Langsung ke konten utama

Pengabdian Ikhlas

Pengabdian Ikhlas
Jalan menuju Tuhan
abadi penuh dengan kebijaksanaan,
Dalam hati yang tulus
kita mulai perjalanan.
Dengan langkah penuh harap, kita mencari kebenaran,
Di dalam doa dan meditasi, kita temukan pencerahan.
Tapi jalan ini penuh dengan ujian dan cobaan,
Menguji keimanan, ketaatan, dan kesabaran.
Tapi dengan hati yang teguh dan jiwa yang bersih,
Kita berjalan menuju Tuhan, dalam cahaya-Nya yang abadi.
Tidak ada peta yang pasti atau petunjuk yang jelas,
Namun kita percaya pada kasih dan belas kasihan-Nya.
Kita berjalan dalam keyakinan, dengan iman yang tulus,
Mencari kehadiran Tuhan dalam setiap sudut hidup kita.
Jalan menuju Tuhan adalah perjalanan batin,
Dalam ketenangan dan kerendahan hati, kita menemukan jalan.
Dengan doa, ibadah, dan kasih yang mendalam,
Kita mengikuti jalan menuju Tuhan, menuju rumah yang abadi.

Ledakan Harapan
Sakit yang tak tersembuhkan, beban yang berat,
Seperti badai yang tak pernah reda, seperti malam yang gelap.
Tapi dalam kegelapan itu, ada kekuatan yang menghidupkan,
Keberanian dan tekad, kita terus bertahan.
Meskipun obat mungkin tak pernah ada,
Sakit ini adalah ujian yang harus dihadapi.
Dalam kelemahan kita, kita temukan kekuatan,
Dalam sakit yang tak tersembuhkan, kita tetap berjuang.
Kita belajar tentang arti hidup yang sebenarnya,
Ketika kita menghadapi takdir yang tidak bisa diubah.
Dalam kesabaran dan kasih sayang, kita menemukan cahaya,
Meskipun sakit tak tersembuhkan, kita tetap bersatu dan tegar.
Sakit ini mungkin tak akan pernah lenyap,
Tapi kita tidak sendirian, bersama kita berbagi beban.
Dalam persahabatan dan kasih sayang yang tulus,
Kita temukan kekuatan untuk menghadapi sakit yang tak tersembuhkan.

Mengapuri Langit
Langit mendung, awan-awan berkumpul tinggi,
Namun tetes hujan tak turun, seperti mimpi.
Misteri dalam langit, rahasia yang tersembunyi,
Mengapa awan gelap tidak memercikkan tetes air.
Angin sepoi-sepoi berbisik di udara,
Menyapu awan gelap, tanpa hujan yang menitik tara.
Mungkin langit ini menyimpan cerita sendiri,
Tentang kesabaran awan yang menanti hujan yang terus ditunda.
Tapi meskipun hujan tak kunjung turun,
Kita tetap berharap, dalam keindahan langit yang suram.
Karena bahkan dalam kegelapan, ada kecantikan yang tersembunyi,
Langit mendung mengajarkan kita tentang sabar yang mendalam.
Saat awan-awan berlalu, dan matahari bersinar cerah,
Kita tahu bahwa hujan akan datang, seperti janji yang pasti.
Langit mendung mengajarkan kita tentang harapan,
Bahwa setiap badai akan berlalu, dan kecerahan akan tiba.

Irama Musim
Tembang Macapat, lirik cinta yang bernyanyi,
Seperti irama yang merdu, dalam hati kita terdalam.
Dalam bait-bait indah, cerita cinta terurai,
Dalam puisi yang abadi, rasa kasih kita mengalir.
Macapat mengalun seperti aliran sungai,
Mengungkapkan perasaan yang dalam dan sungguh tulus.
Cinta yang dinyanyikan dengan lirik yang lembut,
Menyentuh hati, seperti embun di pagi yang sejuk.
Dalam setiap nada, kita merasakan getaran cinta,
Macapat adalah bahasa yang menghubungkan jiwa-jiwa.
Cerita cinta yang timeless, tak lekang oleh waktu,
Dalam tembang Macapat, cinta selalu abadi dan terjaga.

Sisa Kerinduan
Di malam sunyi, hati merindu,
Lagu sedih mengalun, kisah cinta yang dulu.
Kenangan manis, dalam pelukanmu,
Kini hanya sebatas kenangan yang tergantung.
Melodi melankolis, mengalir lirih,
Mengisahkan cinta yang pernah kita raih.
Tapi waktu telah membawa kita pergi,
Hanya sisa-sisa kerinduan yang kini ku bawa.
Dalam lirik-liriknya, ku temukan dirimu,
Di dalam setiap nada, masih kau kukenang.
Meskipun kisah kita kini berakhir,
Cinta kita tetap terpatri dalam lantunan ini.
Lagu sedih ini, pengingat akanmu,
Kisah cinta yang terenggut oleh waktu.
Mungkin suatu hari, kita kan bertemu,
Di balik lagu sedih ini, kita kan bersatu.

