CERPEN: Badai Fitnah yang Menghantam Tona
By: Suriyanto Hasyim
Tona dikenal sebagai guru teladan di salah satu SMA. Sikapnya ramah, tutur katanya halus, dan ia selalu jadi panutan murid-muridnya.
Tapi di balik semua itu, ada kelemahan kecil yang justru menjadi awal badai besar dalam hidupnya: Tona tidak bisa mengendarai sepeda motor.
Setiap kali pulang mengajar, ia kerap dibonceng oleh Debur, salah seorang siswanya yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
Bagi Tona, itu hanyalah bentuk bantuan seorang murid kepada gurunya. Bagi Debur, itu adalah tanda hormat sekaligus kesempatan untuk berbakti.
Namun, mata masyarakat tak pernah berhenti menafsirkan.
Bisikan-bisikan mulai terdengar: “Guru Tona kok sering pulang bareng sama murid laki-laki?”, “Apa mereka ada hubungan khusus?”, begitu kata orang-orang. Fitnah itu menyebar lebih cepat dari angin.
Lama-kelamaan, kabar miring sampai juga ke telinga suaminya.
Rumah tangga yang tadinya tenang mendadak porak-poranda. Suaminya, yang sejak awal percaya penuh, kini mulai dirundung curiga.
Tona hanya bisa menangis, mencoba menjelaskan bahwa semua itu murni kebetulan, murni kebutuhan.
Tapi siapa yang mau percaya, ketika gosip sudah jadi “kebenaran” di mata orang banyak?
Badai fitnah itu menghantam biduk rumah tangganya, membuat Tona sadar bahwa kadang, niat baik pun bisa berbuah pahit ketika disalahartikan.
Dan di tengah luka itu, ia hanya mampu berdoa agar suatu saat kebenaran kembali berpihak padanya. []
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.