Pelet Kandung: Tradisi Madura yang Tetap Lestari
![]() |
Agus Sugianto,S.Pd, Kepala SDN Panaongan 3 Pasongsongan. [Foto: Sur] |
apoymadura.com – Banyak cara dalam
melestarikan budaya dan tradisi Madura yang kini minim perhatian dari warga
masyarakat. Salah satunya dengan memperkenalkan dan membedahnya dari berbagai
perspektif. Baik dari nilai filosofi yang terkandung didalamnya atau makna
harfiah dari kalimat pada sebuah lagu dolanan.
Seperti
apa yang dilakukan Agus Sugianto dalam channel Youtube Apoy Madura. Banyak
perbincangan Guru Penggerak ini yang mengetengahkan perbincangan tentang tema-tema
budaya dan tradisi Madura serta lagu dolanan. Sabtu (10/6/2023).
Salah
satu yang mengemuka adalah tradisi warisan nenek moyang Madura tentang
Selamatan Tujuh Bulanan (Pelet Kandung).
Agus Sugianto menelaah tradisi Pelet
Kandung dari sudut pandang akar budaya.
“Dalam
Pelet Kandung ada nilai-nilai luhur
yang diajarkan kepada kita, bahwa permohonan lewat lelaku merupakan bentuk
pengharapan dari kedua orang tua terhadap bayi yang ada dalam kandungan. Dalam
lelaku itu tidak terkandung menyekutukan Sang Pencipta,” terang Kepala SDN
Panaongan 3 Pasongsongan Sumenep ini meniscaya.
Hingga
saat ini tradisi Pelet Kandung di
wilayah Kota Keris Sumenep tetap lestari, khususnya di Kecamatan Pasongsongan.
“Biasanya
pelaksanaan Pelet Kandung diawali
dengan Khotmil Qur’an atau baca Surah Yasin bersama. Dilanjutkan mahallul qiyam
Shalawat Nabi dan doa secara Islami. Setelah itu perempuan hamil itu dimandikan
air bunga,” ucap budayawan Madura meruntut acara Pelet Kandung.
Dalam kanal Youtube, ia juga membedah beberapa lagu tempo dulu secara lugas dan logis. Seperti lagu Cong Koncong Konce, Kembang Malate Pote, Gaik Bintang, Sandorennang dan lainnya. [Sur]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.