Langsung ke konten utama

Kliping Puisi: Parade Puisiku-Puisimu


Ada tiga puisi saya yang dimuat di rubrik “Parade Puisiku-Puisimu” di koran harian umum Berita Yudha Jakarta, edisi Minggu (2/2/1992). Puisi karya saya tersebut dimuat bersamaan dengan puisi Aming Aminoedhin, salah seorang penyair dari Surabaya yang kiprahnya sudah tidak diragukan lagi di peta kesusastraan bumi nusantara.

Berikut ketiga puisi saya:

Satu Per Satu
aku hanya mau satu
seribu satu gula pemanismu
sakuku tak penuh uang
kakiku telah kaku
antri satu per satu.

Pasongsongan, 1992


Cinta Botol-botol
kegemaranmu minuman keras
asmaramu botol
asmaraku tolol
rokok sebagian gaya hidupmu
wajahmu botol
wajahku tolol
pelacur istrimu kedua
hidupmu tolol
hidupku bolol
kalau begitu kita sama-sama botol dan tolol.

Pasongsongan, 1992


Anak Kecil di Lautan Sampah
lautan sampah mengelilingi liku hidupmu di hamparan air membiru
kau tak peduli sampan kecilmu dimana akan berlabuh
keganasan deburan ombak, menyeret hidupnya terlantar
terasing dari masa kanak-kanak, sepantasnya
kau masih dalam pelukan ibu bersama keluarga

nasibmu di dasar sampah pada kedalaman kenistaan
suratan hidupmu
mungkin sudah digariskan untuk sengsara?
tanpa padang batas-batas langit

rayap kecil, cacing tanah bagian pelipur lara
kanvasmu di kesenjangan pagi dan petang
hanya demi perut kau bongkar hari-hari
tak berumah, tanpa saudara, sebatang kara
hingga kapan kau titi jalan terjal itu?

senyummu merekah
tak kenal hujan, panas, dan angin kerinduan
seolah tak ada duka menggantung pada ranting kecewa
mengapa hidupku berselimut sampah?
tak terdengar nyanyian itu!


Pasongsongan, 1992

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p