Suhartono, Maestro Perahu Nelayan dari Pasongsongan

Apoy madura dalam bingkai opini

Di tengah arus modernisasi alat tangkap laut yang kian pesat, masih ada sosok yang menjaga marwah tradisi bahari Madura. 

Suhartono, seorang pembuat perahu nelayan khas Desa Pasongsongan, adalah salah satunya. 

Kediamannya berada di Dusun Benteng Utara, Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, ia mengabdikan hidupnya untuk melestarikan seni sekaligus keterampilan yang diwariskan para leluhur: Membangun perahu tradisional.

Ketika saya berbincang dengannya, Suhartono mengisahkan bahwa keterampilan itu bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. 

Ia memulainya dari nol, bekerja sebagai buruh pembuat perahu bersama para senior. 

Dari situlah ia belajar mengukur, memahat, merakit, hingga memahami detail estetika dan fungsi sebuah perahu. 

Proses panjang itu kemudian membentuknya menjadi seorang perancang bangun perahu yang kini diakui kemahirannya.

Pelestari budaya

Tak berlebihan jika hasil karya Suhartono kini dianggap sebagai kiblat oleh para juragan perahu nelayan. 

Perahu buatannya bukan hanya berfungsi sebagai alat mencari nafkah di laut, tapi juga simbol prestise bagi pemiliknya. 

Pemesanan perahu darinya datang tidak hanya dari nelayan Pasongsongan, melainkan juga dari Ambunten, Slopeng, Legung, Dungkek, Gapura, bahkan hingga ke luar Kabupaten Sumenep—Pamekasan dan Sampang. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa sentuhan tangan Suhartono telah melampaui sekat geografis.

Tapi, di balik keindahan karya dan keterampilannya, ada fakta menarik sekaligus menantang: Harga pembuatan sebuah perahu tradisional Pasongsongan mencapai lebih dari satu miliar rupiah. 

Angka ini tentu tidak kecil. Akan tetapi, jika dipahami secara mendalam, biaya tersebut sepadan dengan nilai seni, kualitas material, keahlian, serta keawetan perahu yang mampu diandalkan para nelayan bertahun-tahun lamanya.

Penjaga peradaban

Dalam pandangan saya, Suhartono bukan sekadar pengrajin. Ia adalah penjaga peradaban maritim Madura. 

Di tengah keterdesakan perahu fiberglass atau kapal pabrikan modern, kehadirannya jadi penegas bahwa perahu tradisional Pasongsongan bukan hanya soal fungsi, tapi juga soal identitas. 

Ia menjaga warisan budaya sekaligus menghidupkan roda ekonomi lokal melalui pesanan yang terus berdatangan.

Melihat kiprahnya, kita perlu memberi perhatian lebih kepada sosok seperti Suhartono. 

Pemerintah daerah maupun lembaga kebudayaan seyogianya tidak hanya memandang hasil kerjanya sebagai aktivitas ekonomi, tapi juga sebagai warisan budaya takbenda yang harus dilestarikan. 

Pasalnya, jika generasi seperti Suhartono tidak ada lagi penerusnya, bisa jadi keterampilan membangun perahu khas Pasongsongan perlahan hilang ditelan zaman.

Penutup

Sosok Suhartono adalah bukti nyata bahwa warisan budaya sanggup bertahan bukan semata karena romantisme sejarah, melainkan karena ada tangan-tangan terampil yang terus menjaganya. 

Dalam setiap papan kayu yang ia pasang, terkandung semangat leluhur Madura yang selalu berpaut dengan laut. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

Kekecewaan Guru Honorer Pasongsongan: Lama Mengabdi tapi Tak Lolos PPPK

KKG SD Gugus 02 Pasongsongan Gelar Rapat di SDN Soddara 2

Mitos Uang Bernomer 999

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

MI Annajah Dusun Pakotan Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Perkumpulan Macopat Lesbumi Pasongsongan Dapat Undangan Tampil di Jakarta

PB Elang Waru Jalin Persahabatan dengan PB Indoras Sumenep

Perkumpulan Macopat Lesbumi NU Pasongsongan Berkisah tentang Nurbuat

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD