalam setiap tugas dan pelayanan publik agar program kerja Disbudporapar bisa terlaksana secara maksimal. Apel pagi ini juga menjadi momentum untuk memperkuat kedisiplinan dan kekompakan aparatur di lingkungan Disbudporapar Sumenep, sekaligus memupuk motivasi kerja menjelang peringatan Hari Pramuka. [sh]

KKKS Pasongsongan dan BKPSDM Sumenep Gelar Validasi Data Non ASN Pelamar PPPK Tahap II

Gambar
Agus Sugianto bersama salah satu siswanya. [Foto: sh] SUMENEP – Besok, Kamis (14/8/2025), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) Kecamatan Pasongsongan bersama Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Sumenep dijadwalkan melaksanakan validasi data non ASN pelamar Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahap II formasi tahun 2024.  Kegiatan akan dipusatkan di SDN Pasongsongan 1, Kecamatan Pasongsongan. Sekretaris KKKS Pasongsongan, Agus Sugianto, menegaskan pentingnya kehadiran seluruh tenaga honorer dalam proses validasi ini. “Tidak ada alasan untuk tidak hadir. Karena hal ini menyangkut masa depan agar lebih baik,” tegas Agus Sugianto, Rabu (13/8/2025). Lebih lanjut, Kepala SDN Panaongan 3 ini menjelaskan, bahwa pendataan ini menjadi salah satu langkah untuk memberikan peluang kepada tenaga honorer agar bisa diangkat sebagai PPPK paruh waktu. Validasi ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kabupaten Sumenep dalam memastikan data tenaga...

KKKS Pasongsongan Bersama BKPSDM Sumenep Gelar Validasi Data Non ASN Pelamar PPPK Tahap II

Gambar
Imanur Maulid Efendi. [Foto: sh] SUMENEP – Besok, Kamis (14/8/2025), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) Kecamatan Pasongsongan bersama Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Sumenep, dijadwalkan melakukan validasi data non ASN pelamar Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahap II formasi tahun 2024.  Kegiatan tersebut akan dipusatkan di SDN Pasongsongan 1, Kecamatan Pasongsongan. Validasi ini merupakan tindak lanjut dari surat BKPSDM Sumenep Nomor 800.1.2.2/947/2025 yang mengatur pelaksanaan seleksi dan penempatan tenaga PPPK sesuai kebutuhan formasi di masing-masing wilayah. Imanur Maulid Efendi, salah seorang tenaga honorer asal Kecamatan Pasongsongan yang kini telah menjadi PPPK di Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, mengapresiasi langkah pemerintah daerah yang dinilainya sangat memperhatikan nasib tenaga honorer. “Semoga semua rekan-rekan saya yang dulu sama-sama berjuang bisa tercover...

KKKS Pasongsongan Gelar Validasi Data Non ASN Pelamar PPPK Tahap II

Gambar
Agus Sugianto,S.Pd (kanan). [Foto: sh] SUMENEP— Besok, Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) Kecamatan Pasongsongan dijadwalkan melaksanakan validasi data tenaga non ASN yang mendaftar seleksi PPPK tahap II formasi tahun 2024.  Kegiatan ini akan berlangsung di SDN Pasongsongan 1, Kecamatan Pasongsongan. “Validasi data ini menindaklanjuti surat BKPSDM Sumenep nomor 800.1.2.2/947/204.4/2025,” jelas Agus Sugianto, sekretaris KKKS Kecamatan Pasongsongan, Rabu (13/8/2025). Agus menyebut, kegiatan ini menjadi kabar baik bagi para tenaga honorer di wilayah Pasongsongan, karena menjadi langkah awal dalam proses PPPK paruh waktu.  “Kami berharap semua peserta mempersiapkan dokumen dengan lengkap agar proses berjalan lancar,” pungkasnya. [sh]

Guru PPPK PAI Hadir, Masalah Baru Muncul

Gambar
Kehadiran guru PPPK Pendidikan Agama Islam (PAI) di sejumlah SD Negeri ternyata membawa persoalan baru yang tak pernah dipikirkan implikasinya.  Di beberapa sekolah, sebelumnya sudah ada lebih dari satu guru PAI honorer yang bertahun-tahun mengabdi.  Begitu guru PPPK PAI ditempatkan, guru honorer PAI tersebut terpaksa dialihkan jadi guru kelas. Akibatnya, guru honorer PAI kehilangan jam mengajar PAI sama sekali.  Lebih dari itu, mereka otomatis tak bisa mendaftar di akun SIAGA—pintu resmi untuk mengakses program dan kebijakan Kementerian Agama RI.  Tanpa jam mengajar PAI, peluang mengikuti program peningkatan kompetensi, insentif, atau bahkan sekadar terdata pun pupus. Situasi ini jelas memukul semangat para guru honorer yang sudah lama berjuang di lapangan.  Mereka bukan hanya kehilangan kesempatan, tapi juga kehilangan pengakuan.  Seharusnya pemangku kebijakan tidak hanya fokus menempatkan guru PPPK, tapi juga memikirkan nasib guru honorer yang terdampak ...

Guru PPPK PAI: Hadir Membawa Berkah atau Luka?

