Antologi Puisi “Keping Pengembaraan Khayal” (23)
Karya: Yant Kaiy
Shalawat Nabi
kita menjelma jadi patung kota
dalam ruang beku
tak menggairahkan
kita lalu tersulap
pada kedinginan menjadi
melata kita
bergerek maju
menyusuri
kemunafikan diri
terpatri pada suara malam
terdengar nuansa menjemukan
apa bedanya musik dengan kecongkakan
selalu begitu tanyamu mengajakku
ketike keu lantunkan shalawat nabi
diantara perempuan pembangkit berahi
tak surut khusyukmu
menggoda kalbu
yang sedang menyatukan kebesaran-Nya
dari sudut matamu
mengalir air mata
membanjir dalam
kesucian
aku pun terbawa ke alam masa
lalu
kisah heroik para
utusan Allah
menggugah laut sujudku
dari sekian banyak khilaf
aku turut
melantunkannya
sejenak menghapus hasrat bejat.
Pasongsongan, 19/06/95
Perempuen Haus Darah Lelaki
langkahku menjadi
ragu
hasratku pun menua dalam jingga
kupendam nafsu
asmara neraka
semakin gencar saja mereka
merayu
kepada siapa pun tanpa rasa malu
menggelikan, tak
jarang pula memuakkan
semua itu telah jadi tradisi
tawar-menawar harga
antara pembeli dan calo
bagiku pemandangan lucu
tapi itulah hidup
seseorang dituntut
berjuang
walaupun lewat
jalur haram
mereka pun rela mengorbanken kehormatan
demi sesuap nasi semata
agar benang-benang derita
terputuskan
O… perempuan-perempuan malang
haruskah kau kutinggalkan
di kegelapan
haruskah kebencianku dibiarkan berkobar
meski
semua lelaki tidak sekejam itu
ya, masih banyek
lelaki yang mengimpikanmu
pernahkah kau membayangkan semua ini?
Pasongsongan, 18/06/95
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.