Kiai Haji Imam Arifin sedang memimpin pembacaan Zikir Samman. (Foto: Yant Kaiy) |
Sumenep – Menurut beberapa tokoh sejarah, Zikir Samman masuk
ke Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep pada abad XVII. Adalah Nyai
Agung Madiya (putri Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin) yang membawanya dari Aceh.
Nyai Agung Madiya mendapat tugas dari Raja Sumenep Bindara Saod menumpas penjajah Belanda di bumi Aceh. Pasukan Kerajaan Sumenep dan Kerajaan Aceh berhasil memukul mundur tentara kolonial Belanda. Nyai Agung Madiya pulang dari peperangan membawa kemenangan.
“Salah satu bukti kuat, bahwa seni budaya Islam ini sudah ada di Desa Pasongsongan dan diamalkan oleh keturunan Syekh Ali Akbar, yakni setiap 14 Jumadil Akhir selalu digelar Zikir Samman di makam Syekh Ali Akbar sampai sekarang. Tanggal 14 Jumadil Akhir adalah wafat Syekh Ali Akbar,” terang Kiai Haji Imam Arifin tadi malam (Ahad, 2/1/2022) di Musalla Kiai Muhammad Juhri Dusun Morasen Desa Pasongsongan.
Dipandang penting bagi Kiai Imam Arifin agar Zikir Samman ini tetap lestari, maka perlu ada perkumpulan bergilir dari rumah ke rumah para anggotanya. Satu sisi berdirinya perkumpulan ini bertujuan memperkenalkan kepada khalayak ramai. Tujuan lainnya agar Zikir Samman tidak tergerus budaya kontemporer.
“Akhir-akhir ini, Zikir Samman seringkali dihelat pada acara Petik Laut, Rokat Bumi, Rokat Tanaman, atau acara selamatan lainnya. Agar performanya bagus, maka perlu dilatih. Caranya dengan menyelenggarakan perkumpulan rutin bergilir,” ujar Kiai Imam.
Dirinya optimis, keberadaan Zikir Samman di Pasongsongan akan semakin berkembang sangat baik jikalau dibentuk beberapa komunitas.
“Hakikatnya, Zikir Samman itu tidak lain adalah thariqah. Sedangkan thariqah sendiri merupakan sebuah jalan yang ditempuh oleh seseorang untuk menuju Tuhan melalui beberapa metode yang diarahkan oleh seorang guru,” papar Kiai Imam Arifin. (Yant Kaiy)
Komentar
Posting Komentar