Langsung ke konten utama

PUISI PUISI Penguasa, Cinta, dan Perang

antologi puisi tentang seorang pemimpin

Penguasa
Dalam haus kekuasaan, mereka terjerat,
Kekuatan dunia, dalam genggam tangan.
Namun, di dalam hawa, hati takkan puas,
Kerinduan tak terhingga, menyelimuti jiwa.
Mereka meraih tinggi, dalam cakrawala,
Namun, ketika didapat, terasa hampa.
Kekuasaan bagai air, mengalir melalui jari,
Takkan pernah memadamkan, dahaga abadi.
Di balik tirai emas, tersembunyi sepi,
Penguasa berjuang, dalam rasa resah.
Mungkin disanalah, kebenaran sejati,
Bahwa kekuasaan sejati, ada di dalam hati.

Cinta Berbeda 
Cinta yang tulus, suci, dan murni,
Terhalang kekayaan, sungguh berat hati ini.
Meski harta dan gemerlap bersinar,
Namun cinta sejati tak bisa terbeli dengan dinar.
Kita jalan berdampingan, meski sederhana,
Namun cinta kita tiada tandingannya.
Biarlah dunia tak mengerti, tak peduli,
Kita punya cinta yang abadi dan sejati.
Kekayaan mungkin datang dan pergi,
Namun cinta kita akan tetap terpatri.
Tak perduli apa orang katakan,
Kita bersama, cinta kita takkan pernah luntur.
Karena cinta sejati tak tergantung harta,
Kisah kita akan terus bersinar di dunia ini, selamanya.

Cinta Semu
Cinta yang tulus, suci, dan murni,
Terhalang kekayaan, sungguh berat hati ini.
Meski harta dan gemerlap bersinar,
Namun cinta sejati tak bisa terbeli dengan dinar.
Kita jalan berdampingan, meski sederhana,
Namun cinta kita tiada tandingannya.
Biarlah dunia tak mengerti, tak perduli,
Kita punya cinta yang abadi dan sejati.
Kekayaan mungkin datang dan pergi,
Namun cinta kita akan tetap terpatri.
Tak perduli apa yang orang katakan,
Kita bersama, cinta kita takkan pernah luntur.
Karena cinta sejati tak tergantung harta,
Kisah kita akan terus bersinar di dunia ini, selamanya.

Persahabatan
Dalam kehidupan, persahabatan adalah harta,
Tak peduli siapa kita, tak peduli apa pangkat.
Dengan orang miskin, kita temukan kekayaan sejati,
Hati yang tulus, persahabatan takkan mati.
Mereka yang kurang, tetapi hati mereka kaya,
Dalam persahabatan, kita temukan keajaiban sejati.
Mereka mungkin tak punya harta yang gemilang,
Namun dalam persahabatan, kita punya sahabat yang tulus.
Mereka mengajarkan kita arti kesederhanaan,
Keikhlasan dan kebaikan sebagai panduan.
Dalam persahabatan dengan orang miskin,
Kita temukan kekayaan yang tak ternilai harganya.
Tak ada yang lebih berharga di dunia ini,
Dibandingkan persahabatan yang tulus dan tulus hati.
Dengan orang miskin, kita temukan kebenaran,
Bahwa persahabatan adalah harta sejati yang abadi.

Gersang
Di bawah langit yang kering, matahari bersinar cerah,
Kemarau panjang datang, alam dalam keluh kesah.
Sungai-sungai mengering, tanah gersang tak bernyanyi,
Kekeringan melanda, hidup pun terasa hampa disini.
Tanaman layu dan hewan-hewan haus,
Mencari air menjadi tugas yang berat, tiada hentinya haus.
Kehidupan merana dalam genggaman sang kemarau,
Tak terdengar lagi gemericik sungai, tiada embun di pagi serau.
Namun dalam puing-puing pasir dan debu,
Kita temukan ketabahan, semangat yang tak luntur.
Bersama-sama kita berjuang, berbagi air dengan cinta,
Melalui kemarau panjang, kita temukan hidup yang berkilau.
Kita belajar tentang kekuatan dan kesatuan,
Di bawah matahari yang menyengat, kita bersama berjuang.
Kekeringan takkan mengalahkan semangat kita,
Bersama-sama kita hadapi, cinta alam yang abadi.

Kemarau
Dalam kesunyian malam, bintang-bintang bersinar jelas,
Mengingatkan kita akan keajaiban alam yang tak terelakkan.
Meski kemarau melanda, kita mencari cara bertahan,
Kita berdoa pada langit, semoga hujan turun kembali menjadikan tanda.
Dalam kekeringan, kita temukan solidaritas dan kekuatan,
Bersama-sama kita bersatu, menghadapi ujian dengan keteguhan hati.
Kita belajar menghargai air yang tak ternilai harganya,
Dan janji untuk melindungi bumi, tempat kita bernaung dengan berarti.
Kemarau akan berlalu, musim hujan akan tiba,
Alam akan pulih, dan kehidupan kembali berwarna.
Dalam kekeringan, kita temukan pelajaran berharga,
Bahwa kita harus menjaga bumi ini dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus.
Semoga kemarau ini akan segera berlalu,
Dan alam kembali hidup, penuh dengan keindahan yang nyata.
Kita berdiri bersama, kuat dan teguh dalam iman,
Melalui kemarau ini, kita memahami betapa berharganya air dan alam.

