Langsung ke konten utama

Cerpen BERLINDUNG DI BAWAH NAUNGAN SANTET

Karya: Yant Kaiy

“Kau benar-benar menyukainya, Bur? Keputusanmu sungguh amat disayangkan.  Saran teman-teman kita, mereka menyampaikan ke aku agar kamu menjauh darinya. Aku bukan ingin mengomporimu,” ucap Fina di kantin kampus di suatu senja.

“Aku sangat menyayanginya. Memang ada apa dengan dia?” Debur bertanya karena mengundang penasaran.

Salah satu penyebab Debur menyukai dia  karena kecantikan akhlaknya. Walau Debur tahu wajah dan penampilannya biasa-biasa saja. Tidak lebih dari gadis lain di kampusnya.

“Kau tahu latar belakang dia? Maaf aku telah kepo dalam urusan ini. Sebagai teman, kita jangan hanyut dan mudah tertipu. Penglihatan manusia seringkali memperdaya cinta itu sendiri,” Fina mengingatkan Debur.

“Kau tahu banyak tentangnya, Fin?” gali Debur tanpa tedeng aling-aling.

Fina mengalihkan pandangan ke sekitarnya. Lalu mata Fina mencoba menguliti air muka cowok di depannya.

“Sebelum segala sesuatunya menimpa, alangkah baiknya kamu mencari info tentang keluarganya. Bukan dari aku saja. Itu namanya bijak. Walau aku akrab sama dia, tapi aku masih bisa membatasi diri. Aku ingin teman-teman cowok tidak tertipu akan kebaikan palsunya,” tuduh Fina.

Penasaran Debur kian menjadi-jadi. Memang salah dia apa, pikir Debur.

“Ayolah jangan bertele-tele. Memang kenapa dengan keluarganya?” kejar Debur.

Fina menghela nafas. Sejenak Fina menatap Debur. Lantas ia melemparkan pandangan ke halaman depan kantin. Lalu-lalang para mahasiswa melintas

“Orang tua Ayu punya ilmu hitam, Bur. Aku tahu itu dari tetangganya. Bukan dari satu orang aku mendapatkan info ini,” tegas Fina.

“O ya?”

Keesokan harinya Debur mulai melakukan investigasi tentang kebenaran info Fina.  Debur sengaja bertandang ke rumah Ayu. Dia tidak merasakan ada sesuatu yang aneh di kediamannya.

Kedua orang tuanya sholat magrib berjamaah di musholla samping rumahnya. Cukup fasih ayah Ayu membacakan ayat-ayat Al-Quran dalam sholat.

Dalam rumah Ayu tak tercium oleh Debur aroma wewangian yang ganjil. Mereka adalah keluarga taat beribadah. Kedua orang tua Debur cukup enak kalau diajak bicara.

Hari-hari berikutnya diam-diam Debur menggali informasi lagi terhadap para tetangganya. Dari beberapa orang yang Debur temui, memang ada satu keluarga yang percaya kalau  ayah Ayu mempunyai guna-guna atau ilmu hitam.

Ditelisik dari orang yang menuduh ayah Ayu punya santet, kenyataannya si penuduh sendiri tidak pernah sholat. Padahal dirinya seorang muslim.

Ditelusuri lebih dalam, awal mula keluarga si penuduh anaknya sakit. Salah seorang dukun mengatakan kalau anaknya terkena santet. Orang yang melakukannya yakni tetangga dekat. Tuduhan itu mengarah kepada ayah Ayu. Alasannya, orang tua Ayu sering bangun tengah malam, melaksanakan sholat tahajjud.

Rupanya mereka yang menebarkan fitnah, ternyata ingin mendapatkan pengakuan dari masyarakat, bahwa dirinyalah orang paling suci

Sama halnya seperti Fina. Karena kalah bersaing dengan Ayu dalam mendapatkan cinta Debur, ia juga melakukan cara-cara menjijikkan. Menjerumuskan Ayu hingga ke jurang paling dalam.[]

Pasongsongan, 8/1/2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p