Langsung ke konten utama

Setangkai Suka



Setangkai Suka

Puisi: Yant Kaiy

 

berulangkali kebimbangan mendera

meski kuharus bertumbal asa

tak mengubah derita seorang diri

di kesunyian kampung asri, terpuruk

mengopeni kehambaran dalam kehidupan ini

 

berpacu menentang mentari untuk dendangkan lagu

pengisi duka serentang usia, mengembang di embun pagi

menempel pada dedaunan

barangkali riang kutemukan dari dalam lumpur?

 

jawaban yang kupinta tak terdengar

dari jejak menelusuri pagi

hanya tariannya menggalaukan perasaanku

tertindih onggokan batu

tercipta suasana keriangan

menua serasa membelenggu diri

berulangkali kutengadahkan wajah

ke langit membiru

 

kurasakan tangan Ilahi memasung nafsu serakah

tak jemu kubertanya pada setiap langkah menuju mati

berteriak-teriak seorang diri di mulut gua

persis orang gila, bola mata tak lepas dari sangkar

semula mematung

tak lagi kudapatkan segala cita meski harus bergembira

auskan duka di animo menggeletar tak terbendung lagi

tumpahkan sejenak luapan hati

songsong esok pagi lebih ceria

nikmati hari hari keyakinanku tergambar

di dinding kamar nan sepi sendiri

 

dan malam nanti entah akan menghujam kebekuanku

tak peduli, tak terbayangkan kini tentang semuanya

kecuali aku hanya berharap

menanti saat demi detik

berharap takkan terjadi kecewa

hingga kuterus terlelap di sini

menanti datangnya senja bergelut derita

aku tak tahu harus berbuat bagaimana lagi

 

kurasakan lelah menelanjangi saat ini tiada henti menyiksa 

berkali kumenepisnya dengan segala daya tersisa

sekadar buntukan fikiran berbicara dengan alam, lain tidak

untuk reguk anggur gairah malam.

 

Madura, 12/11/92

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p