Lupa Daratan
Di atas panggung gemerlap, ia berkilau,
Sosok pesohor, tanda ketenaran yang hakiki.
Namun di balik sorotan, ada akhir yang tiba,
Kisah hidupnya, bagai bintang yang jatuh seiring senja.
Dalam hiruk-pikuk kehidupan panggung,
Dia berlari, berdansa, menyanyi, tersenyum.
Namun saat tirai terakhir jatuh dengan sunyi,
Dia menemui akhir, dalam ketenangan yang sungguh.
Sejarahnya ditulis dalam tinta sorotan,
Namun kisah pribadinya, hanya dia yang tahu.
Pesohor itu, meskipun kini tak bersama,
Jejaknya tetap abadi dalam memori yang damai.
Sungguh, kehidupan pesohor berakhir juga,
Di antara tepuk tangan, mereka menemui kedamaian.
Sebuah pesan tentang hidup, dalam hiruk-pikuk sorotan,
Bahwa kita semua, akhirnya akan tiba di sana.

Kisah Indah
Wajah gadis pendiam, berkilau senyap,
Keindahan yang tak perlu kata-kata terlalu banyak.
Matanya bagai bintang di malam yang tenang,
Menghiasi dunia dengan cahaya yang tulus.
Bibirnya tersenyum, dalam keheningan berbicara,
Bagaikan kisah-kisah indah yang tak pernah terlupa.
Tingkah lembutnya, penuh dengan kelembutan,
Menyentuh hati, memberi kedamaian.
Dia mungkin pendiam, namun hatinya berbicara,
Melalui pandangan dan senyum yang mempesona.
Wajahnya adalah lukisan, karya seni yang hidup,
Menggambarkan keindahan yang tak terbandingkan.
Gadis pendiam, hiasi dunia dengan pesona,
Kelembutannya adalah nyanyian dalam sepi yang panjang.
Wajahnya adalah puisi, yang tak pernah usang,
Menyinari dunia dengan keindahan yang abadi.

Kilau Pasir Putih
Di pulau terpencil, cinta tumbuh merana,
Bawah langit biru, dua hati menyatu dalam satu kata.
Pasir putih menyambut jejak langkah mereka,
Bisikan ombak, rahasia cinta yang tak berkesudahan.
Mereka berjalan di tepian pantai yang tenang,
Mengukir janji-janji, sehidup semati, selamanya.
Dalam hamparan pohon kelapa yang berjajar,
Mereka menemukan surga, cinta yang tak tergantikan.
Matahari terbenam, senja merona,
Mereka berdua bersama, dalam kehangatan peluk cinta.
Malam tiba, bintang-bintang menyinari langit,
Seolah alam pun mengagungkan cinta mereka yang suci.
Di pulau ini, kisah cinta mereka berkembang,
Seiring waktu berlalu, tak pernah pudar.
Di bawah langit yang cerah atau mendung,
Cinta di pulau ini, selalu abadi, tak tergoyahkan.

Bintang Kesiangan
Di dalam dunia yang luas, di antara bintang yang bersinar,
Kita mencari makna, tujuan hidup yang kita cari.
Takdir tersembunyi, seperti misteri di angkasa,
Kisah hidup kita adalah petualangan yang panjang dan tak terduga.
Makna terkadang tampak seperti sinar mentari pagi,
Menerangi hati kita dengan kebahagiaan yang didapat dari sebagian kecil momen.
Atau mungkin, makna terletak dalam kebaikan yang kita lakukan,
Membantu sesama, menciptakan dunia yang lebih baik.
Dalam perjalanan ini, kita temui rasa sakit dan kegembiraan,
Namun seiring waktu, kita belajar dan tumbuh dari setiap pengalaman.
Makna hidup, tak selalu jelas dalam kata-kata,
Terungkap dalam perbuatan dan hubungan yang kita bangun.
Mungkin makna sejati adalah pencarian tanpa henti,
Untuk mencari kebijaksanaan, kebahagiaan, dan cinta.
Di tengah kerumitan dunia ini, kita temukan tujuan,
Untuk hidup dengan makna, menjalani kisah hidup yang indah.