Gambar
Kata orang, kehadiran guru PPPK PAI di SD Negeri adalah wujud perhatian pemerintah terhadap pendidikan agama.  Tapi, mari kita jujur, apakah semua guru di lapangan merasakannya sebagai berkah? Di sejumlah sekolah, guru PAI honorer yang telah setia mengabdi berpuluh tahun, kini harus pindah haluan jadi guru kelas.  Alasannya sederhana; kursi mengajar PAI sudah penuh.  Tanpa jam mengajar PAI, mereka otomatis “terlempar” dari akun SIAGA Kemenag.  Dan tanpa akun SIAGA, selamat tinggal sertifikasi, selamat tinggal tunjangan, selamat tinggal peluang. Lucunya, kita sering dengar kata “pemerataan” dalam pidato-pidato indah.  Tapi, mengapa pemerataan ini terasa seperti meratakan nasib guru honorer ke arah bawah?  Pemerintah tentu punya niat baik.  Hanya saja, niat baik tanpa perhitungan matang bisa seperti menabur benih di tanah yang sudah penuh.  Mungkin sudah saatnya kebijakan penempatan guru PPPK mempertimbangkan sejarah pengabdian guru yang lebih dulu ...

Kehadiran Guru PPPK PAI di SD Negeri: Harapan atau Masalah Baru?

Gambar
Kehadiran guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD Negeri seharusnya jadi kabar baik.  Tapi, di lapangan justru memunculkan persoalan baru.  Bagaimana tidak, di sejumlah sekolah sebelumnya sudah ada lebih dari satu guru PAI honorer yang setia mengabdi bertahun-tahun. Kedatangan guru PPPK PAI membuat sebagian guru honorer harus beralih tugas jadi guru kelas.  Konsekuensinya, mereka kehilangan jam mengajar PAI sehingga tidak bisa mendaftar di akun SIAGA milik Kementerian Agama RI.  Padahal, tanpa akun tersebut, pupuslah peluang mereka untuk mendapatkan berbagai program dan kebijakan pemerintah, mulai dari sertifikasi hingga tunjangan. Fenomena ini menunjukkan bahwa kebijakan pengangkatan PPPK tanpa perencanaan distribusi yang matang bisa menimbulkan efek samping serius.  Guru honorer yang telah berjuang lama justru terpinggirkan.  Harus ada solusi yang adil, misalnya pembagian jam mengajar yang proporsional ata...

Guru Honorer, Ijazah PAI, dan Jalan Buntu di SIAGA

Gambar
Ironis rasanya, ketika seorang guru honorer yang telah mendedikasikan diri lebih 20 tahun sebagai guru kelas di sebuah SD Negeri justru terjebak dalam kebijakan yang tidak berpihak.  Ijazahnya S1 Pendidikan Agama Islam (PAI), tapi karena mengajar sebagai guru kelas, ia tidak memiliki jam mengajar PAI minimal 6 jam per minggu.  Akibatnya, ia tidak bisa mendaftar di akun SIAGA - sistem yang menjadi gerbang segala peluang bagi guru agama. Masalahnya, ketika namanya tak tercatat di SIAGA, semua kesempatan untuk mendapatkan pelatihan, tunjangan, atau jalur sertifikasi otomatis tertutup.  Padahal, kompetensi dan pengabdian tidak semestinya diukur hanya dari kotak-kotak administrasi. Kondisi ini menjadi potret nyata betapa kebijakan pendidikan seringkali kaku dan tidak melihat realitas di lapangan.  Guru honorer seperti ini terjebak di ruang abu-abu: mengajar penuh hati, nmun tidak diakui secara sistem.  Kalau dibiarkan, bukan hanya semangat guru yang padam, tapi juga ...

Tayub Madura, Penambah Semarak dalam Pesta Pernikahan Desa

Gambar
Hairus Samad (foto atas kiri). (Foto: sh)  SUMENEP - Di sejumlah pelosok desa wilayah Kota Keris Sumenep, seni tayub Madura masih jadi pelengkap utama dalam hajatan pernikahan.  Bagi masyarakat desa, tayub bukan sekadar hiburan, melainkan simbol semaraknya sebuah pesta dan wujud kebersamaan warga. Menurut Hairus Samad, S.Sos., tokoh masyarakat Sempong Barat, Desa/Kecamatan Pasongsongan, kehadiran tayub memberi warna tersendiri bagi acara pernikahan. "Bagi sebagian besar masyarakat di pelosok desa, acara hajatan pernikahan yang tidak ada pagelaran seni tayubnya, kurang semarak," ujar Hairus, yang dikenal peduli pada pelestarian budaya Madura. Sebagai tokoh muda Pasongsongan, Hairus melihat tayub bukan hanya tradisi seni, tapi juga perekat sosial.  Musik yang mengalun, gerakan tari yang anggun, dan interaksi penari dengan para tamu menjadi ruang silaturahmi yang mempererat ikatan antarwarga. Di tengah derasnya arus modernisasi, seni tayub menghadapi tantangan.  Tapi b...

Tayub Madura, Jiwa yang Menghidupkan Pesta Pernikahan Desa

Gambar
Sunayan, pakar Macopat Madura. [Foto: sh] SUMENEP - Di pelosok-pelosok desa wilayah Kota Keris Sumenep, seni tayub Madura masih menjadi magnet budaya yang sulit tergantikan.  Dalam banyak hajatan, terutama pernikahan, kehadiran tayub bukan sekadar hiburan; ia adalah simbol kebersamaan, kegembiraan, dan penghormatan bagi para tamu. Menurut Sunayan, tokoh masyarakat Sempong Barat, Kecamatan Pasongsongan, pagelaran tayub ibarat nyawa dalam pesta pernikahan. Senin (11/8/2025)  "Bagi sebagian besar masyarakat di pelosok desa, acara hajat pernikahan yang tidak ada pagelaran seni tayubnya, ibarat nasi tanpa sayur," ujarnya.  Sunayan, yang juga pakar Macopat Madura dan tergabung dalam perkumpulan Macopat Lesbumi Pasongsongan, memahami betul makna tayub dalam struktur sosial budaya Madura. Sayangnya, di tengah arus modernisasi, tayub kerap disalahpahami atau bahkan dihindari.  Padahal, jika dilihat dari kacamata budaya, tayub adalah wujud ekspresi seni rakyat yang memadukan m...

