Langsung ke konten utama

Dibalik Kisah Sang Waliyullah Syekh Ali Akbar Pasongsongan

Foto surat tanah raja sumenep yang diberikan kepada syekh ali akbar pasongsongan
Foto surat tanah dari Raja Sumenep untuk Syekh Ali Akbar Pasongsongan ini saya peroleh dari salah seorang pegawai Kecamatan Pasongsongan Sumenep pada 2014. [Dokumen pribadi: Yant Kaiy]

Catatan: Yant Kaiy
Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin, seorang ulama dan tokoh agama terkemuka, lahir pada tanggal yang belum diketahui dengan pasti, namun wafat pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 1000 Hijriah. Ia dikenal sebagai paman dari Raja Sumenep, yaitu Bindara Saod.

Ibunda Raja Bindara Saod, Nyai Nairima saudara sepupu dengan Syekh Ali Akbar.

Kehidupan dan pengabdiannya memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan agama dan budaya di daerah Pasongsongan, Sumenep, dan sekitarnya.

Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin memiliki peran yang penting dalam pengembangan agama Islam dan pendidikan di daerahnya.

Beliau adalah seorang ulama yang sangat dihormati dan dihargai oleh masyarakat setempat. Bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan.

Kepemimpinannya dalam bidang agama tidak hanya mengenai aspek keagamaan, tetapi juga memberikan sumbangsih dalam membangun karakter dan moral yang kuat bagi warga di sekitarnya.

Sebagai paman dari Raja Bindara Saod, Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin juga memiliki pengaruh dalam konteks politik dan sosial.

Keterlibatannya dalam urusan kerajaan memberikan kontribusi dalam menjaga stabilitas dan harmoni di antara masyarakat dan pemerintahan.

Dengan demikian, perannya tidak hanya terbatas pada ranah agama, tetapi juga mempengaruhi perkembangan sosial dan politik di Sumenep.

Melalui ajaran dan nasihat-nasihatnya, Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin mampu membentuk pandangan hidup yang seimbang antara kehidupan duniawi dan spiritual bagi warganya.

Pesan-pesan kebijaksanaannya masih terus diwariskan dan dihormati oleh generasi setelahnya.

Dalam kesimpulan, Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah agama, budaya, dan sosial di daerah Pasongsongan, Sumenep.

Pengabdiannya sebagai ulama dan perannya dalam urusan kerajaan menunjukkan kontribusi yang beragam dalam pembentukan identitas dan karakter masyarakat setempat. Karyanya dan pengaruhnya terus dihargai dan diingat oleh generasi-generasi yang datang setelahnya.

Panglima Perang
Salah satu putri Syekh Ali Akbar, Nyai Agung Madiya dimasa pemerintahan Raja Bindara Saod diangkat manjadi panglima perang ketika bertugas di Bumi Rencong Aceh, memberantas penjajah Belanda.

Nyai Agung Madiya menjadi satu-satunya wanita yang maju ke medan perang menumpas penjajah di Aceh. Namun entah kenapa namanya luput dari radar sejarah. Hilang dari catatan tentang keberanian dia menghancurkan kekuatan tentara kolonial Belanda.

Kerajaan Aceh memilki hubungan bilateral dengan Kerajaan Sumenep lantaran keduanya sama-sama kerajaan Islam.

Berkat jasanya terhadap Kerajaan Sumenep, Nyai Agung Madiya mendapat hadiah tanah luas yang saat ini menjadi sebuah dusun bernama Pakotan. Dusun ini berada di wilayah Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura.[]

- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p