Langsung ke konten utama

Cerpen BINGKAI KIDUNG DEBAT KUSIR

Karya: Yant Kaiy

“Manusia Indonesia sekarang lebih takut lapar ketimbang takut sama Tuhannya. Janji jabatan hanya formalitas. Dalam sumpah di bawah kitab suci, mereka akan tunduk dan patuh terhadap perundang-undangan yang ada. Tapi seenak perutnya mereka telah membuat kerusakan di muka bumi. Memporak-porandakan tatanan sosial budaya warisan para leluhur,” ujar Rina geram.

“Para pejabat lupa, bahwa baju dan sepatunya diperoleh dari hasil keringat masyarakat. Dia hanya sebagai pengelola. Namun mereka tidak amanah. Rakyat sengsara. Mereka tidak peduli. Selebihnya hanya prihatin,” tambah Debur.

“Kita sebagai bangsa besar mempunyai sumber daya alam berlimpah-ruah. Semua ada di bumi nusantara kita. Kenyataannya masyarakat banyak yang jatuh miskin,” pintas cewek berambut lurus sebahu.

“Aparat pemerintah sejatinya menjadi abdi masyarakat karena mereka diberi kepercayaan untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Bukan membuat kita sebagai rakyat dipersulit mendapatkan hak. Sementara kewajiban kita harus dipenuhi. Ini tidak adil,” ucap Debur lebih jauh.

Perbincangan antara Debur dan istrinya tersebut berawal ketika mereka menyaksikan berita televisi. Kebetulan stasiun televisi menyiarkan berita tentang beberapa pejabat penting di pusat yang arogan mengeluarkan pernyataan menyudutkan masyarakat kecil.

Mereka yang menjalankan usaha mikro ditekan sedemikian rupa untuk mengikuti aturan main sesuai perundang-undangan. Sementara saat mereka mau mengikuti aturan main, justru pejabat berwenang mempersulit. Lalu aparat pemerintah tersebut membuat ruang terjadinya suap-menyuap. Namun ketika kepergok, aparat pemerintah itu bilang, bahwa dirinya yang disogok.

Realita ini acapkali terjadi di tingkat bawah. Pejabat pemerintah telah memberi contoh perilaku tak bermoral. Maka tak berlebihan kalau akhirnya Debur dan istrinya melakukan perbincangan semacam itu. Mereka menjadi bagian kecil persoalan bangsa di tingkat bawah.[]

Pasongsongan, 9/1/2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p