Langsung ke konten utama

Penjual Belos dan Pengemis

belos merupakan penganan khas desa/kecamatan pasongsongan kabupaten sumenep madura
Belos merupakan penganan khas Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. [Foto: Yant Kaiy]

Catatan: Yant Kaiy
Belos adalah penganan tradisional tempo dulu berasal dari parutan ketela pohon, parutan kelapa dan gula siwalan yang dibungkus daun pisang. Biasanya, gula siwalan diletakkan di tengah-tengah adonan parutan ketela pohon dan kelapa. Kudapan khas Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep ini akan matang apabila direbus satu jam.

Istri saya membuat belos tiap Ahad dan Kamis, dijual ke Pasar Waru Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan. Hasil penjualan belos ini tidak lebih Rp 100 ribu dan cukup untuk belanja kebutuhan hidup sehari-hari dalam keluarga kecil kami.

Januari 2023, pekan pertama, seperti biasa saya mengantarkan istri berjualan ke Pasar Waru. Tepat pukul 09.00 WIB ada pembeli belos membayar pakai uang pecahan Rp 50.000,- Uang istri saya tidak lebih Rp 30 ribu karena belos belum terjual habis.
Beruntung ada seorang pengemis, kami tukar uang kepadanya. Saya perhatikan uangnya lebih Rp 200 ribu. Tubuh pengemis lelaki itu tidak cacat. Normal. Kami sudah hafal dengan wajahnya, lantaran saya selalu bertemu.

Sempat terlintas di benak ini, pendapatan kami berjualan belos ternyata lebih besar dari seorang pengemis. Tapi saya tidak punya animo jadi pengemis. Saya tidak ingin menggadaikan martabat, harga diri, serta apalagi namanya dalam mendapatkan duit.

Memang hidup jadi peminta-minta itu tidak dilarang, dari pada menjadi maling. Itu bahasa klise orang-orang tak bermoral.

Rasulullah shalallahu alaihi wassallam telah memberi teladan mulia, bahwa tangan di atas lebih terhormat dari pada tangan di bawah. Walau Beliau hidup bergelimang derita dan serba kekurangan (miskin), namun nabi terakhir ini tetap berbagi kepada siapa pun yang membutuhkan apa saja yang dimilikinya.

Rumah Pengemis Mirip Istana

Pekan lalu, istri mengajak saya beranjangsana ke rumah temannya semasa kuliah di daerah Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep. Belum sampai tempat tujuan, hujan lebat tiba-tiba mengguyur bumi. Saya tepikan sepeda motor di pintu gerbang mirip rumah sultan.

 
Kami berteduh sejenak. Hujan kian deras saja. Terdengar suara lelaki menyuruh masuk. Ketika kami menoleh ke arah datangnya suara, subhanallah… Ternyata rumah bak istana tersebut milik pengemis yang seringkali kami jumpai di Pasar Waru Pamekasan.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p