CERPEN: Bila Hujan tak Mau Turun

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur duduk di teras rumah Tona, menatap perempuan itu. Dalam.  Ada raut letih di wajahnya, tapi juga keteguhan yang sulit digoyahkan. Sejak perceraian itu, Tona memilih hidup sendiri.  Mantan suaminya telah meninggalkan luka di hatinya.  Pukulan demi pukulan, makian demi makian, telah memberangus kepercayaan Tona pada kata cinta. "Aku cuma nggak mau mengulang hidup di neraka yang sama," ujar Tona pelan ketika Debur mencoba membicarakan pernikahan. Debur mengangguk, walau hatinya sesak. Ia paham rasa takut itu, tapi juga prihatin melihat Tona menutup rapat pintu hatinya.  "Kalau aku carikan calon yang baik, yang bisa jaga kamu, mau?" tanyanya hati-hati. Tona menggeleng tanpa menoleh. Debur terdiam sejenak, lalu memberanikan diri. "Bagaimana kalau aku?" Perempuan itu tak menatapnya, tak juga menjawab. Hanya angin sore yang menyapu hening di antara mereka. Debur tersenyum pahit. Kadang, luka masa lalu terlalu dalam untuk dijangkau oleh t...

CERPEN: Aku Memilihmu jadi Imamku

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur awalnya hanya iseng membuka aplikasi media sosial di malam yang lengang.  Ia menemukan profil seorang wanita bernama Tona.  Foto profilnya menampilkan wajah yang tampak lebih tua dari usianya, dengan senyum seadanya.  Dalam percakapan, Tona mengaku berusia 36 tahun, janda dua anak.  Entah mengapa, meski fotonya biasa saja, Debur merasa nyaman ngobrol dengannya. Hari-hari berlalu, obrolan mereka makin intens.  Mereka saling curhat, bercanda, bahkan saling mengirim voice note.  Hingga suatu malam, Tona mengajak jumpa darat. Di kafe kecil pinggir kota, Debur menunggu dengan sedikit gugup. Lalu seorang wanita muda berkulit cerah, berambut panjang, dan bermata teduh melangkah masuk.  Debur tertegun—itu Tona. Cantik, segar, dan jelas jauh lebih muda dari pengakuannya. "Ini… kamu?" tanya Debur setengah tak percaya. Tona tersenyum, duduk di hadapannya.  "Foto dan usia di profil itu hanya untuk menguji. Aku ingin tahu siapa yang ...

CERPEN: Debur dan Bayang-Bayang Korupsi

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur cukup muak tiap kali menonton berita tentang para koruptor di Indonesia.  Hukuman mereka seringkali ringan, bahkan beberapa tetap bisa hidup mewah di balik jeruji.  Ironisnya, ayahnya sendiri adalah salah satu dari mereka, seorang koruptor yang kini mendekam di penjara karena kasus suap. Ayah Debur dulu menyuap pejabat negara agar dimudahkan mendapatkan proyek.  Katanya, kalau tidak menyuap, ia pasti kalah bersaing dengan pihak lain yang juga main uang.  Bagi ayahnya, suap hanyalah “biaya masuk” dunia bisnis. Debur tidak pernah membela perbuatan ayahnya, meski ia paham alasan di baliknya.  Ia justru melihat bahwa alasan semacam itu adalah akar busuk yang membuat negeri ini sulit berubah.  “Kalau semua orang berpikir begitu, kapan negara ini bisa bersih?” batin Debur. Kini, tiap mendengar janji pemerintah soal pemberantasan korupsi, Debur tersenyum miris.  Bagi dia, korupsi bukan sekadar kejahatan, tapi juga warisan mental yan...

CERPEN: Sujud Debur tanpa Batas

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur tumbuh jadi lelaki perkasa, meski masa lalunya tak pernah luput dari bisik-bisik hinaan.  Ia adalah anak pelacur.  Tapi Debur tidak menundukkan kepala karena malu.  Ia justru menengadahkan hati kepada Tuhan. Ia yakin, Tuhan Maha Pengampun.  Tiap malam, Debur sujud lama di atas sajadah, merintih dalam doa.  Ia memohon ampun bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk ibunya.  Debur tidak pernah membenci ibunya.  Justru, ia menyimpan rasa sayang yang dalam, meski tak diungkapkan dengan kata-kata.  Dalam tiap tetes air matanya, terselip doa agar ibunya selamat di akhirat kelak. Baginya, masa lalu hanyalah ujian. Dan sujud yang panjang adalah jalan pulangnya. []

CERPEN: Cinta di Ujung Senja

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Bagi Debur, usia bukanlah penghalang untuk menemukan cinta.  Menjelang kepala lima, ia masih perjaka.  Hidupnya dihabiskan untuk bekerja keras, membangun usaha kecil di kota.  Ia tak pernah berpikir akan menikah, hingga Tona hadir. Tona, janda beranak dua, membawa warna baru dalam hidupnya. Senyumnya mencaikan kesepian yang telah lama membeku di hati Debur.  Banyak tetangga mencibir, menuduh Debur buta mata. Tapi Debur hanya tersenyum.  Baginya, kebahagiaan tak perlu persetujuan siapa pun. Selesai akad nikah, Debur merasa seperti lelaki paling beruntung di dunia.  Bukan karena Tona sempurna, tapi karena Tona menerima dirinya. Bagi Debur, cinta bukan soal usia atau masa lalu, melainkan keberanian untuk memilih satu hati dan menjaganya. []

