CERPEN: Hujan Penyesalan
By: Suriyanto Hasyim Selalu saja dalam benakku ada benci yang menggunung terhadapnya. Benci yang tak pernah benar-benar padam meski waktu sudah lama berlalu. Semua bermula dari satu kesalahan yang hingga kini tak bisa kupandang remeh, tak bisa pula aku maafkan. Hari itu, di salah satu toilet kampus, dia mencoba menciumku. Ciumannya memang belum mendarat karena aku menepisnya cepat-cepat, tetapi rasa jijik, terkejut, dan ketakutan yang ditinggalkannya tak pernah hilang. Seperti noda yang membeku di dada, tak peduli berapa kali aku mencoba melupakannya. Sejak hari itu, kusumpahi dia sebagai manusia sampah. Manusia bejat. Tidak bermoral. Aku melaporkannya pada salah satu dosen, dan laporan itu mengakhiri hidup perkuliahannya. Dia benar-benar dikeluarkan dari kampus tempat kami menimba ilmu. Banyak yang bilang aku kejam. Banyak pula yang membelanya. Tapi tak ada seorang pun yang benar-benar mengerti apa yang kurasakan saat itu. Sebelum keluar dari kampus, dia sempat mengirim permintaan...