Mendeteksi Penderita Serangan Jantung
Artikel Kesehatan: Yant Kaiy
Akhir lima tahun sampai sepuluh tahun, penyakit jantung
koroner di Indonesia masuk peringkat ke-3 penyebab kematian, dan 2000 nanti
akan melonjak ke peringkat teratas, karena masyarakat cenderung mengikuti pola
hidup senang. Maka penting sekali pemahaman tentang penyakit ini, yang hampir
selalu datang mendadak dan mencabut nyawa tanpa mengenal waktu dan tempat.
Serangan jantung mendadak kini telah menjadi momok, karena
dengan gempuran ’kilat’-nya, serangan jantung
dapat hadir pada kondisi dimana saja dan kapan saja. Semboyannya hanya satu,
mencabut nyawa si penderita. Maka tanpa ampun lagi, sesosok tubuh akan tergolek
lesu di
kamar mandi, ketika makan bersama, di halaman rumah, dan sebagainya.
Serangan jantung mendadak ini, akhirnya akan meninggalkan kesan kejam, ganas,
sadis, dan dramatis.
Memang tak ada kedaruratan medik yang lebih dramatis selain
mati tiba-tiba akibat serangan jantung (sudden cardiac death). Umumnya korban
tampak sehat namun mendadak jatuh tanpa gejala atau gejala-gejala yang ringan
saja seperti sakit dada, sekujur tubuh berkeringat, mual, rasa lesu atau capek,
dan sesak napas. Akibatnya jantung berhenti mendadak, sehingga tidak ada darah
yang mengalir ke otak. Dan pada saat inilah korban tak sadarkan diri dalam beberapa
detik yang akan diikuti kejang, napas satu demi satu dan suatu kematian.
Simbol ’mati jantung mendadak’ ditujukan pada berhentinya
tiba-tiba aliran darah serta yang
disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Mati jantung seketika merupakan suatu
problema utama penyakit jantung koroner. Gejala-gejala ini dapat ringan seperti
sakit di dada atau angina pektoris, sampai yang paling berat yakni mati jantung
seketika.
Pada sebagian kasus, serangan jantung datangnya seketika dan
tanpa gejala terlebih dulu. Biasanya ada gejala akan muncul 1 jam sebelum
serangan jantung datang, sehingga sangat jarang korban yang dapat mencapai
rumah sakit dengan selamat. Riwayat serangan jantung selalu dijumpai yang
ringan-ringan saja, dan seperti ini telah lumrah terjadi pada kebanyakan
penderita serangan jantung. Tetapi, pada 20 persen kasus ini, mati jantung mendadak
merupakan tanda pertama bahwa jantung korban tidak sehat.
Uji napas
Suatu uji napas sederhana dapat menentukan dengan sangat
tegas, apakah seseorang menderita serangan jantung atau
tidak. Demikian yang dinyatakan sebuah riset di Amerika Serikat, seperti yang
dikutip USA Today.
Uji baru jika dikembangkan dan tersedia secara komersial,
maka akan mampu; (1) membantu tim dokter untuk menangani korban penderita serangari
jantung jauh lebih lekas dan cepat, (2) dapat memantau apakah pengobatan pada
si penderita berhasil, (3) membantu menemukan obat-obatan baru guna mencegah kerusakan-kerusakan
jantung atau organ-organ yang lainnya, termasuk otak, ketika pasokan oksigen
terputus.
Menurut Edwin Zarling dari Loyola University Medical Center
di Maywood, Illionis, Amerika Serikat, mengatakan, "Karena kami dapat
melakukan penelitian dan uji ini pada setiap saat. Itu akan memungkinkan kami
melihat seberapa efektif terapi-terapi standar serta mengembangkan obat-obatan
baru guna lebih membatasi kerusakan yang erat kaitannya dengan serangan
jantung.
Uji napas tersebut, yang dapat diketahui hasilnya dalam
waktu 30 menit. mengukur pentane, zat kimia terkait oksigen yang dilepas
tatkala sel-sel terluka (binasa). Dalam kajian, uji ini mengidentifikasi 10 dari
10 korban serangan jantung memiliki kadar pentane lebih tinggi dari pada 10
subjek sehat atau dengan kata lain 10 lainnya yang memperlihatkan gejaia-gejala
yang menyamai serangan jantung.
Pentane Juga dapat dirilis pada saat sel-sel meradang, hal
ini menjadikan tes ini berguna untuk menunjukkan keefektifan obat-batan
anti-arthrisis, paparZarling.[]
Publish: Koran Berita
Yudha (29/9/1991)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.