Tangis 498 Guru Honorer Sumenep: Mereka Tak Terjaring PPPK Paruh Waktu

Pppk paruh eaktu kabupaten Sumenep

Info terbaru! Di Kabupaten Sumenep, ada 498 tenaga guru honorer yang tidak terjaring dalam seleksi PPPK Paruh Waktu. 

Angka ini bukan sekadar statistik.

Di balik itu semua, ada wajah-wajah penuh pengabdian, peluh yang jatuh setiap hari, serta doa yang dipanjatkan untuk keberlangsungan pendidikan anak bangsa.

Tapi kenyataannya mereka justru tersisih. 

Tidak ada kejelasan nasib, tidak ada kepastian arah. 

Kekecewaan itu begitu dalam, meski tidak pernah mereka tunjukkan di hadapan para murid. 

Tangis mereka berderai dalam diam, jeritan mereka hanya terdengar di hati sendiri. 

Di kelas, mereka tetap tersenyum, tetap membimbing, seakan beban hidupnya lenyap di balik papan tulis.

Upah Rp 10 per hari

Ironisnya, banyak diantara mereka yang sudah puluhan tahun mengabdi dengan upah yang nyaris tak masuk akal—sekitar Rp 10 ribu per sekali masuk kelas. 

Bagaimana mungkin angka itu disejajarkan dengan perjuangan membentuk generasi muda bangsa? 

Apalagi di tengah kondisi hidup yang kian menghimpit, upah tersebut jelas bukan lagi penghargaan, melainkan nyaris sebuah wujud pengabaian.

Pemerintah memang memiliki regulasi, mekanisme seleksi, serta keterbatasan anggaran. 

Tapi, transparansi dan keadilan tetap harus dijunjung tinggi. 

Mereka yang sudah lama mengabdi, sejatinya memoeroleh tempat yang layak. 

Setidaknya, jika peluang tidak tersedia, harus ada penjelasan terbuka: Mengapa 498 tenaga honorer ini tersisih. 

Jangan biarkan mereka terus menggantung tanpa kepastian.

Potret Pendidikan Buram

Nasib para guru honorer ini adalah potret buram dunia pendidikan kita. 

Mereka bukan sekadar tenaga tambahan, melainkan garda terdepan yang mengisi kekosongan di sekolah-sekolah terpencil. 

Di pundak mereka, anak-anak Kota Keris Sumenep menaruh harapan.

Kini saatnya pemangku kebijakan membuka mata-hati. 

Guru honorer tidak meminta dimuliakan, mereka hanya ingin dihargai secara manusiawi. 

Pendidikan tak akan pernah maju jika mereka yang mendidik dibiarkan terus-menerus hidup dalam ketidakpastian. [sh]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

Kekecewaan Guru Honorer Pasongsongan: Lama Mengabdi tapi Tak Lolos PPPK

KKG SD Gugus 02 Pasongsongan Gelar Rapat di SDN Soddara 2

Mitos Uang Bernomer 999

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

MI Annajah Dusun Pakotan Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Perkumpulan Macopat Lesbumi Pasongsongan Dapat Undangan Tampil di Jakarta

PB Elang Waru Jalin Persahabatan dengan PB Indoras Sumenep

Perkumpulan Macopat Lesbumi NU Pasongsongan Berkisah tentang Nurbuat

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD