Tetap Tegar Menjelang Kematiannya



Pentigraf: Yant Kaiy

Aku bungsu dari empat bersaudara. Kakakku semua laki-laki. Mereka telah menikah dan ikut istrinya. Sedangkan aku dan suami serta kedua anakku yang merawat Ayah. Kami ikhlas memberi perhatian lebih kepadanya. Seperti kasih-sayangnya yang terus mengalir deras tanpa batas ruang dan waktu. Juga seperti Ibu, mencurahkan cintanya kepada kami, walau dia dipanggil lebih dulu oleh Yang Maha Kuasa.

Ketika masa tua, Ayah tidak segagah dulu perekonomiannya. Semua harta bendanya telah diwariskan kepada kami anak-anaknya. Beliau tidak memaksakan diri. Dia terus beribadah, mendekatkan diri lewat amalan yang diperintah oleh-Nya.

Hari terakhir sebelum kepergiannya, ia memanggilku. Aku dekatkan telinga: “Terima kasih kau telah merawatku. Maafkan kesalahanku!” Kalimatnya lirih. Air mataku berderai tak tertahankan lagi. Lewat isyarat tangannya, aku paham kalau Ayah tak menghendaki aku menangis.[]

Pasongsongan, 11/4/2021 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

KB-PAUD Sabilul Rosyad Desa Pagagan Menerima Kunjungan Asesor Akreditasi

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

Mitos Uang Bernomer 999

MWC NU Pasongsongan Hadirkan Kiai Said Aqil Siradj: Menyambut Hari Santri dengan Pencerahan untuk Umat

Sekolah Hebat, SDN Padangdangan 2 Gelar Program Bersase Setiap Sabtu

Di SDN Padangdangan 1 Digelar Isco Pediyah, Ajang Asah Kecerdasan dan Spiritual Siswa

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Dua Siswi SDN Padangdangan 2 Ikuti Ajang ISCO MIPA 2025 di SDN Pasongsongan 2

SDN Padangdangan 2 Gelar Kegiatan Shoyama, Tanamkan Cinta Rasul dan Tolak Bullying