Langsung ke konten utama

Kesombongan



Kesombongan

Puisi: Yant Kaiy

 

keberadaan diri ingin berpamer

meneriakkan kemenangan

gapai kepuasan sejenak

lupa daratan, tak mengapa lagi

kebolehan unjuk gigi

tak terbayangkan sebelumnya semua itu

 

kulebih suka berdiam

ketimbang jalan pikiran kacau

melamunkan sesuatu yang bukan bukan

tentu banyak orang menyimbolkan

gila puja-puji

 

sungguh kutak patut bersikap begitu

meninggikan diri terpatri

di dada kian membusung

para orang tua berkata:tak baik begitu

mengalah bukan berarti kalah, total

adalah kemenangan yang tertunda waktunya

 

kukian terperosok tanpa tedeng aling aling lagi

tak hiraukan kata-kata petuah

melambung di bianglala dengan tawa berlebih

kadang, kutak tahu barus bagaimana

lantas kuselojorkan kepenatan sikapku

barangkali secercah inayaf

melanda benak tak terkendali.

 

Madura, 12/11/92

nak luapan hati

songsong esok pagi lebih ceria

nikmati hari hari keyakinanku tergambar

di dinding kamar nan sepi sendiri

 

dan malam nanti entah akan menghujam kebekuanku

tak peduli, tak terbayangkan kini tentang semuanya

kecuali aku hanya berharap

menanti saat demi detik

berharap takkan terjadi kecewa

hingga kuterus terlelap di sini

menanti datangnya senja bergelut derita

aku tak tahu harus berbuat bagaimana lagi

 

kurasakan lelah menelanjangi saat ini tiada henti menyiksa berkali kumenepisnya dengan segala daya tersisa

sekadar buntukan fikiran berbicara dengan alam, lain tidak

untuk reguk anggur gairah malam.

 

Madura, 12/11/92

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p