Rokat Pandhaba: Tradisi Spiritual dan Pembelajaran Moral dalam Pagelaran Macopat Madura

Macopat Sumenep Madura

Tradisi di Madura memiliki akar budaya yang sangat kuat, salah satunya adalah Rokat Pandhaba—sebuah ritual yang memadukan unsur spiritual, seni, dan moralitas masyarakat. 

Tradisi ini masih lestari di berbagai wilayah seperti di Kabupaten Sumenep, Pamekasan, dan Sampang.

Hal ini jadi bagian penting dari identitas kultural masyarakat Madura. 

Melalui Rokat Pandhaba, masyarakat tidak hanya menjalankan ritual adat, tapi juga meneguhkan hubungan spiritual mereka dengan Tuhan dan sesama.

Nilai Spiritual

Dalam pelaksanaannya, Rokat Pandhaba diiringi dengan pagelaran macopat, sebuah bentuk kesenian tradisional berupa tembang atau syair berbahasa Madura klasik. 

Disinilah elemen spiritual dan kultural berpadu dengan indah. Masyarakat meyakini bahwa melalui ritual ini, mereka bisa memohon keselamatan, kesejahteraan, serta perlindungan dari Tuhan. 

Doa-doa yang diucapkan dalam Rokat Pandhaba menyimbolkan pengharapan akan kehidupan yang tenteram dan dijauhkan dari mara bahaya, baik secara lahir maupun batin.

Lebih dari sekadar ritual, syair-syair macopat  yang dibawakan dalam Rokat Pandhaba mengandung ajaran moral dan etika kehidupan. 

Mengenal Tuhan

Nilai-nilai seperti rasa syukur, kesabaran, keikhlasan, dan penghormatan terhadap leluhur disampaikan secara lembut melalui bait-bait tembang. 

Macopat jadi media edukasi yang efektif karena bahasanya puitis, mudah diingat, dan sarat makna filosofis.

Menurut Salehodin Khoir, pakar Macopat Madura berasal dari Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, bahwa Rokat Pandhaba bukan hanya peristiwa ritual, tapi juga ruang spiritual tempat masyarakat belajar mengenal dirinya dan Tuhannya. 

Setiap bait macopat mengandung pesan etika dan kearifan hidup yang membentuk karakter masyarakat Madura yang religius dan tangguh.

Kutipan tersebut menegaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pagelaran macopat tidak berhenti pada keindahan estetika, melainkan berfungsi sebagai pembentuk kesadaran moral dan spiritual masyarakat. 

Setiap syair yang dilantunkan memiliki kekuatan untuk menyentuh batin pendengarnya. 

Pesan tentang pentingnya bersyukur dalam keterbatasan, bersabar dalam ujian, serta ikhlas dalam setiap takdir, jadi refleksi kehidupan masyarakat Madura yang dikenal ulet dan berpegang teguh pada nilai keagamaan.

Oleh karena itu, Rokat Pandhaba bukanlah sekadar warisan budaya yang dipertahankan demi tradisi semata. 

Ia adalah sarana pembelajaran spiritual dan moral yang menyatukan masyarakat dalam kebersamaan, doa, dan perenungan. 

Penutup

Di tengah arus modernisasi yang kian kuat, tradisi seperti ini memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan kedalaman batiniah.

Menjaga dan melestarikan Rokat Pandhaba berarti menjaga jiwa kebudayaan Madura itu sendiri. 

Sebab di dalamnya terkandung pesan universal: bahwa manusia tidak hanya hidup untuk dunia, tapi juga untuk menumbuhkan kesadaran spiritual yang memuliakan kehidupan. [sh]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

KB-PAUD Sabilul Rosyad Desa Pagagan Menerima Kunjungan Asesor Akreditasi

Kekecewaan Guru Honorer Pasongsongan: Lama Mengabdi tapi Tak Lolos PPPK

PB Elang Waru Jalin Persahabatan dengan PB Indoras Sumenep

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Mitos Uang Bernomer 999

Sekolah Hebat, SDN Padangdangan 2 Gelar Program Bersase Setiap Sabtu

KH Kamilul Himam Isi Tausiah Maulid Nabi Muhammad SAW di SDN Panaongan 3 Pasongsongan

498 Guru Honorer Sumenep Gagal Terjaring PPPK, Bagaimana Nasib Mereka?