Langsung ke konten utama

Jasimul Nakhodai Perkumpulan ZS Pasongsongan

Akhmad Jasimul Ahyak dalam sebuah acara. (Foto: Yant Kaiy)

Sumenep – Secara aklamasi Akhmad Jasimul Ahyak, S.Pd.I dipercaya oleh segenap anggotanya untuk memimpin Perkumpulan Zikir Samman Pasongsongan (PZSP) Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep-Madura. Selasa (25/1/2022).

Budayawan muda kelahiran 1973 ini dipercaya menakhodai Perkumpulan ZS Pasongsongan bukan tanpa alasan. Sukses mengarsiteki Perkumpulan Macapat Lesbumi MWC NU Pasongsongan menjadi bahan pertimbangan segenap anggotanya.

“Sesungguhnya sudah berulangkali saya menolak, tapi teman-teman tetap ngotot. Telah saya sampaikan, bahwa kesibukan yang menjadi alasan utama saya menolaknya,” ujar perupa yang lahir dan besar di Pasongsongan lebih jauh.

Disamping mengajar di lembaga pendidikan swasta di bawah naungan LP Maarif MWC NU Pasongsongan, ia juga aktif di organisasi kemasyarakatan lainnya.

Ia juga aktif membuat konten video untuk sosial media dan menulis dibeberapa website.

“Selebihnya, saya terima keputusan rekan-rekan. Prinsip pribadi, saya ingin berbuat yang terbaik bagi segenap masyarakat. Saya tidak suka mencari muka atau ingin punya nama populer. Hal itu bertolak belakang dengan kepribadian saya,” tegas Jasimul.

Ia percaya, masih banyak sosok yang lebih kompeten dari dirinya memimpin perkumpulan bernuansa Islami tersebut.

“Saya dari dulu memang punya atensi terhadap Zikir Samman. Menurut cerita orang tua dulu, Zikir Samman Pasongsongan itu berasal dari Aceh yang dibawa Nyai Agung Madiya pada abad XVII. Siapa Nyai Agung Madiya itu? Beliau adalah putri Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin,” terang Jasimul.

Ada tambahan sedikit. Syekh Ali Akbar adalah penyebar agama Islam di pesisir utara Kabupaten Sumenep dan Pamekasan pada abad VIV Masehi. Beliau meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir 1000 Hijriah atau Sabtu, 28 Maret 1592 Masehi.

Syekh Ali Akbar adalah paman Raja Sumenep, Bindara Saod. Karena ibunda Raja Bindara Saod (Nyai Nairima) saudara sepupu Syekh Ali Akbar.

“Sebagai orang Pasongsongan, memang sepatutnya kita melestarikan seni tradisi warisan leluhur,” pungkas Jasimul. (Yant Kaiy)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p