CERPEN: Bagai Pembantu di Rumah Sendiri
By: Suriyanto Hasyim
Debur, seorang suami yang penuh tanggung jawab.
Setiap bulan, gajinya sebagai ASN ia serahkan semua kepada istrinya, Tona.
Hanya beberapa lembar uang buat transportasi ke tempat kerja.
Baginya, kebahagiaan keluarga adalah harga mati, dan Tona adalah pusat dari semua itu.
Tapi, belakangan ini Tona kerap murung.
Rutinitas sehari-hari membuatnya merasa terjebak.
Pagi-pagi ia harus menyiapkan sarapan, lalu mencuci dan membersihkan rumah.
Siang menjemur pakaian, sore kembali ke dapur menyiapkan makan malam.
Malamnya, ia harus kembali memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.
"Mas, aku merasa hidupku hanya di dapur, sumur, dan kasur. Aku tak ubahnya pembantu di rumah sendiri," keluh Tona.
Debur terdiam, hatinya tercekat.
Ia tak pernah membayangkan, pengorbanan dan rasa tanggung jawab yang ia jaga ternyata membuat istrinya merasa terikat.
Dengan suara pelan ia berkata, "Tona, aku tak pernah menganggapmu seperti itu. Kau adalah separuh jiwaku. Jika kau merasa bosan, mari kita bicarakan. Aku ingin kau bahagia, bukan terkurung."
Air mata Tona jatuh. Ia sadar, mungkin bukan Debur yang salah, melainkan dirinya yang merasa bosan.
Sejak malam itu, mereka sepakat membuka ruang lebih luas bagi Tona untuk beraktivitas: mengikuti kursus, bergabung dengan komunitas perempuan, bahkan mencoba usaha kecil-kecilan.
Rumah tangga mereka pun kembali hangat.
Tona mulai menemukan arti dirinya lebih dari sekadar rutinitas.[]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.