Cerpen: Nasi Sudah Jadi Bubur
By: Suriyanto Hasyim
Debur pulang dari Jakarta dengan hati penuh rindu.
Seminggu terakhir, ia bekerja keras menjaga toko kelontong yang sedang berkembang.
Wajah Tona dan tawa dua buah hati mereka selalu membayang di kepalanya.
Ia membayangkan pelukan hangat keluarga saat pintu rumah dibuka.
Tapi, yang menyambutnya hanyalah sunyi.
Pintu terkunci, tirai rumah tergerai kusam.
Debur mengintip ke dalam, kosong. Tak ada suara, tak ada jejak.
Dari bisik tetangga, ia mendengar kabar pahit: Tona telah pergi.
Ia tergoda oleh seorang lelaki berharta, yang bahkan sudah memiliki istri.
Lelaki itu membawanya pergi jauh, meninggalkan segala yang pernah mereka bangun bersama.
Yang lebih menusuk hati, kedua anaknya ikut dibawa kabur Tona.
Amarah Debur sempat mendidih, mengguncang dadanya.
Tapi ia hanya bisa terdiam, menatap langit sore yang meredup.
Semua sudah terjadi. Nasi sudah jadi bubur.
Bagi Debur, tak mungkin lagi merangkai cinta yang telah hancur.[]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.