Langsung ke konten utama

Harga Tembakau dan Nasib Petani

Seorang petani tembakau di Desa/Kecamatan Pasongsongan
Kabupaten Sumenep Madura.

Opini: Yant Kaiy

Nasib petani tembakau dari tahun ke tahun menjadi objek tidak diuntungkan. Meski begitu, mereka tetap setia menanam tembakau. Tidak ada kamus jera melingkupi kehidupannya. Mereka seolah tidak punya alternatif lain yang menjanjikan bisa menyulap hidupnya lebih sejahtera dari pada sebelumnya.

Perlu diketahui, risiko kerugian petani tembakau sangat besar. Utamanya jika tanaman tembakau hampir mau panen tiba-tiba hujan. Otomatis tanaman tembakau akan mati. Begitu pula setelah tembakau dirajang tidak ada sinar matahari, umumnya kualitas tembakau menjadi kurang baik. Ini persoalan cuaca yang tidak bersahabat, barangkali petani bisa maklum.

Tapi akan sangat menyakitkan hati para petani kalau hasil panen tembakau dihargai tidak manusiawi. Permainan harga dari beberapa pabrikan rokok menjadi salah satu pemicu kuat terjadinya ketidak adilan, karena di satu sisi petani tembakau yang mengeluarkan biaya tinggi, terkulai tak berdaya dalam kerugian materi. Walau kita tidak tahu kenapa para pengusaha berbuat “kejam” kepada para petani. Seakan tidak punya ‘iba’ sama sekali.

Sementara proteksi dari orang-orang yang baju, sepatu dan gajinya diambil dari tetesan keringat rakyat justru hanya duduk manis. Padahal mereka punya wewenang membuat aturan yang sama-sama diuntungkan. Kalaupun dinas terkait itu telah berbuat sesuatu dengan melakukan mediasi kepada semua pabrikan dan menyebarkan surat edaran, tapi realisasinya bagaikan buih di tengah lautan.

Walau demikian, tentu para petani tembakau di Madura tahun ini tetap optimis, cuaca dan harga tembakau akan bersahabat.[]


Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p