Tantangan di Medio Oktober 2025: Antara Ketegasan dan Pemahaman

Opini suriyanto hasyim

Oktober 2025 ini jadi bulan yang tidak mudah bagi saya secara pribadi. Ada beban pikiran yang menggelayut, bukan karena persoalan besar berskala nasional, melainkan hal-hal sederhana yang menyentuh ranah tanggung jawab, etika, dan kejujuran dalam bekerja. 

Kadang, tantangan terbesar bukan datang dari luar, melainkan dari lingkungan terdekat yang justru kita hormati dan cintai.

Saya sedang berada pada titik dimana saya harus bersikap tegas, meski mungkin akan mengecewakan beberapa pihak. Tapi saya yakin, kekecewaan itu hanya muncul pada mereka yang belum sempat berpikir jernih—walau hanya lima detik—tentang alasan dan niat baik di balik keputusan saya. 

Saya dan istri tak ingin terpuruk hanya karena ikut larut dalam problematika orang lain. Rumah tangga kami belum mapan secara ekonomi, jadi sudah sepatutnya kami menjaga agar langkah dan pikiran tetap rasional, bukan emosional.

Sebagai pemilik apoymadura.com, saya berusaha bersikap profesional dalam menjalankan peran jurnalistik. Saya membuka ruang publikasi bagi siapa pun—tanpa pandang bulu. Siapa pun yang memiliki kegiatan positif, baik lembaga, organisasi, komunitas, atau individu, berhak diberitakan. 

Prinsip saya sederhana: informasi publik harus mengalir, dan kebaikan harus disebarkan.

Akan tetapi, satu peristiwa kecil pagi ini mengusik ketenangan saya. Saya berkunjung ke sebuah klub olahraga dengan niat baik—ingin mempublikasikan kegiatan mereka agar dikenal luas. 

Semula, sambutannya hangat. Tapi kemudian seseorang di sana berkata, “Tolong carikan sponsor juga, biar bisa dapat bantuan.” 

Saya hanya bisa tersenyum. Dalam hati saya berkata, "Memangnya saya ini asistennya? Hmm."

Sungguh ironis. Sudah diberitakan secara gratis, malah masih dituntut hal lain di luar kapasitas saya. Ini jadi potret kecil dari cara sebagian orang memandang kerja jurnalistik: seolah wartawan adalah perpanjangan tangan kepentingan, bukan pelayan publik yang bekerja atas dasar informasi dan tanggung jawab sosial.

Saya tidak marah, hanya kecewa. Karena dalam setiap pemberitaan, saya selalu mengedepankan niat baik—menyebarkan kabar positif tentang lingkungan sekitar. 

Tapi rupanya, kebaikan kadang justru dianggap peluang untuk menuntut lebih. Di situlah tantangannya: bagaimana tetap menjaga profesionalitas di tengah ekspektasi yang tidak pada tempatnya.

Saya menulis ini bukan untuk mengeluh, melainkan sebagai pengingat bagi diri sendiri dan siapa pun yang membaca: kebaikan tidak harus selalu disambut dengan tepuk tangan. Kadang, kebaikan justru diuji dengan salah paham. Tapi itu bukan alasan untuk berhenti berbuat baik.

Tantangan medio Oktober 2025 ini mungkin membuat saya harus tegas, bahkan berjarak dari sebagian orang. Namun saya percaya, waktu akan menjelaskan semuanya. 

Dan bagi siapa pun yang sempat berpikir sejenak—walau hanya lima detik—mereka akan tahu bahwa keputusan saya bukan karena sombong, tapi karena ingin menjaga kebaikan bersama.[]

- Owner & Redaktur apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

KB-PAUD Sabilul Rosyad Desa Pagagan Menerima Kunjungan Asesor Akreditasi

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

Mitos Uang Bernomer 999

MWC NU Pasongsongan Hadirkan Kiai Said Aqil Siradj: Menyambut Hari Santri dengan Pencerahan untuk Umat

Sekolah Hebat, SDN Padangdangan 2 Gelar Program Bersase Setiap Sabtu

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Di SDN Padangdangan 1 Digelar Isco Pediyah, Ajang Asah Kecerdasan dan Spiritual Siswa

Dua Siswi SDN Padangdangan 2 Ikuti Ajang ISCO MIPA 2025 di SDN Pasongsongan 2

SDN Padangdangan 2 Gelar Kegiatan Shoyama, Tanamkan Cinta Rasul dan Tolak Bullying