Cahaya
Di bawah sinar bulan, alam tampil dengan magis,
Pemandangan malam yang tenang, begitu cantik dan misterius.
Pohon-pohon bergoyang perlahan, bunga-bunga tidur nyenyak,
Kita saksikan keindahan alam, dalam suasana yang damai dan lembut.
Cahaya bulan memantulkan warna perak di atas permukaan air,
Danau yang tenang seakan menjadi cermin dunia yang sangat jernih.
Hewan-hewan malam bersenandung dengan lembut,
Melengkapi keindahan malam, dengan nada yang indah dan puitis.
Di bawah sinar bulan, bintang-bintang bersinar begitu cerah,
Seperti permata berkilau di langit, sebuah pemandangan yang tak ternilai.
Kita merenung dan bersyukur atas keindahan alam yang begitu tulus,
Di bawah sinar bulan, alam menawarkan keajaiban yang begitu indah.
Mari kita leburkan diri dalam malam yang sunyi dan tenang,
Dalam keindahan alam yang begitu megah, penuh dengan pesona.
Di bawah sinar bulan, kita merasakan kedamaian yang dalam,
Dan bersyukur atas keajaiban alam yang selalu mengagumkan.

Kemakmuran
Di ladang yang luas, matahari bersinar terang,
Petani bekerja dengan hati yang penuh semangat.
Padi yang menguning, siap untuk dipanen,
Hasil kerja keras, sebuah anugerah yang bernilai.
Gergaji bergaung, memotong batang demi batang,
Gelombang emas padi, seperti lautan yang terhampar.
Petani berteriak dengan sukacita, merayakan hasil panen,
Padi-padi emas mengalir, sebagai karunia alam yang tulus.
Di bawah langit biru, panen padi berlangsung meriah,
Kerja keras petani, mendatangkan berkah yang nyata.
Kita merasa syukur atas hasil yang melimpah,
Dan padi ini akan menjadi sumber makanan bagi kita.
Dalam setiap butir padi, terkandung cerita kehidupan,
Kerja keras, kesabaran, dan harapan yang tak terbatas.
Panen padi adalah pesta rakyat, sebuah perayaan,
Kita bersyukur pada alam, yang memberi kita rezeki dengan kasih sayang.

Harapan
Di dunia yang keras, anak kecil yang tiada kedua orang,
Melangkah sendirian, dalam hidup yang penuh dengan ranjau berat.
Mereka mencari cahaya, dalam gelap yang begitu dalam,
Nasib mereka teruji, namun semangat mereka tidak padam.
Mereka mungkin yatim piatu, atau ditinggalkan oleh nasib,
Tapi kekuatan dalam hati mereka adalah cahaya yang tersembunyi.
Mereka bertahan dan berjuang, dengan ketabahan yang luar biasa,
Menghadapi dunia dengan keberanian, tanpa henti mencari masa depan yang cemerlang.
Mungkin tanpa kedua orang tua, mereka menjadi keluarga satu sama lain,
Bertaut dalam persahabatan yang kuat, cinta yang tak terucapkan.
Mereka belajar arti kebersamaan dan keadilan,
Dan melalui perjuangan mereka, mereka menemukan impian yang tulus.
Mungkin nasib tak adil telah menghantam mereka keras,
Namun mereka adalah pahlawan yang tegar, meski di alam yang keras.
Kita harus memberi mereka dukungan dan cinta,
Sebagai masyarakat yang peduli, bersama mereka kita bersatu.
Anak kecil yang tiada kedua orang tua, kisahmu tak terlupakan,
Kita mendukungmu, dengan cinta yang tulus dan tekad yang tak pernah habis.

Hijau
Di hutan yang lebat, ada pemburu tak tahu henti,
Mengejar binatang dengan nafsu yang memicu kerusakan.
Mereka punahkan hewan-hewan, tak memahami alam,
Tindakan mereka merusak, dan membawa bencana yang dalam.
Hewan-hewan yang merana, kehilangan tempat yang aman,
Pemburu yang tanpa ampun, membuat alam hancur berantakan.
Spesies yang terancam punah, tak bisa bertahan,
Kita harus bangkit bersama, memerangi kerusakan ini dengan tekad yang mantap.
Hutan-hutan adalah harta yang tak ternilai,
Tempat bagi beragam kehidupan yang indah dan bermacam ragam jenis hewan.
Mari kita jaga alam dengan penuh kebijaksanaan,
Dan laranglah pemburu yang merusak, agar alam tetap lestari.
Kita adalah penjaga alam, tugas kita adalah melindungi,
Spesies yang terancam punah, agar tetap ada dan berkembang.
Kita harus menghormati alam dan hewan-hewan di dalamnya,
Hanya dengan itu, kita bisa hidup berdampingan dengan harmoni.