Cerpen: Nasi Sudah Jadi Bubur

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur pulang dari Jakarta dengan hati penuh rindu.  Seminggu terakhir, ia bekerja keras menjaga toko kelontong yang sedang berkembang.  Wajah Tona dan tawa dua buah hati mereka selalu membayang di kepalanya.  Ia membayangkan pelukan hangat keluarga saat pintu rumah dibuka. Tapi, yang menyambutnya hanyalah sunyi.  Pintu terkunci, tirai rumah tergerai kusam.  Debur mengintip ke dalam, kosong. Tak ada suara, tak ada jejak. Dari bisik tetangga, ia mendengar kabar pahit: Tona telah pergi.  Ia tergoda oleh seorang lelaki berharta, yang bahkan sudah memiliki istri.  Lelaki itu membawanya pergi jauh, meninggalkan segala yang pernah mereka bangun bersama. Yang lebih menusuk hati, kedua anaknya ikut dibawa kabur Tona.  Amarah Debur sempat mendidih, mengguncang dadanya.  Tapi ia hanya bisa terdiam, menatap langit sore yang meredup.  Semua sudah terjadi. Nasi sudah jadi bubur. Bagi Debur, tak mungkin lagi merangkai cinta yang te...

Kenapa Hukuman Mati untuk Koruptor di Indonesia tidak Bisa Dibuat?

Gambar
Di negeri ini, hukuman mati bagi koruptor seolah cuma bahan obrolan di warung kopi.  Dibicarakan dengan penuh semangat, tapi begitu masuk meja parlemen atau ruang sidang, langsung mengecil seperti lilin kehabisan oksigen. Padahal, orang awam pun tahu: koruptor adalah biang kemiskinan.  Mereka mencuri uang yang seharusnya membangun jalan, sekolah, rumah sakit, dan lapangan kerja.  Akibatnya, rakyat harus hidup dengan gaji pas-pasan, harga melambung, dan layanan publik setengah hati. Sayangnya, rakyat Indonesia sudah terlalu sering di-PHP (Pemberi Harapan Palsu). — dijanjikan pemberantasan korupsi, tapi yang muncul hanya drama tangkap-menangkap.  Para koruptor bisa tersenyum di penjara, bahkan kadang keluar dengan remisi bak pahlawan. Kalau negara memang serius, kenapa tidak berani menegakkan hukuman mati bagi para perampok uang rakyat?  Atau mungkin, yang duduk di kursi kekuasaan takut karena mereka sendiri atau koleganya bisa masuk daftar eksekusi? Rakyat sudah ...

Hukuman Mati: Harapan yang Selalu Mandek di Indonesia

Gambar
Di Indonesia, hukuman mati ibarat tong kosong nyaring bunyinya —menggelegar dalam wacana, tapi tak berisi kenyataan.  Kendati presiden Prabowo pernah bilang akan menegakkan hukuman mati bagi para koruptor, namun penerapannya kerap tersendat oleh tarik-menarik kepentingan politik, hukum, dan moral. Ironisnya, masyarakat awam sudah paham betul bahwa korupsi adalah akar dari banyak penderitaan—mulai dari infrastruktur terbengkalai, layanan publik setengah hati, hingga kemiskinan yang diwariskan lintas generasi.  Koruptor bukan sekadar pencuri uang negara, mereka adalah perampas hak hidup layak jutaan rakyat. Tapi, ketika berbicara soal hukuman mati bagi koruptor, kita terjebak dalam retorika tanpa aksi.  Ada yang berdalih soal hak asasi, ada pula yang sibuk menimbang “kepastian hukum” yang entah kapan datang.  Akibatnya, korupsi tetap tumbuh subur, sementara rakyat hanya bisa menggigit bibir menatap ketidakadilan yang terus berulang. Kalau negara tak berani menegakkan h...

Ijazah Jokowi, Misteri Negara Rasa Dagelan

Gambar
Kasus ijazah mantan Presiden Joko Widodo ini sudah kayak drama Korea tanpa ending—bedanya, nggak ada adegan romantis, yang ada cuma rakyat kebingungan.  Dari dulu ribut, ribut, ribut… tapi ijazah aslinya tidak nongol juga. Lucunya, Pak Jokowi ini kayak pemain sinetron yang tahu bikin semua orang penasaran, tapi justru diam saja sambil senyum.  Ya, mungkin strateginya begini: “Kalau rakyat bingung soal ijazah, mereka nggak sempat ngomongin harga beras.” Cerdas? Mungkin. Licin? Jelas. Padahal, kalau mau, tinggal buka map, tunjukin ijazah, selesai.  Tapi tidak.  Misteri ini dibiarkan menggantung, bikin masyarakat debat sampai urat leher keluar, sementara elite politik duduk manis sambil makan popcorn. Kalau terus begini, jangan heran jika nanti kasus ijazah ini diwariskan ke cucu kita sebagai “warisan budaya tak benda”—karena bendanya sendiri nggak pernah kelihatan. [sh]

