Langsung ke konten utama

Oknum Guru Agama Dilaporkan pada Polres Sumenep

Achmad Mu'is

SUMENEP -  Ihwal permasalahan diawali dari Achmad Mu’is, oknum guru agama di SD Batang-Batang Kabupaten Sumenep. Karena keserakahan Achmad Mu’is, ahli waris diperdaya dan direkayasa, lalu dijebak dalam pertemuan keluarga untuk membahas waris.

Dalam pertemuan itu tiba-tiba sudah lengkap, ada Hj Suni dan Kepala Desa  PJ Mahabbasi yang masih ada hubungan keluarga sama Achmad Mu’is. PJ Mahabbasi sekarang sudah menjabat menjadi Bendahara Kecamatan Gapura untuk membahas waris atau diadakan pertemuan farait.

Disisi lain, menurut pengakuan Imam Mawardi kepada media ini.

“Dari pihak Achmad Mu’is, mengutus saudara PJ Mahabbasi, Drs Ec Moh Anwar,SH dan Ja’un mendatangi saya untuk meminta tanda tangan supaya semua urusan waris diserahkan kepada Achmad Mu’is dengan alasan mumpung ada pemutihan tanah. Tetapi saya menolak karena masih ada 2 lagi saudara,ujar Imam Mawardi waktu dihubungi melalui via hape.

Tim awak media bertanya ke narasumber, Aini Salam. Apa dasar hukumnya saudara Achmad Mu’is mengadakan pertemuan farait dan memutuskan secara lisan.  Saudara Aini Salam dan Saudari Siti Ruqoyah tidak mendapatkan  waris dari Hasim dan Muhriya.

Kami juga tidak mengerti darimana dasar hukumnya Achmad Mu’is ingin menguasai 1 lahan 2 rumah? Padahal dokumen 1 lahan 2 rumah ada pada saya. Seharusnya Achmad Muis menjadi contoh yang baik. Karena dia seorang pendidik di SD Batang-Batang, sebagai guru agama. Ini salah satu contoh, biar masyakat Gapura Barat tahu yang sebenarnya kelakuan Achmad Mu’is,” tandas Aini Salam.

Lalu awak media bertanya apa tindakan Bapak?

“Kami sudah melayangkan surat somasi melalui Sekdes Ibno Hajar kepada Achmad Mu’is,  tetapi dia tidak ada niat baik kepada kami. Dia bilang, semua saya serahkan kepada Drs Ec Moh Anwar,SH selaku LPH Jatim. Tetapi diduga legalitasnya tidak diakui oleh pemerintah. Lalu kami ke Balai Desa untuk menemui Kepala Desa Bapak Rasidi, meminta supaya  dimediasi, tetapi gagal. Aparat Desa  tidak digubris sama Achmad Mu’is. Kami juga ke Polsek Gapura, meminta dimediasi namun juga gagal. Aparat dari Polsek tidak dihiraukan oleh Achmad Mu’is.  Sepertinya Achmad Mu’is tidak menghargai niat baik dari kami dan Polsek Gapura Barat.  Lalu kami memasang spanduk di depan rumah Achmad Mu’is, supaya masyarakat tahu kalau tanah dan bangunan bukan milik Achmad Mu’is tetapi milik kami. Karena kami yang mempunyai dokumen tanah dan bangunan yang ditempati Achmad Mu’is sejak kecil,” cerita Aini Salam panjang lebar.

Kami memasang spanduk dan menempelkan foto copy dukumen tanah tersebut pada Selasa (15/3/2022) pukul 14.00 WIB. Sekitar pukul 01.00 WIB spanduk sudah tidak ada. Diduga dicabut dan dibuang oleh Achmad Mu’is. Paginya sekitar pukul 10.00 WIB saya telpon Achmad Mu’is, mempertanyakan siapa yang mencabut spanduk. Achmad Mu’is mengakui, bahwa dirinya dan Siddik yang melakukan semua itu,ujar Aini Salam

Akhirnya kami dengan sangat terpaksa melaporkan Achmad Mu’is ke Polres Sumenep. Karena dari pihak Achmad Mu’is tidak ada niat baik, pungkas Aini Salam. (TIM PPI/Kay)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p