Cerpen: Satu Anak, Seribu Penyesalan
By: Suriyanto Hasyim
Tona tak pernah menyangka pagi itu jadi awal dari kehilangan terbesar dalam hidupnya.
Anak lelaki satu-satunya menghembuskan napas terakhir akibat demam berdarah.
Semua terasa begitu cepat—dari demam ringan, perawatan di klinik, hingga perpisahan yang tak pernah ia bayangkan.
Tona dan suaminya, Debur, tak sanggup berkata-kata saat tubuh mungil anak mereka dibaringkan di atas pembaringan terakhir.
Dunia mereka runtuh dalam diam.
Mereka berdua pernah menaruh harapan besar pada anak itu—untuk kelak tumbuh dewasa, menikah, dan memberi cucu yang bisa mereka gendong di hari tua.
Tapi kini harapan itu musnah, menyisakan ruang kosong yang tak tergantikan.
Yang tertinggal hanya bayangan kenangan dan kamar kecil yang tak lagi berpenghuni.
Dalam duka yang dalam, penyesalan pun tumbuh jadi tembok dingin di antara Tona dan Debur.
Tona dulu bersikeras cukup memiliki satu anak agar tak repot, kini diam-diam merasa bersalah.
Sementara Debur, meski tak mengucap kata menyakitkan, jelas menyimpan luka karena dulu ia ingin punya lebih dari dua anak.
Kini mereka saling menyalahkan dalam hati, karena tahu tak ada yang bisa diulang. [sh]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.