Ijazah Jokowi, Misteri yang Lebih Seru dari Sinetron

Gambar
Kasus ijazah mantan Presiden RI, Joko Widodo, ini rasanya sudah kayak sinetron Ramadhan yang tayang tiap tahun: Plotnya itu-itu saja, tapi penontonnya tetap heboh.  Bedanya, kali ini tokohnya nggak kunjung kasih “bukti asli” yang dinanti-nanti. Yang bikin geleng-geleng kepala, Jokowi masih belum mau menunjukkan ijazahnya ke publik.  Padahal kalau cuma buka map ijazah, foto, lalu upload ke Instagram, selesai urusannya. Hehehe...  Tapi entah kenapa, ini malah kayak nonton magician yang mau menunjukkan trik sulap… tapi triknya tak pernah kelar. Jadinya orang bertanya-tanya: Ini sengaja biar semua penasaran, atau cuma cara kreatif buat bikin rakyat lupa sama isu-isu lain?  Kalau benar begitu, ya selamat—triknya sukses, bung!  Tapi jujur, kalau terus begini, kasus ini bisa masuk rekor MURI sebagai “Misteri Nasional yang tak Pernah Tamat”.  Jadi, Pak Jokowi, ayolah kita akhiri sinetron ini sebelum ratingnya turun gara-gara penonton bosan. [sh]

Polemik Ijazah Jokowi, Misteri yang Tak Kunjung Usai

Gambar
Kasus dugaan ijazah mantan Presiden RI, Joko Widodo, kembali mencuat dan menimbulkan kegaduhan di ruang publik.  Kisruh ini seolah tak pernah usai, memantik pro-kontra tajam di tengah masyarakat. Yang membuat publik heran, Jokowi hingga kini belum mau menunjukkan ijazahnya.  Padahal, langkah sederhana itu bisa jadi cara paling mudah untuk menghentikan spekulasi.  Sikap diam ini justru memunculkan berbagai pertanyaan: Apakah ini strategi untuk membuat orang terus penasaran?  Atau malah sebagai upaya mengalihkan perhatian dari isu-isu lain yang lebih penting? Apapun alasannya, kasus ini menunjukkan betapa lemahnya transparansi pejabat publik di negeri ini.  Mengulur jawaban hanya akan memperpanjang kegaduhan dan membuat rasa percaya masyarakat semakin terkikis. [sh]

Kades Pasongsongan Ucapkan Terima Kasih atas Dukungan untuk Musik Tongtong “Angin Ribut” di Yogyakarta

Gambar
MS Arifin (mengenakan pakaian adat Madura) bersama grup musik tongtong Angin Ribut. [Foto: sh] SUMENEP – Kepala Desa Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto, menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung keberangkatan dan penampilan grup musik tongtong Angin Ribut dalam ajang Festival Indonesian Street Performance: Nusantara Menari di Yogyakarta. “Ucapan terima kasih tak terhingga kepada Kepala Disbudporapar Sumenep dan Bapak MS Arifin (Owner Ramuan Banyu Urip) yang telah ikut mensupport Angin Ribut selama berada di Yogyakarta,” ucap Harianto ketika ditemui di Kantor Desa Pasongsongan. Jumat (8/8/2025).  Ia juga memberikan apresiasi khusus kepada para pengurus, anggota, serta seluruh masyarakat Pasongsongan yang telah berperan aktif dan memberi dukungan penuh, khususnya kepada para pemain musik tongtong yang telah membawa nama baik desa. Angin Ribut, grup musik tongtong asal Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, berhasil memukau penonton saat tampi...

Pengumuman Pemenang Lomba Kaligrafi HUT RI ke-80 Kecamatan Pasongsongan

Gambar
Abu Talib (kiri) bersama pemenang lomba melukis kaligrafi tingkat SMA/MA.[Foto: sh] SUMENEP — Para pemenang lomba mewarnai dan melukis kaligrafi dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 tingkat Kecamatan Pasongsongan resmi diumumkan. Jumat (8/8/2025).  Kegiatan yang diselenggarakan di MI Annajah Pasongsongan ini diikuti oleh siswa dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, hingga SMA/MA. Koordinator seksi kesenian siswa, Agus Sugianto, menyampaikan langsung daftar para pemenang dalam kegiatan tersebut.  Ia juga memberikan pesan penyemangat bagi para peserta yang belum berhasil meraih juara. “Bagi siswa yang belum berhasil keluar sebagai juara, jangan putus asa. Kalian terpilih sebagai peserta itu sudah luar biasa,” ujar Agus Sugianto. Penyerahan trofi dan piagam penghargaan dilakukan oleh sekretaris panitia pelaksana HUT RI ke-80 Kecamatan Pasongsongan, Abu Talib, M.Pd. "Lomba kaligrafi ini menjadi salah satu ajang untuk menggali dan mengapresi...

Juan Dali Tampilkan "La Rose" dalam Pameran Bhavana Loka di SMSR Yogyakarta

Gambar
Karya Juan Dali. [Foto: ls/sh] YOGYAKARTA – Juan Dali, seorang perupa muda berbakat asal Kulon Progo, kembali menunjukkan kiprahnya di dunia seni rupa melalui karya berjudul “La Rose” dalam Pameran Bhavana Loka yang berlangsung di Galeri SMSR Yogyakarta, 4–8 Agustus 2025. Meski masih duduk di kelas 12 jurusan seni lukis di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Juan Dali telah aktif berpameran sejak usia 9 tahun.  Dalam pameran lintas jurusan ini, ia menyuguhkan “La Rose”, sebuah lukisan bergaya realis dan kubisme yang menggambarkan sosok gadis dengan senyum penuh misteri dan tatapan mata penuh tanda tanya.  Sebuah mawar menghiasi rambut sang gadis, sementara setangkai mawar lain tampak tumbuh di hadapannya.  Warna pink pada pakaian tokoh mengisyaratkan cinta, berpadu dengan latar merah dan coklat yang memperkuat nuansa emosional karya tersebut. Pameran Bhavana Loka dibuka secara resmi oleh kurator seni ternama Kuss Indarto, dan turut diramaikan dengan berbagai kegiatan seni ...

