Jejak Kenangan dan Sebuah Surat Keterangan dari Almamater

Opini apoymadura.com

Senin, 14 Oktober 2025, jadi hari yang tak biasa bagi saya. Pagi itu, pukul 07.40 WIB, saya melangkahkan kaki ke kantor Tata Usaha (TU) SMA Negeri 1 Ambunten, Kabupaten Sumenep. 

Tujuan saya sederhana: meminta Surat Keterangan Tanggal Lahir. Hal ini diperlukan karena di ijazah lama saya, yang terbit lebih dari tiga dekade silam, tidak tercantum tanggal lahir. 

Sementara itu seluruh dokumen resmi saya seperti KTP, KK, Akta Kelahiran, hingga SIM mencantumkan tanggal lahir yang sama. 

Celah kecil ini bisa berujung besar: tanpa surat keterangan resmi dari sekolah, status saya sebagai tenaga PPPK Paruh Waktu Kabupaten Sumenep bisa terancam.

Tapi yang menarik dari perjalanan kecil itu bukan semata urusan administratif. 

Nostalgia

Saat melangkah masuk ke halaman sekolah, nuansa nostalgia menyergap begitu kuat di alam pikiran.

Seolah waktu mundur tiga puluh empat tahun ke belakang, saat saya masih berseragam putih abu-abu dan penuh cita-cita muda. 

Angin yang berembus di antara pepohonan di sepanjang jalan di luar halaman sekolah terasa sama, bahkan aroma ruang kelas pun masih membangkitkan kenangan yang dulu sempat saya lupakan.

Saya lulus SMA Negeri 1 Ambunten pada 1991, masa dimana sekolah masih sederhana, tapi semangat belajar kami luar biasa. 

Kini, bangunannya tampak lebih modern, staf TU lebih profesional, dan sistem administrasi lebih tertata. 

Tapi dibalik semua perubahan itu, ada satu hal yang tidak berubah — rasa hormat dan kehangatan dari dunia pendidikan terhadap alumninya. 

Staf TU yang melayani saya ramah dan tanggap, menandakan betapa lembaga ini telah menjaga nilai-nilai pelayanan publik dengan baik.

Dokumen

Kunjungan ini membuat saya merenung. Betapa pentingnya arsip dan data pendidikan dalam perjalanan hidup seseorang. 

Sebuah dokumen yang tampak sepele, seperti tanggal lahir di ijazah, ternyata bisa menentukan kelanjutan karier, pengakuan identitas, bahkan nasib pekerjaan. 

Kita sering menganggap urusan birokrasi pendidikan hanya formalitas, padahal di dalamnya tersimpan legitimasi sejarah hidup kita sendiri.

Ijazah

Lebih dari itu, kunjungan ke sekolah lama adalah pertemuan antara masa lalu dan masa kini. 

Ia bukan sekadar nostalgia, melainkan pengingat bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai dan ijazah, tapi juga tempat kita menanam akar identitas. 

Sekolah membentuk kita bukan hanya melalui pelajaran, tapi juga melalui suasana, interaksi, dan nilai-nilai yang hidup di dalamnya.

Ketika saya melangkah keluar dari kantor TU, membawa berkas surat keterangan yang sudah ditandatangani, saya merasa lega sekaligus haru. 

Lega karena urusan administratif terselesaikan, dan haru karena sadar: sekolah bukan hanya tempat kita menuntut ilmu, melainkan tempat kita selalu bisa pulang — kapan pun dan dalam bentuk apa pun. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

KB-PAUD Sabilul Rosyad Desa Pagagan Menerima Kunjungan Asesor Akreditasi

Kekecewaan Guru Honorer Pasongsongan: Lama Mengabdi tapi Tak Lolos PPPK

PB Elang Waru Jalin Persahabatan dengan PB Indoras Sumenep

Mitos Uang Bernomer 999

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Sekolah Hebat, SDN Padangdangan 2 Gelar Program Bersase Setiap Sabtu

KH Kamilul Himam Isi Tausiah Maulid Nabi Muhammad SAW di SDN Panaongan 3 Pasongsongan

498 Guru Honorer Sumenep Gagal Terjaring PPPK, Bagaimana Nasib Mereka?