Langsung ke konten utama

Kasus Ijazah Palsu Kades Guluk-Guluk, Gelar Audensi Dengan Kajari Sumenep

Kejaksaan Negeri Sumenep didatangi warga Desa Guluk-Guluk.

Sumenep - Akhmad Wa'il, sebelum menjadi Kepala Desa (Kades) Guluk-Guluk terpilih pada Pilkades Serentak 2021, ia sudah jadi tersangka kasus penggunaan ijazah palsu. Namun, hingga pada awal 2022 ini, tim penyidik Polres Sumenep belum juga menangkap tersangka.

Dari itulah, warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Desa Guluk-Guluk (FMDG) Sumenep datang menggelar audensi dengan Kejaksaan Negeri Sumenep. Kamis (13/1/2022).

Audensi berlangsung di Aula MA Rachman Kejaksaan Negeri Sumenep,  untuk mempertanyakan soal terkesan molornya kasus dugaan pelmalsuan ijazah oleh tersangka Akhmad Wa'il tersebut.

Sebab, warga mengaku kecewa atas penanganan kasus dugaan pemalsuan ijazah yang sudah ditetapkan polisi sebagai tersangka pada Akhmad Wa'il pada Jum’at, (18/6/2021) lalu.

"Kami datang meminta ketegasakan Kejaksaan dalam penanganan kasus dugaan pemalsuan ijazah tersangka Akhmad Wa'il itu," kata Ketua FMDG Sumenep, Ahmad Subli usai gelar Audensi dengan Kejaksaan Negeri Sumenep, Kamis (13/1/2022).

Bagaimanapun katanya, molornya penanganan kasus dugaan pemalsuan ijazah Kades Guluk-Guluk tersebut sangat penting untuk tidak ditutup-tutupi.

"Kenapa, kami merasakan langsung efek dari dugaan pemalsuan ijazah tersebut. Dan pihak Kejaksaan sudah berjanji menuntaskan kasus ini," tegas Ahmad Subli pada apoymadura.com.

Dikonfirmasi Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Sumenep, Adi Tyogunawan membenarkan audensi tersebut diterima langsung dan mengaku bahwa penanganan perkara kasus dugaan pemalsuan ijazah itu masih dalam tahapan.

Saat ini katanya, tahapannya masih pengembalian berkas perkara serta petunjuk kepada penyidik.

"Sepanjang berkas perkara sudah memenuhi syarat Formil dan Materil, maka Kejaksaan pasti menyatakan berkas lengkap (P.21)," kata Adi Tyogunawan.

Mantan Kepala Kejaksaan Negeri Ogan Ilir tersebut menegaskan, jika syarat berkas perkara diatas itu belum terpenuhi katanya, maka Kejaksaan akan tetap mengembalikan kepada penyidik.

"Berkas perkara ini kita kembalikan pada penyidik karena ada kelengkapan formil materil," ungkapnya. (TM/Yant Kaiy)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p