Siswa SDN Panaongan 3 Ikuti Lomba Kaligrafi Tingkat Kecamatan Pasongsongan

Gambar
Dua murid SDN Panaongan 3 dalam lomba melukis kaligrafi. [Foto: sh] SUMENEP – Dua murid dari SDN Panaongan 3 Kecamatan Pasongsongan turut ambil bagian dalam lomba melukis kaligrafi tingkat SD/MI se-Kecamatan Pasongsongan yang digelar di MI Annajah Pasongsongan, Jumat (8/8/2025).  Lomba ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Abdul Wasik, S.Ud., selaku guru pendamping dari SDN Panaongan 3, menyampaikan rasa bangganya atas keikutsertaan dua siswa terbaiknya dalam lomba ini.  Abdul Wasik, S.Ud memberikan motivasi kepada kedua siswinya. [Foto: sh] Ia menegaskan bahwa keduanya merupakan murid unggulan di sekolahnya dalam bidang seni kaligrafi. “Mereka adalah siswa terbaik kami dalam melukis kaligrafi, dan kami sangat mendukung partisipasi mereka dalam ajang ini,” ujar Abdul Wasik. Sementara itu, Ana Rusiah, guru pendamping dari MTs Istikmalunnajah, memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan lomba kali ini.  Ia menilai ...

Lomba Melukis Kaligrafi Meriahkan HUT RI ke-80 di MI Annajah Pasongsongan

Gambar
Akhmad Jasimul Ahyak sedang mengawasi lomba melukis kaligrafi. [Foto: sh] SUMENEP – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, Panitia Lomba Seni Siswa Kecamatan Pasongsongan menggelar lomba melukis kaligrafi tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Pasongsongan. Jumat (8/8/2025).  Kegiatan ini diikuti puluhan peserta dari berbagai sekolah dan diselenggarakan di MI Annajah Pasongsongan.  Para peserta menampilkan kreativitas mereka dalam menuangkan ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam bentuk kaligrafi yang indah dan penuh makna. Akhmad Jasimul Ahyak,S.Pd.I selaku ketua panitia seksi lomba kesenian, menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi aktif dalam lomba tersebut.  Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para guru pendamping yang telah setia mendampingi dan membimbing anak didiknya hingga bisa mengikuti lomba dengan baik. "Kami sangat mengapresiasi semangat para peserta. Ini menunjukkan bahwa seni kaligrafi masih di...

Dua Murid SDN Padangdangan 2 Ikuti Lomba Melukis Kaligrafi di MI Annajah Pasongsongan

Gambar
Siti Endang Junnur Aida, S.Pd.I, sedang memberi arahan sebelum lomba dimulai. [Foto: sh] SUMENEP – Dua murid dari SDN Padangdangan 2, Kecamatan Pasongsongan, turut berpartisipasi dalam Lomba Melukis Kaligrafi yang diselenggarakan di MI Annajah Pasongsongan. Jumat (8/8/2025).  Lomba ini merupakan bagian dari kegiatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 yang bertujuan menggali potensi dan bakat seni kaligrafi di kalangan pelajar sekolah dasar. Siti Endang Junnur Aida, S.Pd.I, selaku guru pendamping dari SDN Padangdangan 2, menyampaikan rasa bangganya atas keikutsertaan kedua siswanya dalam ajang tersebut.  Ia berharap keduanya bisa menunjukkan kemampuan terbaik dan berhasil meraih juara.  “Ini pengalaman berharga bagi anak-anak. Semoga mereka tampil percaya diri dan membawa hasil yang membanggakan,” ujarnya. Kegiatan lomba melukis kaligrafi ini diikuti oleh berbagai sekolah dasar se-Kecamatan Pasongsongan dan mendapat sambutan positif dari para guru serta wali murid.  Selain menu...

Cerpen: Akhir Tragis Debur, dari Pejabat Kebal Hukum ke Narapidana

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Dulu, Debur adalah pejabat negara yang disegani—penampilannya rapi, tutur katanya meyakinkan, dan jaringannya luas.  Saat desas-desus penyalahgunaan wewenang mulai muncul, ia tak gentar.  Di sekelilingnya ada pengacara-pengacara kawakan dan pakar hukum yang lihai memainkan pasal, membelokkan fakta, dan merancang strategi pembelaan.  Dengan bantuan mereka, Debur lolos dari jerat hukum, seolah tak tersentuh.  Debur kembali melenggang di panggung kekuasaan. Nah, roda waktu terus berputar. Ketika rezim berganti dan wajah-wajah baru mulai mengurai benang kusut warisan masa lalu, nama Debur kembali mencuat.  Bukti-bukti yang dulu tersembunyi mulai terkuak, saksi-saksi yang dulu bungkam kini berani bersuara.  Tanpa tameng kekuasaan dan pengaruh, Debur tak lagi kebal.  Satu per satu, lembaran lama dibuka kembali, dan kali ini hukum menjemputnya dengan lebih tegas. Kini Debur mendekam di balik jeruji, bukan lagi sebagai pejabat terhormat, m...

