Langsung ke konten utama

Beda Sudiman: Perupa dari Yogyakarta

Beda Sudiman


Catatan: Yant Kaiy

Beda Sudiman perupa berasal dari Kulon Progo Yogyakarta. Sudah banyak karyanya dikoleksi oleh beberapa tokoh penting di tanah air. Acapkali para wisatawan mancanegara berkunjung ke studio tempat ia berkarya, lalu mereka tertarik membeli lukisannya. Tiada hari tanpa melukis, itulah semboyan hidup Beda Sudiman. Lewat melukis, dirinya bisa menuangkan inspirasi apa saja yang muncul di benaknya.

Akhir 1996 saya merantau di Jakarta dan tinggal bersamanya disalah sebuah perumahan Bekasi Utara. Kediaman Beda Sudiman merupakan tempat mangkal para seniman. Baik perupa, musisi, sastrawan, dan vokalis band. Saya merasa betah berkarya di situ karena kami tidak kelaparan. Kebetulan istri Beda Sudiman senantiasa men-support para seniman yang “numpang hidup” di tempat tinggalnya. Sungguh amat mulia. Tiada membedakan suku, agama, ras, dan adat istiadat. Menyatu dalam kebersamaan.

 Lukisan Karya Beda Sudiman


Suatu ketika, saya dicegah Beda Sudiman menjual beberapa novel ke penerbit di kawasan Pasar Senen karena nama saya harus diganti orang lain.

“Itu vandalisme namanya. Andai harga satu judul novelmu bisa untuk makan seumur hidup, itu adil. Sebagai seniman, kita tidak boleh melacurkan diri sebab urusan perut,” ujar Beda Sudiman ketika saya meminta komentarnya.

Ucapan bijak Beda Sudiman terus saya pegang teguh sampai detik ini. Walau kata-kata itu dilontarkan pada 1996 silam. (Yant Kaiy)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p