Postingan

Menampilkan postingan dengan label Utama

Sempat Direvitalisasi, Kondisi Sumber Agung Pasongsongan Kembali Memprihatinkan

Gambar
Ang Juang. [sh] SUMENEP – Keberadaan mata air Sumber Agung di Dusun Pakotan, Desa/Kecamatan Pasongsongan, kembali adi sorotan berbagai kalangan.  Sumber mata air yang dikenal unik karena tidak pernah kering meskipun dilanda kemarau panjang ini, kini kondisinya dinilai kembali memburuk. Selama bertahun-tahun, Sumber Agung telah jadi nadi kehidupan warga setempat untuk keperluan mandi dan mencuci, serta menjadi arena bermain favorit bagi anak-anak.  Tapi, situasi saat ini berubah. Anak-anak tak lagi antusias bermain di area tersebut karena kondisi air dan lingkungan yang kotor. Ang Juang, seorang pegiat lingkungan yang tinggal tidak jauh dari lokasi, membenarkan penurunan kualitas tersebut.  Menurutnya, kondisi ini sangat disayangkan mengingat tahun lalu sempat ada upaya perbaikan yang signifikan. “Tahun lalu Sumber Agung sempat dibersihkan dan dibangun. Masyarakat mulai berdatangan lagi ke Sumber Agung. Ada yang mencuci baju, anak-anak banyak yang bermain,” ungkap...

Pudarnya Keceriaan Anak-Anak di Sumber Agung Pasongsongan Akibat Masalah Kebersihan

Gambar
Ang Juang [sh] SUMENEP  – Tawa riang anak-anak yang biasanya menghiasi area Sumber Agung di Dusun Pakotan, Desa Pasongsongan, kini makin jarang terdengar.  Mata air legendaris yang tak pernah takluk oleh kemarau panjang ini tengah kehilangan pesonanya bagi generasi muda desa tersebut. Dulu hingga kini, Sumber Agung bukan sekadar tempat warga mencuci atau mandi, melainkan ruang sosial yang vital, terutama sebagai tempat bermain anak-anak.  Namun, realitas saat ini berkata lain. Anak-anak di Dusun Pakotan kini enggan bermain air di sana. Alasannya sederhana namun mendasar: tempat itu sudah tidak bersih lagi. Kondisi ini memancing keprihatinan dari Ang Juang, pegiat lingkungan setempat.  Ia menjadi saksi bagaimana Sumber Agung sempat hidup kembali tahun lalu setelah dilakukan pembersihan dan pembangunan fasilitas. “Tahun lalu Sumber Agung sempat dibersihkan dan dibangun. Masyarakat mulai berdatangan lagi ke Sumber Agung. Ada yang mencuci baju, anak-anak banyak yang berm...

Kotor Lagi, Mata Air Sumber Agung Pasongsongan Ditinggalkan Anak-Anak

Gambar
Ang Juang. [sh] SUMENEP  – Sumber Agung, mata air yang tak pernah kering di Dusun Pakotan, Desa Pasongsongan, terus mendapat perhatian publik.  Sayangnya, perhatian kali ini disebabkan oleh kondisinya yang kembali memburuk setelah sempat diperbaiki tahun lalu. Mata air yang vital untuk aktivitas mandi dan mencuci warga ini sekarang dijauhi oleh anak-anak yang biasanya ramai bermain di sana, akibat faktor kebersihan yang tidak terjaga. Pegiat lingkungan setempat, Ang Juang, mengungkapkan kekecewaannya.  “Tahun lalu Sumber Agung sempat dibersihkan dan dibangun. Masyarakat mulai berdatangan lagi ke Sumber Agung. Ada yang mencuci baju, anak-anak banyak yang bermain,” jelasnya ketika dijumpai di kediamannya. Selasa (16/12/2025).  Namun, Ang Juang menegaskan bahwa kondisi saat ini berbalik. Sumber Agung kini dinilai "merana karena sudah kotor lagi," membuat upaya pembersihan tahun sebelumnya seolah sia-sia dan memerlukan penanganan berkelanjutan.  [sh]

Menguak Sejarah dan Jejak Dakwah Kiai Ali Akbar di Pasongsongan

Gambar
Makam Kiai Ali Akbar yang terletak di Dusun Pakotan, Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, bukanlah sekadar tempat peristirahatan terakhir.  Situs ini merupakan penanda sejarah penting penyebaran agama Islam di wilayah pesisir utara Pulau Madura dan jadi fokus perhatian serta rasa hormat yang mendalam dari berbagai kalangan, khususnya masyarakat Sumenep. Kiai Ali Akbar dikenal sebagai sosok ulama yang memiliki peran signifikan dalam menyebarkan ajaran Islam di sepanjang jalur pantai utara Madura.  Keberadaan dan eksistensinya sebagai tokoh berpengaruh diperkuat oleh dua peninggalan situs yang sangat berharga: s urat tanah kerajaan dan d aun pintu astah (makam) . Bukti Sejarah dari Keraton Sumenep Salah satu bukti utama yang mengungkapkan eksistensi dan jasa besar Kiai Ali Akbar adalah sebuah surat tanah yang dikeluarkan oleh Raja Sumenep kala itu. Surat tersebut menerangkan bahwa tanah yang kini jadi Dusun Pakotan adalah hadiah langsung dari Raja Sumene...

