Langsung ke konten utama

Mengenal Ragam Seserahan Lamaran Adat di Madura Tempo Dulu

Catatan: Yant Kaiy

Melamar gadis merupakan sebuah tahapan proses menuju jenjang perkawinan. Tradisi ini jamak berlaku di tengah-tengah masyarakat di sebagian besar Pulau Madura. Sebelumnya telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, bahwa mereka akan mengikat tali kekeluargaan dengan istilah bertunangan.

Dalam acara lamaran ini pihak keluarga calon mempelai pria dan sanak familinya datang ke rumah sang gadis. Biasanya mereka mempercayakan pada seorang perempuan yang ditokohkan menjadi pembicara; menyampaikan maksud dan tujuan kehadirannya. Pembicara disini adalah orang mampu menguasai bahasa halus, penuh makna kias cukup dalam. Bahkan acapkali pembicara melontarkan kalimat-kalimat personifikasi atau perumpamaan-perumpamaan yang lazim digunakan dalam percakapan orang-orang penting.

Dari keluarga besar si gadis juga menghadirkan tokoh perempuan sepuh sebagai pihak tuan rumah. Ia tergolong orang yang cakap menerjemahkan kalimat-kalimat majas dari pihak calon mempelai pria.

Prosesi sakral dari acara pertunangan ini dibarengi dengan seserahan dari pihak pria. Seserahan itu berupa sirih, kapur, gambir, gula, biji kopi dan paku. Kesemua barang tersebut mempunyai nilai-nilai simbolik. Seserahan ini memang terbilang unik. Tentu berbeda daerah berlainan seserahannya.

Misalnya paku. Dua papan kayu akan bisa disatukan oleh paku. Paku dimaksudkan agar kedua belah pihak bisa disatukan dalam ikatan perkawinan tak terpisahkan hingga akhir hayat. Semua tentu berharap, tahapan ini menjadi langkah awal agar kedua belah pihak bisa saling memahami satu sama lain.

Pada umumnya, waktu lamaran dilangsungkan pada malam hari. Iring-iringan pihak calon mempelai pria membawa lampu petromak agar perjalanan mereka lancar menuju rumah calon mempelai wanita.

Begitulah sekelumit tentang budaya lamaran di Sumenep Madura tempo dulu dalam meminang anak gadis.

- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p