Langsung ke konten utama

Sungai Darah Naluri (14)



Novel: Yant Kaiy

Aku masih sanggup bertahan pada serangan fajar setan itu. Sebab goresan masa lalu masih membakar darahku merah saga, meskin darah tersebut bersumber dari barang-barang najis, bau, kotor, menjijikkan. Dari sekian perjuangan dan pengorbanan ternyata tak menghasilkan buah keteduhan dan ketentraman.

Apakah ini bagian dari karma yang tetap berdiri diantara keturunannya? Walaupun aku sudah begitu lama meninggalkan jejaknya, simbol hina dari kaum brengsek akan terus terukir di keresahanku sendiri, sedangkan aku masih berikhtiar untuk menghapus abu dari pembakaran kepercayaan tempo dulu.

Kuteguk kehidupan masa lalu bersama segenggam mimpi tentang mahligai rumah tangga. Keyakinanku telah mengakar kuat disetiap persendian ini, bahwa pada saatnya nanti akan terengkuh indah. Tuhan akan senantiasa bersama umat teraniayah.

Kubiarkan tangan lembut meminta dari hausnya kemuakan yang memaksaku supaya cepat bertindak. Aku menepis suara bising dari kamar hitam, rayuan usang dibaluti nafsu. Aku tiba-tiba merasakan pahitnya ujung lidah menyentuh dasar lembah-lembah nista dari harga diri terbuang percuma di halaman rumah. Akhirnya aku bisa menemukan lembaran masa lalu kembali: Sebuah dunia dimana manusia melemparkan harga diri jadi mangsa harimau pemburu cinta murahan dari sela-sela ketiak kaum Hawa. Haruskah aku menyakitinya sedemikian kejam untuk memberikan mereka kedudukan lebih terhormat dari pada duit atau semacam materi lainnya?

Sementara aku lahir dari rahimnya dan makan-minum dari peluhnya yang kurasa manis. Duh, munafikkah aku? Padahal aku juga membutuhkan hangatnya belai lembut angin malam berselimut salju, belai mesra dari wanita tercinta, bukan dari perempuan pinggir jalan, melainkan dari kesetiaan, batu-batu permata kehormatan. Walaupun darahku dari barang kotor dan menjijikkan sekaligus najis, aku juga mendambakan kehidupan yang memberikan nur keimanan dalam memberikan keturunan terhadap bangsa, terutama agama. (Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p