Langsung ke konten utama

Hairul Anwar: Bukan Cari Makan di Politik

Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Catatan: Yant Kaiy

Selasa, 21 Desember 2022, Pukul 10.30 WIB, saya bersama Akhmad Jasimul Ahyak (Ketua Lesbumi MWC NU Pasongsongan) Kabupaten Sumenep ke kantor Madura Energy. Kantor ini milik pengusaha muda, Hairul Anwar. Niat hati bersilaturrahim karena lama tidak bersua.

Ternyata sampai di kantor yang berada di kawasan Jalan Basuki Rahmad No.08 Pajagalan Sumenep, kami harus antri. Maklum sudah ada beberapa tamu lebih dulu datang. Kami sudah tidak asing akan suasana itu. Sebab beberapa kali saya kesitu, tamu silih berganti, saban hari.

Sejak lima belas tahun terakhir ini, nama Hairul Anwar “digandrungi” banyak warga masyarakat. Mulai dari rakyat jelata hingga kaum jetset. Mulai dari orang miskin hingga para pejabat penting, baik daerah dan pusat.

Sikap bijak, rendah hati, dermawan, tidak pendendam, suka mengalah, amanah, tidak ambisius akan jabatan, gentleman menghadapi segala sesuatunya, meski itu pahit. Itulah beberapa sikap yang saya tahu dari kepribadiannya.

Usia dia lebih muda dari saya. Tapi wawasannya luar biasa. Luas dan cerdas. Amat peduli terhadap siapa saja. Tidak memandang kasta, harta, tahta. Setiap ada ‘ruang’ berbagi, Hairul Anwar ikhlas memberi apa yang dia punya.

Setelah mendapat giliran bertemu Hairul Anwar, kami langsung menuju ruangan di lantai dua. Perbincangan kami mengalir alami. Saling tanya kabar. Sesekali humor ternatal. Cukup bersahaja. Mengalun senyum tanpa tedeng aling-aling.

Tatkala ada kans, saya melontarkan pertanyaan. Sejenak Hairul Anwar menyimak cerita saya. Seiring santernya info, bahwa ia akan berkompetisi di Pemilu 2024. Ia menganggukkan kepala. Tapi Caleg DPRD Sumenep, katanya. Padahal ia punya kapasitas melaju di lorong DPR RI. Bukan tidak pede (percaya diri). Tapi lebih membenahi segala sesuatu sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi) sebagai institusi pengemban amanat rakyat di Kota Keris Sumenep. Kalau Dewi Fortuna berpihak padanya, gajinya tidak akan ia makan. Ikrarnya. Karena dia sudah memiliki ladang bisnis saat ini.

Hairul Anwar sangat care terhadap penderitaan rakyat di ujung timur Pulau Madura. Terbukti perhatian dia bukan sekadar janji gombal. Dia aplikasikan atensinya ke beberapa organisasi kemasyarakatan lewat bantuan sosial. Tak ayal banyak pengurus organisasi masyarakat “meminang” dia untuk jadi ketua atau pembina.

Dari sisi jabatan ia punya segalanya. Dari segi finansial, lebih dari cukup untuk makan sekeluarga. Dalam hati kecilnya terselip cita-cita mulia: Membuat perubahan bagi ‘taretan’ Sumenep lebih sejahtera. Lebih punya harapan hidup bahagia lahir-batin hingga keturunannya.

Ia ingin memulai dari grass root. Ia optimis akan bisa mewarnai kalau dirinya ditakdirkan jadi wakil rakyat. Mimpi ini sejatinya bisa mendapat support dari segala lapisan masyarakat. Tak terbersit di kalbunya untuk menjadikan politik sebagai kendaraan memperkaya diri sendiri.

Kemudian… Kami pun berpamitan. Adzan berkumandang ketika kami keluar dari ruangan Hairul Anwar.[]

©Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p