Langsung ke konten utama

Swalayan Jaya Samudra untuk Warga Pasongsongan

Kades Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto


Catatan: Yant Kaiy

Genderang persaingan swalayan atau toserba di wilayah Desa Pasongsongan tak bisa terhindarkan. Seiring lifestyle orang-orang masa kini. Umumnya toserba itu milik pengusaha nasional yang notabene bukan orang Pasongsongan. Sehingga perputaran uang tidak ada di daerah penghasil ikan terbesar di Madura ini. Jadi masyarakat jadi “korban” pada persaingan bisnis, tidak mendapat keuntungan apa-apa.

Tidak berhenti di situ, para pedagang kecil (pemilik toko kelontong) juga begitu terancam keberadaannya. Sudah pasti pendapatan mereka akan menurun lantaran barang-barang yang dijajakan sama.

Menyikapi hal itu, Kepala Desa Pasongsongan Ahmad Saleh Harianto melakukan manuver dengan membangun swalayan Jaya Samudra yang keuntungannya nanti tentu dipersembahkan bagi segenap warganya. Dari sejak awal, konsep toserba BUMDes ini membuka diri bagi siapa saja yang ingin menanamkan modalnya. Jadi ada kans bagi warga Pasongsongan (pemodal kecil) untuk berpastisipasi memajukan Jaya Samudra.

Tidak menutup kemungkinan juga suatu saat nanti akan berdiri cabang swalayan Jaya Samudra di daerah lainnya. Bisa jadi pemilik toko kelontong join di dalamnya. Semua itu telah dikaji dengan cerdas dan cermat oleh Kades Ahmad Saleh Harianto.

Plus para pelaku usaha kecil menengah yang ada di Pasongsongan juga pasti diberdayakan. Hasil produksi mereka akan dijajakan di swalayan Jaya Samudra. Barangkali dengan konsep bisnis bermasyarakat inilah yang bisa mengimbangi laju persaingan toserba di Desa Pasongsongan.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com





 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p