Langsung ke konten utama

Kesenian Gantiran Karya Taruna Pasongsongan Berdiri diantara Miskin Peminat

Seni Gantiran Pasongsongan
Haji Abdurrahman (2 dari kanan) di acara Pentas Seni Gantiran di Pasongsongan-Sumenep. [Foto: Yant Kaiy]


SUMENEP – Kesenian Gantiran merupakan sebuah perpaduan kesenian Macopat Madura dengan irama (tabuhan) gamelan. Kolaborasi keduanya melahirkan nuansa estetik mengagumkan. Juga membikin daya tarik tersendiri bagi penggemar kesenian ini untuk dinikmati. Kamis (12/1/2023)

Sesungguhnya berdirinya perkumpulan Gantiran ini juga merupakan salah sebuah kiat agar kesenian Macopat Madura tetap lestari di bumi Pulau Garam, Madura.

“Tidak semuanya orang yang bisa mendendangkan tembang-tembang Macopat dapat menyelaraskannya dengan irama gamelan. Ada beberapa teknik harus dikuasai oleh seorang penembang Macopat. Solusinya harus memperbanyak berlatih. Dan bisa dipastikan bagi seorang penembang Macopat akan bisa beradaptasi dengan irama gamelan,” ujar Haji Abdurrahman, Ketua Perkumpulan Gantiran Karya Taruna Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep.

Menurut pengakuan Haji Abdurrahman, Perkumpulan Gantiran ini berdiri karena ada kegelisahan dari teman-teman seniman dengan tidak adanya wadah menyalurkan hobinya. Sebelumnya memang ada perkumpulan Gantiran, namun stagnan lebih sepuluh tahun.

“Mereka yang tergabung dalam komunitas kami adalah orang-orang penjaga seni budaya peninggalan leluhur. Mereka rela mengorbankan waktunya agar kesenian warisan para nenek moyang itu tidak lenyap di atas muka bumi ini. Hal ini sejatinya bisa mendapatkan atensi dari pemangku kebijakan Kabupaten Sumenep,” ucap Haji Abdurrahman.

Kesenian Gantiran Karya Taruna sudah setengah tahun berjalan, menghias langit Sumenep. Anggotanya tidak hanya dari daerah Pasongsongan saja, tapi sudah menjangkau Kabupaten Pamekasan dan Sampang. [kay]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p