Amazing Goa Soekarno Pasongsongan (4)
Penulis:
Yant Kaiy
Setelah
lewat perenungan yang mendalam dan banyak wawancara kepada para ahli sejarah,
barulah Agus Sugianto mulai mempunyai kesimpulan, bahwa apa yang diriwayatkan
Sukardi masuk akal dan sejalan dengan beberapa keterangan dari tokoh agama yang
ada di Kecamatan Pasongsongan.
Tetapi
ada pula tokoh masyarakat yang berseberangan dengan kisah gaib yang dilontarkan
Sukardi. Hal itu berdasarkan dari perspektif syariat Islam, bahwa Sukardi tidak
meleburkan diri dalam kegiatan keagamaan seperti layaknya seorang muslim.
Andai
Sukardi bisa beradaptasi dengan lingkungannya, mungkin ceritanya akan berbeda.
Sebab masyarakat awam cenderung menilai kepribadian seseorang dari kulit
luarnya saja.
Lebih
jauh Agus Sugianto (saat itu dirinya sudah berstatus guru yang mengajar disalah
sebuah SDN di Pulau Masalembu) menggarisbawahi statement Sukardi, bahwa akal
tidak bisa disejajarkan dengan hal yang berbau metafisika.
Bahwa
seseorang yang berada di level syariat tentu tidak akan mampu menjangkau pada
level makrifat. Anak SD tidak mungkin sanggup menyerap pelajaran siswa SMA.
Sukardi
seolah ingin menegaskan kembali, bahwa dialog antara dirinya dengan para tokoh
alim jaman dulu di alam gaib bukanlah narasi bualan semata. Hal itu adalah
realitas dari sebuah perjalanan riyadah (hidup prihatin) selama dirinya berada
di Goa Soekarno.
Menelisik
Desa Panaongan
Panaongan
berasal dari kata ‘naong’ yang artinya teduh. Kemudian diberi awalan ‘pa’ dan akhiran ‘an”.
Jadi makna kata dari Panaongan adalah tempat orang berteduh dari panas
menyengat dan beristirahat sejenak dari penat. Dengan kata lain, Desa Panaongan
merupakan sebuah lokasi yang bisa melindungi/membentengi seseorang dalam arti
yang lebih luas.
Bahwa
daerah ini adalah suatu daerah yang sejuk, damai, nyaman, dan menentramkan bagi
siapa saja yang berada di dalamnya.
Menurut
Sri Sundari, nama Panaongan ternatal ketika pada jaman dahulu ada banyak orang
yang berteduh sebelum melanjutkan perjalanan jauh dari dan ke pelabuhan
Pasongsongan.
Panaongan
merupakan sebuah lokasi/tempat bagi kebanyakan orang yang berteduh di sekitar
Astah Buju’ Panaongan karena di sekitar itu sudah ada komunitas Arab yang telah
mendirikan pondok pesantren dan berbaur dengan masyarakat setempat.
Di
jaman dahulu rumah-rumah penduduk lebih banyak berada di sekitar Astah Buju’
Panaongan. Banyak pedagang dari daerah lain yang melakukan transaksi jual-beli
di daerah itu. Termasuk pula para pedagang dari Negeri Tirai Bambu China dan
Arab yang begitu kental mewarnai aroma perniagaan di Desa Panaongan.
Pendapat Sri Sundari ada korelasi dengan komentar Drs. Kiai Haji Mas Ula Ahmad dan Ustadz Abdul Karim Mastura yang menyatakan, bahwa di lokasi Astah Buju’ Panaongan dulu diserang oleh wabah penyakit tha’un sehingga banyak masyarakat yang mengungsi demi menyelamatkan diri dari musibah penyakit itu. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.