Santet (VI)
Santet (VI)
Puisi: Yant Kaiy
entah mengapa aku
menjadi manusia pengecut
berkhianat pada diri
sendiri tiap hari
tidak semestinya aku
berbuat merugi terus-menerus
kuakui sejujurnya
selama ini diriku
begitu naif merenungkan keesaan Tuhan
bukankah manusia hanya
berkehendak, tidak lebih
Tuhan jualah yang
menciptakan bumi dan langit
manusia hanya
menempatinya
aku sadar betul
barangkali engkau juga
mempunyai perasaan takut akan santet
walaupun tidak terlalu
parah seperti diriku
namun kita tidak bisa
lari dari garis nasib itu sendiri
bahwa maut, jodoh, dan
rejeki ada di tangan-Nya
ya, hanya Tuhanlah
Yang Maha Mengetahui
sedangkan bagi kalian
yang terkena musibah
mungkin dosa-dosa
kalian terlalu sarat
atau kesombongan
kalian yang tidak terkendali
sehingga Tuhan dengan
mudah menimpakan malapetaka
sehingga Tuhan
menjatuhkan bencana terhadap kalian
yang tidak pernah
terduga sebelumnya
sebagai cobaan
terhadap kadar keimanan kalian
kalian tentu akan
sangat maklum
hutang uang pasti
membayar uang
hutang emas pasti membayar
emas pula
demikian juga, hutang
nyawa pasti membayar nyawa
apakah kalian tidak
ingin mewariskan sesuatu
yang sangat berharga
bagi anak-cucu?
jangan menabur dosa
karena tak tahan lapar
jangan menabur fitnah
karena tak tahan sakit
jangan menabur dusta
karena tak tahan menderita
jangan menabur benci
kerena tak tahan kalah
jangan menabur dendam
karena tak tahan siksa
jangan menabur amarah
karena tak tahan pedih
jangan....!
beramal baiklah demi
akhiratmu
camkanlah itu!
Pasongsongan, awal 1996
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.