Postingan

Pusing

Gambar
  Pentigraf: Yant Kaiy Pada sore gerimis Tona datang pada seorang dokter. Ia diantar anak lelakinya yang perkasa. Tona tidak bisa menahan sakit kepala yang teramat sangat. Setelah diperiksa, ternyata tidak ada penyakit bawaan. Semua organ tubuhnya normal. “Ibu istirahat di rumah dengan baik. Pikiran…” Tona memotong kalimat dokter yang ada di depannya: “Benar Dokter. Tetangga belakang rumah minggu lalu beli mobil. Sebelah kanan rumah membeli   perhiasan emas. Samping kiri rumah akan pergi ke tanah suci. Ditambah depan rumah dapat arisan ratusan juta rupiah. Kemudian kepala saya luar biasa seperti mau pecah.” Pasongsongan, 6/2/2021

Elegi Nelayan

Gambar
Pentigraf: Yant Kaiy Pada saat hasil tangkap ikan lagi melimpah, para nelayan dan istrinya bahu-membahu untuk terus bekerja, tanpa mengenal lelah. Tak terkecuali juga dilakukan Debur dan Tona. Setelah Debur pulang membawa hasil ikan, Tona langsung menjual ikan-ikan tersebut pada para pedagang. Belum sempat beristirahat, Tona kemudian mempersiapkan bekal makanan melaut Debur. Roda hidup harus terus berputar, tak ada waktu berleha-leha di rumah. Seolah-olah tempat tidur Debur adalah laut dan angin sebagai selimutnya. Sampai akhirya Debur terserang penyakit stroke. Tonah pun menyesali karena suaminya tidak bisa apa-apa lagi.[] Pasongsongan, 5 /2/2021

Tinta Keadilan

Gambar
Pentigraf: Yant Kaiy Sebagai wartawan, nurani Debur merasa terpanggil jiwanya ketika ada seorang pejabat publik melakukan penyimpangan. Debur mengedepankan profesionalisme. Apabila ia lagi membongkar suatu kasus, biasanya hingga keakar-akarnya. Ia tetap konsisten, bahwa keadilan mesti ditegakkan walau terasa pahit pada ujungnya. Namun Debur hanya seorang diri yang tak dapat dibeli. Sedangkan rekan-rekannya terkebiri lantaran mau menerima uang dari seorang narasumber. Demi isi perut. Tatkala Debur pulang dari mewawancarai seorang pejabat publik, tiba-tiba dari arah belakang mobil menabraknya. Debur terlempar dan bernyawa.[] Pasongsongan, 5/2/2021

Syukur dan Kufur

Gambar
Syukur dan Kufur Puisi: Yant Kaiy   syukur bukan hanya diucapkan menikmati hidup karunia Tuhan tunaikan kewajiban penuh keimanan jauhkan diri berbuat keji   syukur bukan hanya diucapkan berlaku adil pada makhluk-Nya menolong yang miskin kelaparan santuni yatim orang terlantar   syukur alhamdulillah…   siapa pandai bersyukur, nikmat-Nya terhampar siapa ingkar dan kufur, azab-Nya amat pedih.   Pasongsongan, 4/2/2021

Sisa Rindu

Gambar
Pentigraf: Yant Kaiy Dulu dia amat aku kagumi. Dia pernah menyelamatkan aku dari aib keluarga. Suatu kehormatan kalau dia mau menerima kehadiranku di ruang hatinya. Meski hal itu jauh api dari panggang. Jauh hati memperkirakan kalau aku jatuh dari ketinggian impian akan hidup bersamanya kelak. Sampai satu harapan masa depan memisahkan jarak dan waktu. Teramat rumit kurangkum riwayat masa silam. Sebab penantianku terhampar luas di laut biru. Saat-saat sebutir rindu meninggalkan khayalan, tiba-tiba dia datang menjemput cintaku.[] Pasongsongan, 4/2/2021

Tak Selamanya Suka Idem Cinta

Gambar
Pentigraf: Yant Kaiy Menyukai beberapa hal darinya karena banyak perilaku dia kunilai begitu baik. Dia cukup berjasa dalam menghargai karya orang lain sehingga mereka menembus dunia. Sejelek apa pun karya itu baginya tetap ada nilai. Suatu waktu dia mengungkapkan keinginannya terhadapku. Aku berusaha menepisnya tanpa menimbulkan sakit hati. Namun ia tetap gigih mencetuskan hasrat cintanya. Barangkali dia telah menilaiku keliru. Prakiraan tentangku di alam pikirannya terlampau dangkal.[] Pasongsongan, 3/2/2021