Pesohor Masa Tua
Di panggung kehidupan, artis bersinar,
Di masa muda, cahaya mereka mempesona.
Namun waktu tak kenal belas kasihan,
Tinggalkan pilu di hari tua yang merana.
Mereka yang dulu penuh glamor dan pesona,
Kini menemukan diri di masa tua yang sendu.
Cahaya sorotan redup, namun hati mereka penuh pengalaman,
Kisah pilu artis, dalam senyap, mereka merasakan.
Masa tua, ingatan akan masa lalu merebak,
Kenangan gemerlap panggung, dan tepuk tangan riuh.
Mungkin pilu, namun juga kebijaksanaan dalam wajah mereka,
Artis yang menyelami masa tua dengan tekad dan semangat yang hakiki.
Di bawah kerutan wajah dan rambut yang beruban,
Masih terdapat keindahan dan kehidupan yang tak terhingga.
Kisah pilu artis di masa tua adalah pengingat,
Bahwa hidup adalah panggung yang penuh liku-liku, penuh arti.
Artis tua, mereka mungkin terlupakan di antara gemerlap,
Namun mereka tetap memiliki kisah yang berharga.
Mereka adalah pencerita hidup yang tulus,
Di balik pilu, mereka adalah pahlawan tak terlihat.

Pelita Kehidupan
Di antara dua jiwa yang pernah terluka,
Mereka bertemu, cinta yang sempat pudar,
Takdir mempertemukan, hati yang terlepas,
Kini bersatu dalam cerita baru yang terjalin.
Mata mereka bertemu, cermin jiwa yang dalam,
Puing-puing masa lalu, kini menjadi kenangan.
Dalam pelukan hangat, cinta pun mekar,
Pertemuan dua insan, kisah yang tak terlupakan.
Mereka melangkah bersama, tangan dalam tangan,
Mengarungi lautan rasa, bersama-sama merasakan.
Cinta yang pernah hilang, kini bersemi kembali,
Dua jiwa yang saling mencintai, selamanya bersatu.
Pertemuan mereka adalah takdir yang menyatukan,
Cinta yang dulu pudar, kini terang benderang.
Di antara dua insan, yang saling terluka,
Mereka temukan kebahagiaan dalam cinta yang abadi.

Melamar Asa
Di jalanan kota, seorang anak yatim merana,
Dalam dingin dan kelaparan, dia berjuang sepanjang hari.
Tanpa pelukan keluarga, tanpa cinta dan kasih sayang,
Dia menjadi pengemis kecil di tengah keramaian.
Dengan mata yang sayu dan hati yang pilu,
Dia mencari belas kasihan di sudut-sudut jalan.
Mencari sekeping roti, seulas senyum yang tulus,
Dalam hidup yang keras, dia terus bertahan.
Namun di balik kisah pilunya, ada kekuatan yang murni,
Ketabahan anak yatim, tekad untuk bertahan.
Dia adalah pahlawan dalam bayang-bayang malam,
Bermimpi tentang masa depan yang lebih baik, penuh harapan.
Kita semua bisa belajar dari kisahnya yang pahit,
Untuk mengulurkan tangan, memberi cinta kepada sesama.
Agar tak ada lagi anak yatim yang mengemis di jalanan,
Kita bisa membantu mereka, mengubah kisah mereka menjadi cerita yang bercahaya.

Begitu Cepatnya
Dalam sekejap, sahabatku yang setia pergi,
Kecelakaan maut mengambilnya, oh, begitu getir.
Kami bersama tertawa, berbagi cerita dan mimpi,
Tapi kini dia tiada, hanya kenangan yang bersemi.
Di bawah langit biru, kami bersatu dalam persahabatan,
Namun takdir berubah, membawanya pergi dengan cepat.
Kecelakaan maut yang tragis, sebuah pukulan tak terduga,
Meninggalkan kami dalam kesedihan yang mendalam.
Kenangannya terukir dalam hati, dalam setiap senyum,
Sahabat yang pergi, tak pernah terlupakan oleh diriku.
Meski dia pergi, rohnya tetap bersinar terang,
Dalam kenangan dan cerita, selalu bersama kita berjalan.
Meskipun dia pergi, kita akan merindukannya,
Kehadirannya yang hangat, persahabatan yang tulus.
Kami akan menjaga kenangan dan cintanya dengan cermat,
Sahabat yang pergi, dalam hati selalu ada, abadi.

Biodata Penulis 
Yant Kaiy nama asli Suriyanto, lahir pada 1971 di Sumenep. Karya-karyanya tersebar di berbagai media massa cetak, antara lain: Jawa Pos, Karya Darma, Bhirawa, Majalah Kuncup, Jayakarta, Swadesi, Tabloid Idola, Berita Yudha, Mutiara, Sinar Pagi, Berita Buana, Surabaya Post, dan lain-lain.
Novelnya berjudul “Ombak dan Pantai” diterbitkan Karya Anda Surabaya sebanyak 20 seri.
Buku cerita anak karyanya antara lain: Bung Karno, Bung Hatta, Cerita Rakyat Madura “Kortak”, Pesan Ibu (Penerbit Papas Sinar Sinanti, Depok); Halima, Cerita Rakyat Madura “Ki Moko”, Kumpulan Cerita Anak (Penerbit Garoeda Buana Indah, Pasuruan).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p