Langsung ke konten utama

Tantangan dan Permasalahan dalam Implementasi BUMDes di Kabupaten Sumenep

Badan usaha milik desa tak mampu angkis masyarakat jadi sejahtera karena dana Bumdes hanya masuk kantong pribadi Kepala Desa

Catatan: Yant Kaiy

Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah langkah strategis yang diamanatkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tingkat desa. 

Namun, di Kabupaten Sumenep, implementasi BUMDes belum selalu sesuai dengan harapan, meskipun anggaran yang telah dialokasikan. 

Tulisan ini akan membahas beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap ketidakberlangsungan yang sesuai dengan amanat pemerintah serta permasalahan terkait pengaliran dana BUMDes.

Kurangnya Pengetahuan dan Keterampilan Manajemen

Keberhasilan BUMDes sangat tergantung pada kemampuan manajemen yang baik. 

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola aspek keuangan, pemasaran, dan operasional bisnis sering kali menjadi hambatan dalam mencapai kesejahteraan yang diharapkan.

Keterbatasan Sumber Daya Manusia

Desa-desa di Kabupaten Sumenep mungkin mengalami keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mengelola BUMDes dengan efektif. 

Hal ini dapat menghambat perkembangan bisnis dan inisiatif ekonomi di tingkat desa.

Kendala Infrastruktur dan Aksesibilitas

Kendala infrastruktur dan aksesibilitas dapat mempengaruhi kemampuan BUMDes dalam mengembangkan dan menjalankan usaha. 

Terbatasnya akses ke pasar, teknologi, dan pasokan dapat membatasi potensi pertumbuhan.

Kurangnya Keterlibatan Masyarakat 

Keberhasilan BUMDes juga bergantung pada dukungan dan keterlibatan aktif masyarakat setempat. 

Jika masyarakat tidak merasa memiliki peran dalam BUMDes atau kurang berpartisipasi, inisiatif ini mungkin sulit untuk berjalan dengan baik

Masalah Pengaliran Dana

Salah satu permasalahan yang sering muncul adalah terkait dengan pengaliran dana BUMDes. 

Ada kasus dimana dana yang seharusnya digunakan untuk pengembangan bisnis dan pemberdayaan masyarakat ternyata tidak dialokasikan dengan benar. 

Keterbukaan dalam pengelolaan dana dan akuntabilitas yang buruk dapat menyebabkan ketidakpercayaan dari masyarakat.

Kurangnya Pendampingan dan Dukungan Pemerintah: 

Proses pembentukan dan pengelolaan BUMDes memerlukan dukungan dan pendampingan yang berkelanjutan dari pemerintah. 

Kurangnya bimbingan dan pelatihan dari pihak berwenang dapat menghambat perkembangan BUMDes.

Dalam rangka mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan pelaku usaha. 

Diperlukan juga transparansi dalam penggunaan dana BUMDes dan pembinaan manajemen yang lebih intensif. 

Dengan demikian, BUMDes di Kabupaten Sumenep memiliki potensi untuk menjadi sarana yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa jika semua pihak bekerja bersama-sama menuju tujuan yang sama.[]

- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p