Tradisi Menguburkan Tembuni ala Masyarakat Sempong Barat: Antara Simbol, Harapan, dan Identitas Budaya

Tradisi masyarakat Pasongsongan dalam menguburkan tembuni

Masyarakat Dusun Sempong Barat, Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, masih memelihara sebuah tradisi yang sarat makna: menguburkan tembuni atau ari-ari bayi dengan tata cara tertentu. 

Tembuni yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam wadah dari tembikar, kemudian dilengkapi dengan garam, asam, daun nangka, bumbu dapur lengkap (dalam bahasa Madura disebut palappa genna’), serta selembar kertas bertuliskan aksara carakan Madura. 

Tradisi ini bukan semata-mata rutinitas turun-temurun, melainkan sarat simbol dan doa orang tua bagi kehidupan sang bayi di masa depan.

Setiap bahan yang menyertai penguburan tembuni mengandung pesan mendalam, yakni:

1. Garam dan asam

Kedua barang ini berfungsi praktis membersihkan sisa darah, menghilangkan bau, mencegah pembusukan, dan melindungi tembuni dari gangguan binatang. 

Tapi lebih dari itu, ia juga melambangkan upaya menjaga kesucian, kebersihan, dan perlindungan terhadap bayi yang baru lahir. 

2. Daun nangka

Daun nangka berjumlah tujuh lembar dipercaya membawa harapan agar si bayi kelak disenangi banyak orang, tumbuh dengan akhlak yang menyenangkan, serta diterima oleh lingkungannya.

3. Sementara itu, bumbu dapur lengkap jadi simbol kesiapan hidup. 

Kehidupan manusia ibarat dapur yang penuh bumbu: ada manis, asin, pedas, dan pahit. 

Dengan menyertakan palappa genna’, orang tua menyimpan doa agar anaknya kelak tangguh menghadapi dinamika kehidupan, mampu menyelesaikan masalah, serta tidak mudah menyerah pada kesulitan. 

4. Carakan Madura

Adapun kertas bertuliskan carakan Madura mencerminkan cita-cita luhur agar bayi tumbuh jadi pribadi bijak, berilmu, sekaligus mencintai warisan budaya lokalnya.

Simbol lokal

Tradisi ini memperlihatkan bagaimana masyarakat Sempong Barat tidak sekadar melakukan ritual simbolis, tapi juga memadukan aspek praktis, spiritual, dan kultural dalam kehidupan sehari-hari. 

Di satu sisi, penguburan tembuni merupakan sunnah dalam Islam untuk memuliakan bagian tubuh manusia. 

Di sisi lain, adanya simbol-simbol lokal menunjukkan kuatnya ikatan budaya masyarakat Madura dalam menanamkan nilai moral, sosial, dan religius kepada generasi baru sejak dini.

Sayangnya, di tengah arus modernisasi, tradisi semacam ini kerap dianggap usang atau sekadar mitos tanpa makna. 

Padahal, jika ditelaah lebih jauh, setiap rangkaian memiliki pesan edukatif yang relevan dengan kehidupan modern: menjaga kebersihan, menumbuhkan rasa cinta kepada sesama, melatih ketahanan mental, serta menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.

Penutup

Dengan demikian, tradisi menguburkan tembuni ala masyarakat Sempong Barat tidak semestinya dipandang sebagai praktik mistis belaka, tapi sebagai warisan budaya yang layak dihargai. 

Tradisi tersebut jadi bukti bahwa masyarakat Madura memiliki kearifan lokal yang mampu menghubungkan kebutuhan jasmani, spiritual, dan sosial. 

Tradisi ini adalah cermin doa dan kasih sayang orang tua yang ingin anaknya tumbuh sehat, cerdas, bermoral, dan berguna bagi sesama. 


Catatan:

Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman saya ketika istri melahirkan untuk kedua kalinya. 

Saya juga mewawancarai para tokoh masyarakat Dusun Sempong Barat, kenapa bahan-bahan tersebut disertakan dan apa makna serta tujuannya. [Sh]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

KB-PAUD Sabilul Rosyad Desa Pagagan Menerima Kunjungan Asesor Akreditasi

Kekecewaan Guru Honorer Pasongsongan: Lama Mengabdi tapi Tak Lolos PPPK

PB Elang Waru Jalin Persahabatan dengan PB Indoras Sumenep

Mitos Uang Bernomer 999

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Sekolah Hebat, SDN Padangdangan 2 Gelar Program Bersase Setiap Sabtu

KH Kamilul Himam Isi Tausiah Maulid Nabi Muhammad SAW di SDN Panaongan 3 Pasongsongan

498 Guru Honorer Sumenep Gagal Terjaring PPPK, Bagaimana Nasib Mereka?