Ainur Ridwan, Pensiunan Guru yang Setia Mengabdi pada Kerawitan
Dalam setiap perjalanan budaya, selalu ada sosok yang memilih jalan sunyi: Menjaga, merawat, sekaligus menyalakan api tradisi di tengah derasnya arus modernitas.
Salah satunya adalah Ainur Ridwan, M.Pd, pensiunan kepala sekolah negeri yang kini lebih dikenal sebagai pimpinan seni kerawitan Sumenep, melalui group Sopo Nyono dan Putri Nurindah.
Bertempat tinggal di Dusun Benteng Utara, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Ainur Ridwan bukan sekadar pelaku budaya.
Ia adalah pengemban tanggung jawab moral untuk memastikan kerawitan—yang bagi sebagian orang mulai dianggap "kesenian usang"—tetap hidup dan berdentang di telinga generasi muda.
Perekat sosial
Dalam percakapan santai dengan saya, Ainur Ridwan banyak bercerita tentang perjalanan panjangnya berkesenian.
Baginya, kerawitan bukan hanya hiburan, melainkan jalan hidup, ruang pembelajaran, sekaligus sarana perekat sosial.
Dari denting gamelan, ia melihat kehidupan: Ada harmoni, ada kesabaran, ada keindahan yang menuntut ketekunan.
Nama Ainur Ridwan cukup dikenal di blantika seni gamelan Madura.
Kelompok kerawitan yang dipimpinnya kerap mendapat undangan tampil dalam berbagai acara, terutama pernikahan.
Ia percaya bahwa kesenian tradisional bukan sekadar pelengkap pesta, tapi juga sarana mempertebal identitas budaya masyarakat.
Yang menarik, perjalanan ini ditempuhnya setelah menuntaskan karier panjang sebagai pendidik.
Langka
Tidak banyak pensiunan guru yang memilih jalur kebudayaan sebagai medan pengabdian berikutnya.
Tapi, Ainur Ridwan justru melihat ada kesinambungan: Jika dulu ia mendidik murid di ruang kelas, kini ia mendidik masyarakat lewat kesenian.
Pendapat saya, sosok seperti Ainur Ridwan adalah teladan yang patut diapresiasi.
Di saat banyak orang berlomba pada budaya populer instan, ia teguh menghidupi kerawitan dengan kesadaran penuh bahwa setiap tabuhan gamelan adalah bagian dari sejarah, identitas, dan kebanggaan masyarakat Madura.
Kita membutuhkan lebih banyak tokoh yang berjiwa seperti Ainur Ridwan.
Sebab tanpa mereka, tradisi mudah sekali dilupakan, tergilas arus globalisasi.
Penutup
Kerawitan, dengan segala keluhuran nilai yang terkandung di dalamnya, tidak akan bertahan hanya dengan nostalgia.
Ia butuh pelaku yang sabar, tekun, dan bersetia. Dan Ainur Ridwan telah membuktikan dirinya sebagai salah satu penjaga itu.[]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.