Bencana
Banjir datang tak terduga, membanjiri kota dan desa,
Air mengalir deras, seperti tawa dan tangis alam yang tak bisa dihentikan.
Rumah-rumah terendam, jalan-jalan menjadi sungai liar,
Banjir menguasai segalanya, membawa kesulitan dan penderitaan yang besar.
Namun di tengah kehancuran, kita melihat keajaiban kebersamaan,
Warga saling membantu, tanpa memandang ras, agama, atau warna kulit.
Kita bersatu untuk mengatasi banjir, menghadapi ujian bersama,
Dalam kegelapan banjir, ada cahaya solidaritas yang tak terpadamkan.
Banjir mengajarkan kita tentang ketabahan dan kekuatan alam,
Dan juga kebutuhan akan persiapan dan tindakan preventif yang benar.
Kita harus menjaga bumi dan alamnya dengan bijaksana,
Agar generasi mendatang dapat terlindungi dari penderitaan serupa.
Banjir adalah pengingat akan kerapuhan kita di depan alam,
Sebuah panggilan untuk berlindung dan beradaptasi dengan lebih baik.
Melalui perjuangan dan pembelajaran, kita melanjutkan,
Menghadapi banjir dengan tekad yang kuat, bersama-sama kita bertahan.

Pertempuran
Perang, sebuah pemandangan yang penuh dengan derita,
Terlalu sering membawa kehancuran dan kehilangan nyawa.
Senjata-senjata mengaum, merobek damai yang lemah,
Perang hanya meninggalkan luka yang dalam, tak terobati.
Namun, di tengah kehancuran, ada pahlawan yang berjuang,
Mereka mencari perdamaian, menghadapi bahaya dengan tangguh.
Mengorbankan segalanya untuk melindungi yang dicintai,
Mereka adalah cahaya harapan dalam gelapnya perang yang tak bermoral.
Kita harus berupaya menghindari konflik yang sia-sia,
Menggunakan kata-kata daripada senjata, untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Perdamaian adalah tujuan yang harus kita junjung tinggi,
Membangun dunia yang aman, bebas dari perang dan kekerasan.
Perang bukanlah solusi, tapi malapetaka yang tak ada habisnya,
Kita harus mengajar generasi mendatang agar berinvestasi dalam perdamaian.
Kita berharap bahwa dunia ini, suatu saat nanti,
Akan mengerti bahwa perang tak pernah membawa kebahagiaan, hanya luka yang dalam.

Perang 
Dalam medan perang yang keras dan terkoyak,
Kematian adalah bayangan yang tak pernah beranjak.
Tentara berani dan warga tak bersalah,
Mereka semua terkena, tak perduli siapa yang bertahan.
Bunyi tembakan, ledakan yang memekakkan telinga,
Kematian ada di sana, dengan kejamnya dia berjalan.
Mengambil nyawa dengan serampinnya yang dingin,
Meninggalkan duka yang mendalam di hati yang terluka.
Namun di dalam kegelapan perang, ada pahlawan yang bersinar,
Mereka menghadapi kematian dengan tekad yang tulus.
Mereka melindungi yang lemah, mencari perdamaian yang abadi,
Meski kematian ada di dekat, mereka berani berjuang tanpa ragu.
Kematian dalam perang adalah tragedi yang tak terlupakan,
Mengingatkan kita akan harga yang mahal dari konflik yang tak ada akhir.
Mari kita berdoa agar dunia ini dapat menemukan jalan perdamaian,
Agar tak ada lagi jiwa yang hilang dalam perang yang sia-sia.

Biodata Penulis 
Yant Kaiy nama asli Suriyanto, lahir pada 1971 di Sumenep. Karya-karyanya tersebar di berbagai media massa cetak, antara lain: Jawa Pos, Karya Darma, Bhirawa, Majalah Kuncup, Jayakarta, Swadesi, Tabloid Idola, Berita Yudha, Mutiara, Sinar Pagi, Berita Buana, Surabaya Post, dan lain-lain.
Novelnya berjudul “Ombak dan Pantai” diterbitkan Karya Anda Surabaya sebanyak 20 seri.
Buku cerita anak karyanya antara lain: Bung Karno, Bung Hatta, Cerita Rakyat Madura “Kortak”, Pesan Ibu (Penerbit Papas Sinar Sinanti, Depok); Halima, Cerita Rakyat Madura “Ki Moko”, Kumpulan Cerita Anak (Penerbit Garoeda Buana Indah, Pasuruan).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p