Mengukir Warisan Kiai Ali Akbar: Ketika Masyarakat Jadi Garda Terdepan

Gambar
Situs makam ulama besar, Astah Kiai Ali Akbar yang berlokasi di Dusun Pakotan, Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, adalah harta spiritual dan sejarah yang tak ternilai. Sayangnya, perhatian terhadap fasilitas dan infrastruktur di banyak situs ziarah kerap didominasi oleh harapan agar Pemerintah Daerah (Pemda) mengambil alih seluruh beban pemeliharaan. Padahal, untuk memastikan keberlanjutan, transparansi, dan kemajuan yang berkelanjutan, peran aktif masyarakat dan komunitas lokal harus jadi tulang punggung utama pengelolaan situs warisan . Masyarakat setempat dan komunitas pegiat sejarah/religi memiliki kepentingan historis dan emosional yang jauh lebih besar. Mereka adalah penjaga daya hidup situs tersebut. Oleh karena itu, inisiatif kolektif yang terstruktur adalah kunci utama untuk mentransformasi makam dari situs yang kurang terawat jadi pusat keagamaan dan sejarah yang memadai dan membanggakan. Tiga Pilar Keterlibatan Masyarakat untuk Keberlanjutan Keber...

Astah Kiai Ali Akbar: Ironi Kurangnya Perhatian dan Harapan Pembenahan

Gambar
Meskipun Kiai Ali Akbar memiliki peran sejarah yang begitu monumental, diperkuat dengan bukti otentik berupa surat tanah dari kerajaan dan gelar kehormatan dari Raja Sumenep, terdapat ironi yang memprihatinkan di lokasi makam beliau. Keberadaan Astah Kiai Ali Akbar justru terkesan kurang mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan di Kabupaten Sumenep , terutama dalam aspek infrastruktur penunjang ziarah. Sebagai situs sejarah dakwah yang menjadi tujuan utama para peziarah, kondisi fasilitas Makam Kiai Ali Akbar saat ini jauh dari kata representatif. Kurangnya pemeliharaan dan pembangunan yang memadai seolah bertolak belakang dengan besarnya jasa beliau di masa lampau. Kebutuhan Infrastruktur Mendesak Sudah seharusnya makam seorang ulama besar dan penerima anugerah dari Raja Sumenep memiliki fasilitas yang mampu menampung animo peziarah dan memberikan kenyamanan dalam beribadah. Ada beberapa aspek mendesak yang membutuhkan pembenahan: 1. Bangunan Peribadatan yang R...

Lagu sebagai Jejak Sejarah: Ikhtiar MS Arifin Merawat Warisan Syekh Ali Akbar

Gambar
MS Arifin. [sh] Di tengah arus modernisasi yang terus menggempur keberadaan budaya kita, upaya merawat sejarah dan menghormati jasa para leluhur seringkali terabaikan.  Tapi, langkah yang dilakukan MS Arifin, CEO PT Bintang Banyu Urip, patut diapresiasi sebagai bentuk kesadaran kultural dan spiritual yang mendalam.  Melalui penciptaan sebuah lagu berjudul "Syekh Ali Akbar", MS Arifin tidak sekadar berkarya di area seni, melainkan juga melukiskan ikhtiar guna menghidupkan kembali jejak sejarah Islam di pesisir utara Pulau Madura. Leluhur MS Arifin Bagi MS Arifin, lagu tersebut memiliki makna yang cukup personal.  Syekh Ali Akbar bukan sekadar tokoh sejarah, melainkan leluhur dari MS Arifin.  Ia merupakan keturunan ketujuh dari ulama besar tersebut.  Ikatan darah ini menjadikan lagu "Syekh Ali Akbar"  sebagai ungkapan rasa hormat, cinta, dan tanggung jawab moral untuk menjaga nilai-nilai perjuangan sang pendahulu. Ulama Terkemuka Syekh Ali Akbar dikenal sebag...

Hari Terakhir Sekolah, SDN Padangdangan 2 Gelar Rekreasi dan Makan Bersama di Pantai

Gambar
Murid SDN Padangdangan 2. [sh SUMENEP  – Mengisi hari terakhir sekolah sekaligus pembagian rapor, SDN Padangdangan 2 Kecamatan Pasongsongan menggelar kegiatan rekreasi dan makan bersama di pantai Desa Padangdangan.  Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa dan dewan guru dengan penuh keceriaan. Sabtu (13/12/2025). Sejak pagi, para siswa tampak antusias mengikuti kegiatan di pantai. Selain menikmati suasana alam dan bermain bersama, acara makan bersama jadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan antara guru dan peserta didik. Salah seorang guru SDN Padangdangan 2, Yeni Alfi Laeliy, S.Pd, mengatakan bahwa kegiatan makan bersama sudah jadi tradisi di sekolah tersebut setiap kali pembagian rapor. Biasanya, kegiatan ini dilaksanakan di lingkungan sekolah. “Sudah jadi tradisi kami setiap pembagian rapor, murid dan guru makan bersama di sekolah. Namun, untuk mengubah suasana dan memberikan pengalaman berbeda kepada anak-anak, kali ini kami memilih makan bersama di pantai terd...