Langsung ke konten utama

Lomba Penjor: Mewujudkan Semangat Kemerdekaan yang Beragam di Pasongsongan

semarak lomba penjor kecamatan Pasongsongan
Salah satu peserta Lomba Penjor Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. [Foto: Yant Kaiy]

Catatan: Yant Kaiy

Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebuah negara kepulauan yang kaya akan budaya dan tradisi serta bahasa, merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan yang ke-78 dengan semangat yang tak tergoyahkan. 

Di berbagai penjuru negeri, beraneka acara digelar untuk merayakan momen bersejarah ini. Salah satu acara yang tak kalah menarik adalah Lomba Penjor yang diadakan di Kecamatam Pasongsongan Kabupaten Sumenep.

Lomba Penjor untuk Menyemarakkan Kemerdekaan

Lomba Penjor menjadi sorotan utama dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-78 di Pasongsongan. Itu karena tiap tahun ada lomba penjor.

Penjor, sebuah hiasan tradisional yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, janur, dan daun kelapa, dihiasi dengan lampu warna-warni yang memancarkan keindahan di malam hari. 

Lomba ini tak hanya menjadi ajang unjuk kreativitas masyarakat setempat, tetapi juga menjadi wadah untuk mengingat dan merayakan semangat kemerdekaan yang begitu berharga.

Makna Penjor yang Melampaui Batas Agama

Penjor memiliki makna yang mendalam dan melampaui batas agama. Meskipun bentuk dan bahan penjor mungkin bervariasi, namun semangat didalamnya adalah persatuan dan kebhinekaan. 

Di tengah perbedaan keyakinan agama, penjor menjadi simbol bahwa Indonesia adalah rumah bagi berbagai suku, agama, dan budaya yang hidup berdampingan dengan harmonis.

Penjor sebagai Umbul-Umbul 

Lomba Penjor: Mewujudkan Semangat Kemerdekaan yang Beragam di Pasongsongan

Negara kesatuan Indonesia, sebuah negara kepulauan yang kaya akan budaya dan tradisi, merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI yang ke-78 dengan semangat yang tak tergoyahkan. 

Di berbagai penjuru negeri, beraneka acara digelar untuk merayakan momen bersejarah ini. Salah satu acara yang tak kalah menarik adalah Lomba Penjor yang diadakan di Kecamatam Pasongsongan Kabupaten Sumenep.

Kemeriahan lomba penjor kecamatan Pasongsongan
Lomba Penjor Kecamatan Pasongsongan. [Foto: Yant Kaiy]

Lomba Penjor untuk Menyemarakkan Kemerdekaan

Lomba Penjor menjadi sorotan utama dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-78 di Pasongsongan. 

Penjor, sebuah hiasan tradisional yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, janur, dan daun kelapa, dihiasi dengan lampu warna-warni yang memancarkan keindahan di malam hari. 

Lomba ini tak hanya menjadi ajang unjuk kreativitas masyarakat setempat, tetapi juga menjadi wadah untuk mengingat dan merayakan semangat kemerdekaan yang begitu berharga.

Makna Penjor yang Melampaui Batas Agama

Penjor memiliki makna yang mendalam dan melampaui batas agama dan keperaayaan. 

Meskipun bentuk dan bahan penjor mungkin bervariasi, semangat di baliknya adalah persatuan dan kebhinekaan. 

Di tengah perbedaan keyakinan agama, penjor menjadi simbol bahwa Indonesia adalah rumah bagi berbagai suku, agama, dan budaya yang hidup berdampingan dengan harmonis.

Penjor sebagai Umbul-Umbul Berhiaskan Lampu Berwarna

Lebih dari sekadar hiasan, penjor juga bisa diartikan sebagai sebuah umbul-umbul berhiaskan lampu warna-warni. 

Cahaya yang dipancarkan oleh lampu-lampu tersebut mencerminkan harapan dan optimisme terhadap masa depan yang cerah. 

Seperti cahaya pelangi setelah hujan, penjor mengajarkan bahwa setiap tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini akan selalu diikuti oleh kesuksesan dan kejayaan.

Menyatu dalam Keindahan dan Keberagaman

Dalam Lomba Penjor di Kecamatan Pasongsongan, kita bisa melihat bagaimana masyarakat dengan semangat berlomba-lomba untuk menciptakan penjor terindah. 

Dari desain yang kreatif hingga pilihan warna yang atraktif, setiap penjor adalah ekspresi dari keberagaman dan keindahan Indonesia. 

Melalui karya-karya ini, kita diajak untuk merenungkan betapa beragamnya budaya kita namun tetap menyatu dalam semangat persatuan.

Keragaman

Lomba Penjor dalam rangka menyemarakkan HUT Kemerdekaan RI ke-78 di Pasongsongan bukan hanya sekedar perlombaan, tetapi juga simbol pentingnya keragaman dan semangat persatuan di tengah-tengah masyarakat yang beragam. 

Penjor, dengan lampu warna-warninya, mengingatkan kita akan harapan dan optimisme untuk masa depan yang lebih baik. Di setiap penjor yang berkibar, tergambar cerita bangsa yang tak pernah berhenti meraih kemajuan.[]

- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p