Langsung ke konten utama

Pentingnya Mengetahui Sejarah Syekh Ali Akbar Pasongsongan

syekh+ali+akbar+pasongsongan+sumenep+madura
Daun pintu yang menerangkan tentang wafat Syekh Ali Akbar dan gelar yang diberikan Raja Sumenep. [Foto: Yant Kaiy]

Penulis: Yant Kaiy

Di Sumenep Madura, asta adalah tempat kuburan para tokoh Islam zaman dahulu yang memiliki peran penting dalam banyak hal dan mempunyai karya besar yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas hingga sekarang.

Keberadaan tokoh tersebut senantiasa dikenang sepanjang masa lantaran telah mewarnai dunia dengan tinta teladan bijak. Ia menjadi tonggak sejarah bagi peradaban manusia selanjutnya.

Sementara tempat kuburan manusia saat ini tidak ada yang disebut asta. Istilah asta menjadi pembeda antara kuburan manusia zaman dulu dan sekarang. Menjadi pembeda antara manusia jahat dan manusia baik di mata agama.

Sering pula asta dimaknai sebagai makam orang-orang keramat. Mereka adalah golongan manusia yang mendedikasikan hampir seluruh hidupnya untuk kepentingan umat. Mereka menanggalkan kepentingan pribadinya bila ada kepentingan orang lain yang lebih besar.

Perilakunya ikhlas. Tidak rakus. Tidak gila dunia. Tidak pula mabuk puja-puja sesama. Mereka memiliki sifat-sifat utusan Tuhan yang diturunkan ke mayapada.

 

Syekh Ali Akbar Pasongsongan

Adalah Asta Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin berlokasi di Dusun Pakotan Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura.

Syekh Ali Akbar tokoh sentral penyebar agama Islam di wilayah pesisir utara Pulau Garam Madura. Beliau wafat pada 14 Jumadal Akhirah 1000 Hijriah atau Sabtu, 28 Maret 1592 Masehi.

Catatan tentang wafat Syekh Ali Akbar tertulis di daun pintu kuburan beliau. Tulisan itu diukir cantik oleh ahli ukir Kerajaan Sumenep.

Kalau ditarik lurus, masa hidup Syekh Ali Akbar kira-kira seangkatan dengan kekuasaan para Raja Sumenep diantaranya:

1. Kanjeng Pangeran Ario Secodiningrat V/Raden Siding Purih (berkuasa pada 1502 – 1559).

2. Kanjeng Tumenggung Ario Kaduruwan (berkuasa pada 1559 – 1562).

3. Kanjeng Pangeran Ario Wetan dan Kanjeng Pangeran Ario Lor (berkuasa pada 1562 – 1567).

4. Kanjeng Pangeran Ario Keduk ll/Raden Keduk (berkuasa pada 1567 – 1574).

5. Kanjeng Pangeran Ario Lor ll/Raden Rajasa (berkuasa pada 1574 – 1589).

6. Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro l/Raden Abdullah (berkuasa pada 1589 – 1644).


syekh+ali+akbar+pasongsongan+sumenep+madura
Silsilah Syekh Ali Akbar Pasongsongan Sumenep Madura.

Bindara Saod

Syekh Ali Akbar punya pertalian darah dengan Raja Sumenep ke-30, yaitu Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro/Bindara Saod (berkuasa pada 1750 – 1762). Bindara Saod merupakan salah satu keponakan Syekh Ali Akbar. Ibu Bindara Saod, Nyai Nurima/Nyai Narema adalah saudara sepupu Syekh Ali Akbar.

Setelah Syekh Ali Akbar berpulang ke Rahmatullah, Bindara Saod sering berkunjung ke Pasongsongan. Konon, tulisan di daun pintu Asta Syekh Ali Akbar itu adalah ukiran dari tukang Kerajaan Sumenep.

Hingga saat ini barang berharga itu masih tetap tersimpan di keturunan Syekh Ali Akbar beserta benda-benda bersejarah lainnya. Ada dua pusaka berupa keris bermata dua.

Ada pula surat hibah tanah dari Kerajaan Sumenep atas jasa-jasa putri Syekh Ali Akbar, Nyai Agung Madiya ketika memenangkan pertempuran melawan penjajah Belanda di tanah Aceh. Ceritanya, Kerajaan Aceh meminta bantuan pada Raja Sumenep untuk menumpas tentara Belanda.

Nyai Agung dipercaya menjadi panglima perang wanita pertama dalam sejarah Kerajaan Sumenep berperang dengan Belanda. Saat itu Kerajaan Sumenep dipimpin Bindara Saod. Pantas ia mendapatkan hadiah tanah yang saat ini menjadi Dusun Pakotan Pasongsongan.

Benda bersejarah lainnya terbuat dari kayu menyerupai tangan manusia. Benda ini menurut cerita para keturunan Syekh Ali Akbar pernah dipinjam Sultan Hasanudin dari Makassar dan dijadikan senjata untuk menumpas penjajah Belanda.

Ada yang bertanya. Kok Jauh amat pinjam ke Madura?

Sultan Hasanudin punya hubungan baik dengan Kerajaan Sumenep karena sama-sama kerajaan Islam. Alasan kedua, di abad XII Pasongsongan menjadi pelabuhan terbesar di wilayah Madura. Jadi semua Raja Sumenep yang hendak bepergian ke pulau lain, pasti mereka akan naik kapal dari Pelabuhan Pasongsongan.

Bukti kedua, pada abad XVII saudagar dari Cina dan Arab banyak yang berdatangan ke Pelabuhan Pasongsongan dan menetap di daerah ini.

Saat ini peranakan Cina banyak menetap di sepanjang Jalan Kiai Abubakar Sidik Pasongsongan. Sedangkan saudagar Arab jejaknya bisa kita lihat dengan adanya Buju’ Panaongan Kecamatan Pasongsongan Sumenep.

Demikian sejarah sekilas tentang Syekh Ali Akbar Pasongsongan. Semoga tulisan ini menjadi referensi bagi para ahli sejarah di Pulau Garam Madura.[]

- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p