Langsung ke konten utama

Mengatasi Kanker Leher Rahim (Bagian V (Habis))

 


                                                               Artikel Kesehatan: Yant Kaiy

Dengan adanya pemeriksaan dini besar kemungkinan tumor kanker belum menyebar (metastasi) ke organ tubuh lainnya. Menurut dr. Mochtar Hamzah (Bagian llmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RS Cipto Mangunkusumo), maka apabila diobati dan diperiksa akan sangat memperkecil besar kemungkinan suatu kematian.

Edward R. Brace mengatakan dalam bukunya “Penuntun Populer Bahasa Kedokteran”, terbitan Angkasa, Bandung, 1984, ”Kanker dapat mengenai hampir seluruh bagian tubuh manusia, walaupun tempat yang paling sering timbul kanker adalah usus besar (colon) dan dubur (rectum), paru, sistem reproduktif (uterus/rahim, cervik/leher rahim) pada wanita, kelenjar prostat pada pria, payudara, kandung kemih, sumsum tulang, kulit, dan otak, serta syaraf punggung.

Kengerian kaum wanita adalah bayangan terkena kanker leher rahim yang memang apabila dapat diketahui secara dini mungkin bisa diatasi, yaitu dengan adanya sarana dan fasilitas yang dikelola oleh Yayasan Kanker Indonesia.

Menurut data, yang datang mengunjungi pemeriksaan Pap-Test sejak tahun 1982 sejumlah 12 orang, tahun 1983 sejumlah 151 orang, tahun 1984 sejumlah 378 orang, tahun 1985 sejumlah 1.377 orang, dan tahun 1986 meningkat jumlahnya menjadi 3.251 orang.

Dengan realisasi yang meningkat setiap tahunnya sungguh merupakan perhatian yang serius dari para kalangan kaum ibu. Disamping meningkatnya kesadaran yang sangat tinggi merupakan salah satu pencegahan kanker leher rahim yang diharapkan oleh kaum ibu.[]

Diolah dari berbagai sumber

Publish: Koran Berita Yudha (29/9/1991)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p