Sopir

Gambar
Pentigraf: Yant Kaiy Dia wajahnya biasa-biasa saja. Rambutnya lurus dan tubuhnya tegap. Pandangan matanya kalau berbicara dengan keluargaku selalu menatap ke bawah. Walau digaji dibawah standar oleh ayahku, ia tetap setia mengabdi pada keluarga kami sebagai sopir. Ia tetap menjaga posisinya sebaik mungkin. Kebaikannya tidak hanya kepada keluargaku saja. Kepada tetanggaku, teman-temanku selalu membantu apa yang ia bisa. Tanpa pamrih. Terhadapku dia juga tidak lancang. Kami tidak curiga dan khawatir kepadanya karena ia sangat jujur dalam banyak hal. Belakangan ini kalau tidak melihatnya di hatiku ada getar-getar aneh. Bayang-bayang wajahnya acapkali menghias malamku. Mungkinkah aku telah hanyut di pusaran cinta atau sekadar simpati saja? Entahlah…[] Pasongsongan, 3/2/2021

Reportase

Gambar
Pentigraf: Yant Kaiy Membungkam mulut reporter adalah jalan tol seorang penerima bantuan yang disalahgunakan bagi kepentingan pribadi. Kacong terkejut ketika amplop disodorkan pada dirinya. Sebagai seorang reporter baru ia pun menolaknya. Tapi pemberian itu langsung masuk ke saku bajunya setelah dipaksa. Tiba di rumahnya, ia mendapatkan pesan via sosial media kalau peristiwa ganjil itu tidak dipublikasikan. Hatinya berontak sejadi-jadinya. Ciut juga nyali Kacong ketika kalimat bernada ancaman menghampirinya, walau pemberi amplop itu seorang dara cantik.[] Pasongsongan, 3/2/2021

Bongkar BOP Pesantren Kemenag RI Salah Sasaran

Gambar
Salah satu bangunan sekolah di Yayasan Al-Misbah Pancor-Lebeng Barat. (Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Dalam penelusuran media ini bersama beberapa wartawan dan LSM yang ada di Sumenep menyimpulkan, bahwa BOP (Bantuan Operasional Pendidikan) Pesantren dari Kemenag RI untuk Pondok Pesantren (Ponpes) Sunanul Huda Wadda’wah beralamat Jalan Pancor  Lebeng Barat RT.014/003 Lebeng Barat Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep salah sasaran. Ternyata di lokasi tersebut tidak ada nama Ponpes Sunanul Huda Wadda’wah. Yang ada adalah Yayasan Al-Misbah (Lembaga Pendidikan Al-Misbah) yang mengelola pendidikan formal dan non-formal seperti RA, MI, MD. “Di Yayasan Al-Misbah tidak mengelola pondok pesantren, yang ada hanya menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Saya kok baru dengar nama ponpes tersebut,” ujar beberapa orang yang rumahnya ada di depan Lembaga Pendidikan Al-Misbah. Selasa (2/2/2021). Selanjutnya media ini dan rekan LSM mendatangi rumah Ketua Yayasan Al-Misbah, ta...

Protes

Gambar
Pentigraf: Yant Kaiy Baru kali ini keimananku terkikis oleh keinginan dalam takaran wajar sebagai manusia menghendaki tercukupinya kebutuhan hidup sehari-hari. Sebelumnya aku tak pernah melakukannya karena di balik musibah tersimpan mutiara hikmah tak terhitung bilangannya. Tatkala aku mendapatkan suami tak seirama dengan impian di hati. Atau ketika kemelaratan, penderitaan, kesengsaraan menyapu bersih kehidupan rumah tanggaku. Aku juga tak pernah protes tatkala kami mendapatkan keturunan cacat fisik. Senantiasa aku bersujud syukur ke hadirat-Nya. Namun ketika suamiku selingkuh dan meninggalkan aku dan ketiga anakku yang masih kecil, terpaksa aku protes kepada-Nya. Aku tak lagi bisa menahan kecewa.[] Pasongsongan, 2/2/2021