Langsung ke konten utama

Power PAN, tidak Mapan Lagi

Hairul Anwar, ST,MT


Opini: Yant Kaiy

Saya beberapa hari yang lalu menghadiri jumpa pers di kantor Hairul Anwar di kawasan Jalan Basuki Rahmad bersama para jurnalis dari berbagai media massa, mengklarifikasi tentang turunnya Surat Keputusan DPP PAN No.PAN/A/Kpts/KU-SJ/030/IV/2020 tertanggal 17 April 2020 yang justru hinggap di kubu Achmad Fauzi-Dewi Khalifah.

Hairul Anwar menjelaskan di hadapan para wartawan, bahwa dirinya sudah dua kali “dikhianati” oleh oknum calo politik. Pertama ketika dirinya akan maju ke pesta demokrasi Pemilihan Legislatif (Pileg),  kedua pada Pilkada Sumenep 2020 saat ini. Hairul Anwar menanggapinya dengan sikap bijak dan legowo atas realita yang terjadi. Dia agak terkejut atas keputusan tidak masuk akal tersebut.

Menurut beberapa pengamat politik di eks-kewedanan Ambunten (basis dukungan terkuat Hairul Anwar), sesungguhnya Hairul Anwar memiliki power massa mumpuni dalam mendulang suara terbanyak dalam ajang kompetisi pemilihan apa pun, maka tidak heran kalau ada beberapa pihak (rival dia) yang dengan sengaja akan mengganjal laju Hairul Anwar.

Potensi dan kapabilitas Hairul Anwar sejatinya menjadi pemicu agar PAN bisa memanfaatkan kans terbaik dalam membesarkan dan memperkuat partai. Namun beberapa punggawa dalam tubuh partai berlambang matahari “tergoda” oleh kepentingan instan. Kepentingan pribadi untuk memperkaya diri.

Kini PAN tidak mapan lagi karena beberapa personilnya tercerai-berai. Sebagian besar dari mereka tetap megikuti arah politik Hairul Anwar kemana akan berlabuh.[]


Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p