Luka Membusuk
Pentigraf: Yant Kaiy
Kenangan cinta
bersamanya terlukis indah. Manis lebih dari gula pasir. Kami reguk setiap
tetesan peluh ranjang pengantin. Kami bukan tidak diajari buruknya syahwat
terumbar, menyapu liar pada desah. Desir darah membakar jiwa. Menerjang segala
apa yang ada.
Dia menciumi sekujur
tubuhku. Memohon pertarungan selanjutnya. Namun amunisiku tak ada lagi. Tuhan
telah mendesain kemampuan manusia. Sangat terbatas.
Kedok selingkuh
terendus. Kami tak berdaya. Berondong cemooh terus menghujaninya sehingga siang
seperti malam saja.[]
Pasongsongan, 17/1/2021
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.