Hukuman Mati: Harapan yang Selalu Mandek di Indonesia
Di Indonesia, hukuman mati ibarat tong kosong nyaring bunyinya —menggelegar dalam wacana, tapi tak berisi kenyataan.
Kendati presiden Prabowo pernah bilang akan menegakkan hukuman mati bagi para koruptor, namun penerapannya kerap tersendat oleh tarik-menarik kepentingan politik, hukum, dan moral.
Ironisnya, masyarakat awam sudah paham betul bahwa korupsi adalah akar dari banyak penderitaan—mulai dari infrastruktur terbengkalai, layanan publik setengah hati, hingga kemiskinan yang diwariskan lintas generasi.
Koruptor bukan sekadar pencuri uang negara, mereka adalah perampas hak hidup layak jutaan rakyat.
Tapi, ketika berbicara soal hukuman mati bagi koruptor, kita terjebak dalam retorika tanpa aksi.
Ada yang berdalih soal hak asasi, ada pula yang sibuk menimbang “kepastian hukum” yang entah kapan datang.
Akibatnya, korupsi tetap tumbuh subur, sementara rakyat hanya bisa menggigit bibir menatap ketidakadilan yang terus berulang.
Kalau negara tak berani menegakkan hukuman maksimal bagi perampok uang rakyat, jangan heran bila kepercayaan publik kian terkikis.
Sebab, di mata masyarakat, keadilan bukanlah sekadar pasal dan janji, tapi tindakan nyata. [sh]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.