Cerpen: Satu Anak, Seribu Penyesalan

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Tona tak pernah menyangka pagi itu jadi awal dari kehilangan terbesar dalam hidupnya.  Anak lelaki satu-satunya menghembuskan napas terakhir akibat demam berdarah.  Semua terasa begitu cepat—dari demam ringan, perawatan di klinik, hingga perpisahan yang tak pernah ia bayangkan.  Tona dan suaminya, Debur, tak sanggup berkata-kata saat tubuh mungil anak mereka dibaringkan di atas pembaringan terakhir.  Dunia mereka runtuh dalam diam. Mereka berdua pernah menaruh harapan besar pada anak itu—untuk kelak tumbuh dewasa, menikah, dan memberi cucu yang bisa mereka gendong di hari tua.  Tapi kini harapan itu musnah, menyisakan ruang kosong yang tak tergantikan.  Yang tertinggal hanya bayangan kenangan dan kamar kecil yang tak lagi berpenghuni. Dalam duka yang dalam, penyesalan pun tumbuh jadi tembok dingin di antara Tona dan Debur.  Tona dulu bersikeras cukup memiliki satu anak agar tak repot, kini diam-diam merasa bersalah.  Sementara...

Cerpen: Mengabdi Tanpa Henti, Pensiun dengan Harga Diri

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Debur adalah seorang guru honorer yang telah mengabdi lebih dari 24 tahun di SD Negeri di desanya.  Setiap pagi, ia datang lebih awal dari siapa pun, menyiapkan materi pelajaran, dan menyambut murid-murid dengan senyum hangat.  Di balik dedikasinya yang luar biasa, Debur menyimpan harapan sederhana: Diangkat jadi ASN melalui jalur PPPK.  Tapi, harapan itu tak pernah jadi kenyataan.  Berkali-kali ia ikut seleksi, dan berkali-kali pula namanya tak pernah muncul dalam pengumuman kelulusan. Kini, di usia 61 tahun, Debur memutuskan pensiun dari tugasnya sebagai guru.  Ia pamit dengan mata berkaca-kaca, di hadapan murid-murid dan rekan sejawat yang mengenalnya sebagai sosok sabar dan tekun.  Meski negara belum sempat menghargai pengabdiannya secara layak, Debur pergi dengan hati lapang dan kepala tegak.  Dalam senyap masa tua, Debur tak sendiri. Ia ditemani istri setia mendampingi dari awal perjuangannya sebagai guru, serta tiga anak yan...

Cerpen: Sayur Harapan

Gambar
By: Suriyanto Hasyim Tona, seorang perempuan tangguh berusia enam puluhan. Ttiap pagi menyusuri jalan tanah menuju pasar di desanya.  Walau tubuhnya mulai renta, ia tetap setia membawa bakul berisi sayuran segar hasil kebun kecilnya.  Di rumah, suaminya, Debur, hanya bisa terbaring sejak terserang stroke lima tahun lalu.  Tona merawatnya seorang diri, menyuapi, membersihkan, dan menjaga dengan penuh kasih sayang, tanpa keluh. Berjualan sayur bukan sekadar mata pencaharian bagi Tona, melainkan bentuk cintanya yang paling tulus.  Hasil jualan itulah ia membeli obat untuk suaminya dan memenuhi kebutuhan hidup mereka.  Meski beberapa tetangga menawarkan bantuan, Tona menolaknya dengan lembut.  “Selama tangan ini masih bisa bekerja, biar saya usaha sendiri,” tekadnya.  Tiap siang, Tona pulang membawa hasil seadanya, duduk di samping suaminya, dan bercerita tentang hari itu.  Debur hanya bisa menatapnya, sesekali menggenggam tangannya, lembut. Di rumah ...

Mengejar Badai": Potret Guru Honorer yang Terlupakan

Gambar
Kalimat "mengejar badai" barangkali terdengar puitis, bahkan heroik.  Tapi bagi sebagian besar guru honorer Kabupaten Sumenep, istilah ini adalah kenyataan pahit yang dijalani seumur hidup.  Terutama bagi mereka yang telah mengabdi lebih dari 20 tahun, termasuk dalam kategori R4—guru honorer yang telah bekerja sejak lama tapi terpinggirkan oleh regulasi yang tidak berpihak pada pengalaman dan usia. Bayangkan seseorang yang mendedikasikan separuh hidupnya untuk mencerdaskan generasi bangsa, tapi akhirnya harus pensiun dalam senyap, tanpa pengakuan, tanpa penghargaan yang layak.  Usianya telah mencapai 60 tahun, dan satu-satunya yang menjadi saksi dari perjuangannya adalah air mata yang jatuh diam-diam, menetes bukan karena lelah, tapi karena kecewa. Regulasi demi regulasi datang dan pergi, tak satu pun benar-benar memberikan "jatah" keadilan bagi mereka yang menua dalam pengabdian.  Masa kerja yang panjang tidak menjadi jaminan.  Usia yang kian senja justru jadi ...

SDN Panaongan 3 Terima Bantuan Buku Yasin dan Tahlil dari Pemerhati Pendidikan Asal Sumenep

Gambar
Dari kiri: Agus Sugianto dan Suriyanto Hasyim. [Foto: sh] SUMENEP – SDN Panaongan 3, Kecamatan Pasongsongan, mendapatkan perhatian dari seorang pemerhati pendidikan asal Sumenep yang kini menetap di Jakarta, Ustadz Aji Lahaji.  Bantuan kali ini berupa 41 eksemplar buku Surat Yasin dan Tahlil yang disalurkan melalui media online lokal, apoymadura.com. Rabu (6/8/2025).  Suriyanto Hasyim, Pimpinan Redaksi apoymadura.com, mengatakan bahwa pihaknya dipercaya Ustadz Aji Lahaji untuk menyalurkan bantuan tersebut.  Ia pun memilih SDN Panaongan 3 sebagai penerima manfaat karena sekolah ini dinilai paling aktif dalam pemberitaan dan publikasi kegiatan melalui berbagai platform media sosial. "SDN Panaongan 3 sangat aktif menyebarkan informasi dan kegiatan positif mereka. Ini bentuk apresiasi terhadap semangat mereka dalam membangun citra pendidikan yang terbuka dan inspiratif," terang Suriyanto.  Sedangkan Kepala SDN Panaongan 3, Agus Sugianto membenarkan bahwa lembaga yang ia ...

