Toko Sembako Madura dan Cermin Realitas Lapangan Kerja
Fenomena toko sembako milik perantau Madura yang tersebar di berbagai sudut kota di tanah air bukanlah hal baru, tapi kini makin tampak mendominasi ruang-ruang ekonomi mikro masyarakat.
Di pinggiran kota hingga kawasan padat penduduk, tidak sulit menemukan toko sembako yang dikelola warga Madura.
Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang memiliki lebih dari satu toko, mengelola dengan sistem keluarga yang solid dan kerja keras yang luar biasa.
Kesuksesan ini tentu patut diapresiasi.
Tapi di sisi lain, fenomena ini juga menjadi semacam kritik sosial terhadap kondisi ketenagakerjaan di Indonesia.
Apakah ini tanda bahwa negara masih gagal menyediakan lapangan kerja yang layak dan merata, terutama di daerah-daerah asal para perantau tersebut?
Disadari atau tidak, realitasnya jelas: Banyak warga Madura memilih meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di kota-kota besar.
Bukan karena tidak cinta tanah kelahiran, tapi karena pilihan ekonomi dan minimnya dukungan infrastruktur kerja di daerah.
Maka berdirilah toko-toko sembako itu sebagai simbol perjuangan
Sejatinya pemerintah tidak hanya melihat mereka sebagai "wiraswasta sukses", tapi juga belajar bahwa sektor informal kerap jadi solusi ketika negara tidak mampu menyediakan lapangan kerja formal.
Sudah saatnya kebijakan pembangunan ekonomi lebih inklusif dan menyentuh akar rumput, agar merantau tidak lagi jadi satu-satunya pilihan. ©sh
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.