Pemerhati Pendidikan Asal Sumenep, Ustadz Aji Lahaji, Kembali Salurkan Bantuan untuk Dunia Pendidikan

Gambar
Ustadz Aji Lahaji. [Foto: sh] SUMENEP – Pemerhati pendidikan asal Kota Keris Sumenep, Ustadz Aji Lahaji, kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan di kampung halamannya. Rabu (6/8/2025).  Walau kini menetap di Jakarta, setiap kali pulang ke Sumenep, ia senantiasa menyempatkan diri memberikan bantuan untuk mendukung pendidikan anak-anak. “Kali ini kami memberikan bantuan buku Surat Yasin dan Tahlil untuk tiga lembaga pendidikan. Dua lembaga pendidikan non formal yang ada di kawasan Kota Sumenep dan satu lagi SDN Panaongan 3, Kecamatan Pasongsongan,” ujar Ustadz Aji Lahaji.  Bantuan tersebut disalurkan melalui media online lokal apoymadura.com, yang kemudian meneruskan bantuan itu kepada pihak-pihak penerima.  Total sebanyak 41 eksemplar buku Surat Yasin dan Tahlil dibagikan sebagai sarana penunjang kegiatan keagamaan di lingkungan lembaga pendidikan. Kepedulian Ustadz Aji Lahaji tidak hanya bersifat material, tapi juga menjadi inspirasi bagi banyak pihak ...

Pimred apoymadura.com Serahkan 41 Buku Yasin dan Tahlil ke SDN Panaongan 3

Gambar
Dari kiri: Agus Sugianto dan Suriyanto Hasyim. [Foto: sh] SUMENEP – Pimpinan Redaksi (Pimred) apoymadura.com, Suriyanto Hasyim, menyerahkan bantuan buku Surat Yasin dan Tahlil sebanyak 41 eksemplar kepada SDN Panaongan 3, Kecamatan Pasongsongan. Selasa (6/8/2025). "Bantuan buku Surat Yasin dan Tahlil ini dari Ustadz Aji Lahaji, Sumenep. Beliau menyerahkan kepada kami untuk diteruskan kepada SDN Panaongan 3," ujar Suriyanto saat penyerahan bantuan. Sementara itu, Kepala SDN Panaongan 3, Agus Sugianto, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kepedulian yang diberikan.  "Setiap Jumat pagi, peserta didik kami menyelenggarakan pembacaan Surat Yasin bersama. Buku-buku ini tentu sangat bermanfaat," ungkapnya. Penyerahan bantuan ini diharapkan bisa mendukung kegiatan keagamaan rutin di sekolah dan membentuk karakter religius peserta didik sejak dini. [sh]

Fenomena Bendera One Piece: Isyarat Kekecewaan Rakyat?

Gambar
Menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80, fenomena pengibaran bendera One Piece—bendera bajak laut dari serial anime Jepang—muncul di berbagai daerah.  Ini bukan sekadar ekspresi budaya pop, melainkan sebuah pesan simbolik yang perlu dicermati lebih dalam, terutama oleh pemerintah yang tengah berkuasa. Di tengah hiruk-pikuk perayaan kemerdekaan, mengapa justru bendera bajak laut yang dikibarkan?  Fenomena ini tak bisa dianggap sepele. Bisa jadi, ini adalah wujud ketidakpercayaan masyarakat terhadap negara dalam menyelesaikan berbagai kasus besar yang tak kunjung tuntas.  Korupsi, ketidakadilan hukum, hingga krisis ekonomi berkepanjangan telah menumpuk dalam benak rakyat. Bendera bajak laut, yang selama ini identik dengan perlawanan dan kebebasan dari penindasan, kini menjadi simbol baru.  Sebuah peringatan diam bahwa rakyat mulai mencari harapan dari luar sistem.  Ini seharusnya menjadi bahan introspeksi, bukan hanya dilihat sebagai bentuk iseng atau eufori...

Tiga Murid SDN Soddara 2 Raih Prestasi di Lomba Lari Menengah HUT RI ke-80

Gambar
Bambang Sutrisno (paling kanan) bersama guru dan muridnya. [sh] SUMENEP — Tiga murid SDN Soddara 2, Kecamatan Pasongsongan, berhasil menorehkan prestasi gemilang dalam lomba lari menengah tingkat kecamatan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-80. Senin (4/8/2025).  Dua siswi sekolah tersebut menyabet juara 1 dan 2 untuk kategori putri, sementara satu siswa lainnya meraih juara 5 untuk kategori putra. Ketua Paguyuban olah raga (Paruga) Kecamatan Pasongsongan menyerahkan hadiah. [Foto: sh] "Kita semua maklum, untuk meraih prestasi dibutuhkan latihan yang terprogram dan berkesinambungan," ujar Bambang Sutrisno, Kepala SDN Soddara 2, dengan bangga. Menurutnya, keberhasilan ini juga tak lepas dari peran semua guru, terutama guru olah raga.  Prestasi ini menjadi bukti bahwa semangat kemerdekaan juga tumbuh dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang olahraga yang terus dikembangkan dibeberapa sekolah. [sh]